”Aku sudah meniduri Ariana, biarkan aku bertanggung jawab dengan menikahinya!” perkataan itu keluar dari mulut Arkana, bocah SMA berusia 18 tahun yang tak ingin sang ayah menikah lagi.
Ariana, gadis berusia 22 tahun harus terjebak di antara dua pria beda usia sejak dia bekerja sebagai pengasuh di kediaman Bradley.
Namun konflik di antara ayah dan anak itu semakin besar karena sang ayah yang berniat menikahi Ariana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
Arkana tak dapat memejamkan matanya, dia harus menghadapi kenyataan jika sang ayah akan melamar Ariana beberapa hari lagi.
”—Gue lagi baca novel tentang pernikahan yang batal gara-gara pacarnya kepergok tidur sama cowok lain.”
Arkana mengingat perkataan Rio tadi siang, di sekolah tadi dia melihat sahabatnya bergelut dengan ponselnya. Rio kini sedang tertarik membaca novel online, dan selalu menceritakan apa yang sedang dia baca.
”Apa gue tiru aja cara di novel buat ngebatalin pernikahan papa sama Ariana. Tapi kalau harus ngelakuin hal itu pada Ariana, rasanya gue gak sanggup, ” Arkana bingung dengan perasaannya. Di sisi lain tak ada cara selain itu agar pernikahan papanya batal, karena dia sendiri tak rela jika papanya menikah lagi.
”Ariana, maafin gue!”
Arkana membuka pintu kamar Ariana yang kini ada di depannya. Gadis itu tidur dengan nyenyak setelah meminum obat yang di resep kan dokter Sani untuknya.
”Kalau ini cara satu-satunya, maka gue yang akan bertanggung jawab sama loe. Bukan papa,” ucap Arkana yang mulai melancarkan aksinya.
Pagi itu, sinar matahari masuk melalui celah jendela. Ariana merasa tubuhnya sudah lebih sehat, namun ada satu hal yang membuat dia kesulitan bergerak. Sebuah tangan sedang memeluknya, tangan dari putra calon suaminya.
”Apa yang kau lakukan?” Ariana menyingkirkan tangan Arkana lalu membuka selimutnya. Gadis itu terkejut karena dirinya kini hanya memakai pakaian dalam. Dia pun melihat Arkana yang juga hanya memakai celana pendeknya.
Tubuhnya seketika tremor, dia masih mengumpulkan nyawanya. Namun Arkana yang terbangun segera mengatakan sesuatu yang membuat dunianya seketika runtuh.
”Ariana, terima kasih untuk semalam. Gue janji akan tanggung jawab sama loe,” ucapnya sambil menunjukan seringainya.
”Apa maksudnya Arkana, jangan berbicara hal aneh,” ucap Ariana emosi, menolak menerima kenyataan yang sudah terjadi.
”Gue udah tidurin loe,” jawab Arkana tanpa tahu malu, membuat Ariana mematung namun air matanya mengalir tanpa henti.
”Dasar brengsek!”
Plak!
Satu tamparan melayang ke wajah Arkana. Gadis itu segera mengambil selimut dan menutupi seluruh tubuhnya.
”Udah gue bilang, gue akan tanggung jawab,” ucap Arkana menggenggam pergelangan tangan Ariana dengan erat.
”Pria brengsek sepertimu tak mungkin berpikir untuk bertanggung jawab, kamu tega berbuat hal ini pada calon istri papamu sendiri. Lepas!”
Ariana bersusah payah melepas genggaman anak majikannya, namun tenaga Arkana yang lebih besar membuatnya kini berada di pelukan pemuda itu.
”Sst, gue pasti tanggung jawab. Loe gak perlu khawatir,” Arkana terus menenangkan Ariana yang kini tengah menangis. Namun gadis itu mendorong Arkana sampai terjatuh dari ranjangnya.
”Ariana, kamu sudah ba—”
Arga yang masuk ke kamar calon istrinya melihat hal yang tak di duga. Dia melihat keadaan Ariana yang bahkan sulit untuk dia terima. Dan di bawahnya terlihat putranya yang terjatuh karena dorongan dari Ariana.
”Apa yang kalian lakukan?”
”Aku sudah tidurin Ariana, dan aku akan bertanggung jawab untuk menikahinya,” ucapan itu keluar dari mulut Arkana, bocah SMA yang baru genap berusia 18.
Wajah Arga berubah emosi dan menghampiri putranya. Tanpa sadar dia melayangkan telapak tangannya pada wajah sang putra.
Plak!
Tamparan kedua dia dapatkan dari ayahnya yang kecewa atas perbuatan putra semata wayangnya.
”Aku tak pernah mengajari putraku untuk tumbuh menjadi pria brengsek. Arkana, apa kau tak sadar dengan apa yang kau lakukan!”
Arga kehilangan kontrol atas emosinya, deru nafasnya memburu seolah kehabisan oksigen di sekitarnya. Sementara Ariana berlari ke lantai bawah dengan selimut yang dia lingkarkan untuk menutupi tubuhnya.
...~~~...
”Papa akan tetap menikahinya, memangnya bisa apa bocah sepertimu bertanggung jawab atas hal ini? Apa bagimu dengan menikah kau bisa lepas dari tindak jahatmu?”
Arkana semakin bingung, tindakannya tak merubah keputusan sang ayah sekalipun calon istrinya telah dia nodai. Namun, dia terus memikirkan hal yang bisa membuat sang ayah tak menikahi gadis itu.
”Kalau begitu aku akan berbuat sama pada gadis lain, dan papa akan menikahinya juga kan?” Dengan entengnya dia berbicara hal itu, seolah hal itu mudah untuk di lakukan.
”Arkana, kau!”
”Iya pa, aku akan melakukannya pada gadis-gadis lain. Dan aku tak akan bertanggung jawab pada mereka, seperti apa yang hari ini papa contohkan padaku,” ucap Arkana dengan menunjukan seringainya. Arga mendengar perkataan Arkana sebagai sebuah ancaman yang nantinya akan memalukan bagi keluarganya. Tak mungkin jika dia menumbuhkan pemuda brengsek di keluarga terhormat.
Sementara itu, Ariana sedang melipat pakaian yang akan dia bawa pulang. Dia bertekad untuk keluar dari rumah ini. Tak mungkin baginya harus serumah dengan pelaku kejahatan yang telah merenggut kehormatannya.
Gadis itu melihat cermin, dan melihat tanda merah yang di ciptakan Arkana di lehernya. Ariana membenci dirinya yang sudah hina, dia pun menutupi tanda merah itu dengan scarf yang pernah di hadiahkan Arga untuknya.
”Ariana, berhenti. Kemana kau akan pergi?” Suara Arga terdengar lantang melihat Ariana yang melangkahkan kakinya menuju pintu depan. Namun gadis itu tak menggubris dan tetap berjalan ke luar rumah.
”Kau belum menyelesaikan kontrak kerjamu. Ingat dengan denda yang harus kau bayar!”
Ariana pun berhenti, lalu berbalik dan melihat Arga yang sedang berdiri dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya.
”Masa bodoh dengan kontrak itu. Aku akan membayarnya, yang penting aku tak serumah dengan pelaku kejahatan. Kau tak tahu betapa hancurnya aku yang kehilangan kehormatan di rumah ini!”
Arga menatap mata calon istrinya yang merah dan berkaca-kaca. Dia begitu patah hati dan sedih dengan apa yang di alami oleh Ariana.
”Menikahlah dengan Arkana, aku mohon!”
Ariana terkejut dengan permintaan calon suaminya, tak habis fikir dengan keputusan yang di ambil oleh pria yang dia kenal bijak.
”Tuan Arga, keputusan yang salah menikahkan korban dan pelaku kejahatan. Seharusnya kau menghukum putramu, bukan aku.”
”Aku mencintaimu Ariana, tapi dia juga putraku. Dia adalah kebanggan hidupku. Aku mohon, akan ku berikan apapun untukmu. Rumah, uang, perhiasan, asal kau mau menikah dengan Arkana.”
Ariana menangis sejadi-jadinya mendengar perkataan yang keluar dari mulut Arga. Akhirnya orang kaya itu menunjukkan kuasanya.
”Tak bisa semuanya kau beli dengan kekayaan, Tuan Arga. Kau berbicara seolah aku tak pernah ada di hatimu,” ucap Ariana sembari menunjukan jari telunjuknya di dada bidang milik Arga.
”Dan tak bisa seorang ayah tega melihat putranya di hukum. Tapi kau bisa menghukum pemuda itu setelah menikah dengannya,” ucap Arga pasti. Dia yang bingung berada di antara dua orang yang disayanginya.
Suara ponsel berdering, memecah ketegangan antara dua orang yang sebelumnya pernah menjalin kasih sayang.
”Iya Ario, ada apa?”
”Kak, ibu masuk rumah sakit. Dia harus segera di operasi karena benjolan di otaknya!”
Mendengar hal itu, kehancuran hati Ariana bertambah. Sudah jatuh tertimpa tangga, peribahasa yang benar-benar menggambarkan keadaan gadis itu saat ini.