Tidak pernah menyangka pernikahan ketiga Naya Aurelia (32th) mendapatkan ujian yang penuh dramatis.
Ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit antara memilih suami atau anak kandungnya.
Berawal dari suaminya Juan Bagaskara (27th) yang tidak mau menerima Shaka sebagai anak sambungnya sehingga Naya dengan terpaksa harus berpisah dengan putri kesayangannya. Ia menitipkan Shaka pada bi Irah asisten rumah tangganya yang diberhentikan dari rumah tersebut.
Bertahun-tahun Naya tersiksa batinnya karena ulah suami yang usianya lebih muda darinya. Apalagi suaminya pun memiliki pekerjaan di luar dugaannya yang membuatnya sangat terpukul. Pekerjaan apa kira-kira?
Disisi lain ia sangat ingin kembali hidup bersama anaknya. "Nak, izinkan mama kembali meraih cintamu..." ucap Naya lirih.
Akankah kebahagiaan berpihak pada hidup Naya selanjutnya?
Ikuti kisahnya!💕
Follow author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 Yes berhasil
"Buat apa kamu kembali padanya?" tanya Juan serius. Seraya menatap lekat adiknya yang sedang jatuh cinta pada orang yang salah.
"Karena dia adalah hidupku. Kakak kan tahu, hpku disita sama papa. Semua kartuku diambil juga. Semua itu gegara kakak. Kalau saja kakak menyetujui hubunganku dengan mas Arya, sudah dipastikan kebohongan tentang kehamilanku tidak akan pernah terjadi. Ironisnya disaat yang sama aku harus menelan pil pahit diputuskan sama mas Arya."
Arisa merasa kesal. Ia tidak ragu untuk menyalahkan Juan. Karena keegoisan kakaknya itu, hubungannya dengan Arya kandas di tengah jalan.
"Baguslah. Biar kamu engga usah berhubungan lagi dengan dia," ujarnya enteng.
Juan tidak peduli dengan perasaan Arisa saat ini. Bagaimana pun Arisa harus mendapatkan lelaki terbaik menurut versinya dan itu bukan Arya.
"Kak... tapi aku mencintainya, menyayanginya sepenuh hati,"
Arisa merasa tidak terima dengan ucapan Juan yang tidak berperasaan.
"Itu karena kamu bucin padanya jadi tidak bisa membedakan kebaikan dengan kebusukan. Dia itu laki-laki busuk yang pantas untuk dibuang. Kamu tidak mengenalnya. Tapi kakak sangat mengenalnya," ujarnya penuh kebencian.
Sejak Arya memenangkan tender ratusan juta, ia harus menerima kekalahan dengan terpaksa. Juan merasa kecewa. Rivalnya selalu lebih unggul dalam hal apa pun.
Juan akui rivalnya itu jago dalam bernegosiasi. Saat mempresentasikan suatu proposal pun sangat meyakinkan. Sebenarnya banyak nilai plus dari sosok Arya. Namun Juan tidak mau memberitahukan hal ini pada Arisa. Bisa-bisa ia jadi besar kepala.
"Pokoknya Arisa tetap akan ke Jakarta menemui mas Arya," ujarnya mantap.
Kegigihan Arisa untuk meraih cintanya kembali membuat Juan merasa khawatir.
"Buat apa?" tanya Juan dengan sorot mata yang tajam.
"Aku mau menikah dengannya,"
"Awas saja kalau berani. Kakak tidak akan segan-segan membuat kamu menyesal karena sudah memilih Arya. Kalau kamu masih berhubungan lagi dengan lelaki itu atau bahkan sampai menikah, kakak tidak akan menganggapmu sebagai adik!" pungkas Juan, ia sedikit mengancam adiknya agar tidak main-main dengan keputusannya.
"Hooo sampai segitunya kakak menilai mas Arya! Hanya karena keegoisan kakak rela tidak mau menganggapku adik lagi!" ujarnya berang. Seraya tidak habis pikir dengan jalan pikiran kakaknya itu.
"Kalau kamu mau ku anggap adik kesayanganku, nurut sama kakak! Jangan pernah menghubunginya lagi. Kakak khawatir kamu disakiti dan dicampakkan begitu saja," Juan terus memberi pengertian pada adiknya tersebut.
"Dengar ya kak, aku tidak pernah disakiti oleh mas Arya. Dia sangat menghargai seorang wanita. Aku bersyukur malam itu mas Arya menolongku dari incaran buaya darat. Aku hampir saja mau dimangsa oleh sekelompok teman yang tidak bertanggung jawab. Mas Arya menolongku tanpa punya keinginan untuk menyentuhku. Dia masih menghargaiku sebagai seorang wanita. Padahal malam itu pakaianku sudah tidak karuan. Tapi dia tidak peduli. Dia melindungiku, kak. Apa salah aku mencintai orang yang sudah menolongku?" ujarnya memelas. Ia berharap dari cerita tersebut hati Juan lebih terbuka.
"Kamu sudah terpedaya oleh kebaikannya. Sampai kapan pun kakak tidak akan pernah merestui kalian!" tekan Juan kemudian berlalu dari hadapan Arisa.
"Aku harap kakak tidak mencampuri urusan percintaanku dengan mas Arya lagi!" teriaknya dengan wajah frustasi.
Aaarrrgh!
Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Arisa sangat kesal dengan keegoisan kakaknya yang tanpa kompromi mencampuri kisah cintanya.
Juan tidak peduli dengan teriakan Arisa. Menurutnya itu sudah biasa Arisa lakukan kalau keinginannya belum terpenuhi. Biarkan, tinggalkan, itu yang selalu Juan lakukan jika Arisa berbuat ulah. Nanti juga akan diam dengan sendirinya. Juan membuka pintu ruang kerjanya.
"Tolong...tolong...tolong Tuan. Nyonya bangun Nyonya bangunnnn!"
Juan dikejutkan dengan suara bi Uus yang berteriak meminta tolong dari lantai 2. Tanpa mengunci pintunya kembali, Juan langsung berlari menuruni anak tangga. Kunci tersebut masih menggantung di sana.
Melihat Juan pergi begitu saja tanpa mengambil kunci pintu ruang kerjanya, Arisa merasa mendapatkan angin segar. Hal ini tidak disia-siakan oleh Arisa untuk masuk ke ruangan Juan. Dia memindai ruangan tersebut, memastikan benda yang dimaksud berada di atas meja kerjanya. Ia mempercepat langkahnya menghampiri meja kerja Juan.
Arisa mengambil sebuah album kartu nama yang tersimpan rapi di atas meja kerja Juan. Ia mulai mencari kartu nama Arya.
"Yes berhasil. Akhirnya...terima kasih ya Allah apa yang kumau akhirnya kudapatkan juga."
Arisa berhasil mendapatkan kartu nama Arya yang bertuliskan alamat kantor dan alamat rumahnya. Dia sangat bahagia.
Arisa mencium kartu nama tersebut dengan wajah yang berbinar. Karena kecerobohan Juan, akhirnya Arisa bisa masuk ke ruangan kerja kakaknya yang penuh rahasia.
Sebelum pergi, Arisa meletakkan kembali album kartu nama ke tempat semula. Ia bergegas keluar dari tempat itu secepatnya.
Sebenarnya Arisa ingin mencari tahu tentang ruangan yang dianggap rahasia tersebut. Namun ia lebih memilih pergi. Ia takut ketahuan kakaknya karena telah mengambil kartu nama tanpa seizinnya.
Arisa tidak peduli dengan orang rumah yang tengah panik dengan kondisi Naya yang tidak sadarkan diri. Tanpa pamit dia pergi untuk menghindari kakaknya yang bakal ngamuk karena ulahnya.
Sementara itu Juan menggendong Naya dengan cepat menuju mobil. Dia hendak membawa istrinya ke rumah sakit dengan harapan istrinya tidak mengalami hal yang serius.
"Saya kan sudah bilang jaga istri Anda! Istri Anda tidak boleh kecapean, tidak boleh banyak pikiran dan juga tidak boleh banyak tekanan. Jadi istri Anda harus benar-benar bedrest."
Dokter tersebut marah karena Juan sudah melalaikan istrinya.
"Maaf dok. Ini di luar kendali saya. Padahal saya sudah meminta asisten untuk menjaga istri saya di rumah."
"Kalau Anda tidak bisa merawat dan menjaga istri Anda dengan baik di rumah, sebaiknya istri Anda dirawat dan dijaga di rumah sakit ini. Jadi Anda bebas untuk pergi bekerja tanpa merasa ada beban. Karena pihak rumah sakit yang akan merawatnya," kata dokter tersebut memberi solusi.
"Iya dokter, nanti akan saya pertimbangkan. Semoga saran dokter bisa diterima oleh istri saya. Karena istri saya yang tidak mau dirawat di sini," jelas Juan mencoba untuk bersabar karena dipersalahkan oleh dokter yang menangani istrinya.
Juan menatap istrinya dengan penuh khawatir. Entah apa yang sudah terjadi di rumahnya sehingga istrinya harus ngedrop seperti ini.
Beberapa menit kemudian, baru ia tersadar kalau di rumahnya sedang ada Arisa.
Dia langsung merogoh ponselnya untuk memastikan sesuatu yang ia pikirkan. Ia langsung melihat cctv kamarnya. Apa yang ia khawatirkan memang benar adanya. Arisa sudah menerobos masuk ruangannya tanpa permisi dengan mengambil sebuah kartu nama. Ia merasa geram dengan tindakan adiknya yang sudah keterlaluan.
"Arisaaaaa kau!"
Up lg thor
Up lg thor