Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Hanya ilusi
Mengapa mereka menipuku? Apakah Devan tahu? Apa memang ini adalah rencananya?
Pikiran Alia mulai kalut, merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Iya, kita pernah membohonginya untuk mencari buku di perpustakaan kampus, padahal buku itu tak pernah ada, hahaha," tutur Eko.
"Oh iya benar, sampai dia terkunci di perpustakaan karena sampai malam masih belum mendapatkan bukunya kan?" tanya Joe memastikan.
"Iya benar, lalu kalian ingat saat Devan memberinya kalung namun Devan mengatakan jika kalung itu jatuh di kolam renang?" tutur Beri bersemangat.
"Iya aku ingat. Akhirnya Alia masuk ke dalam kolam dan mencari kalung itu hingga berjam-jam. setelah itu ia menemui Devan dalam keadaan menangis karena tak bisa menemukannya, padahal tubuhnya sedang demam," sahut Eko.
"Tentu saja tak pernah menemukannya, kalung itu tak pernah aku jatuhkan ke dalam kolam. Aku hanya tak ingin memberikan kalung itu kepadanya dengan sedikit tipuan," tutur Devan dengan suara yang terdengar puas.
Deg.
Hati Alia semakin terkejut dan sakit kala mendengar suara Devan dengan lantang mengatakan hal itu.
Devan?
Alia tak pernah menyangka bahwa kekasih yang begitu ia cintai selama ini tega menipu dan mengerjainya seperti itu. Airmata pun sudah tak mampu lagi dibendung olehnya.
"Hahaha kau benar-benar kejam Dev," ucap Joe seraya tertawa.
"Masih ada lagi yang paling keji," tutur Beri tiba-tiba.
"Yang mana? Terlalu banyak, kita sudah 19x menipunya jadi aku tidak ingat yang mana yang kau maksud," sahut Eko.
"Itu loh, saat ujian semester tapi Devan meminta Alia menunggunya di rumah karena ingin menjemputnya. Tapi Devan tak pernah datang hingga ujian itu selesai, dan Alia dinyatakan tidak lulus karena tak mengikuti ujian," jawab Beri tersenyum sembari mengingat-ingat.
"Oh iya iya aku ingat, saat itu ia menangis meminta Devan untuk membantunya berbicara pada Dosen karena ia hampir di DO," ucap Joe.
"Iya, tapi Devan tak pernah pergi menemui dosen itu namun ia mengatakan pada Alia semua sudah diurus, bukan begitu Devan?" tanya Beri.
Devan menganggukkan kepalanya seraya tersenyum smirk. Terlihat dengan jelas wajah Devan yang begitu licik, wajah yang tak pernah Alia lihat sebelumnya.
"Dan kali ini dia tertipu lagi, ia menghabiskan begitu banyak darah namun semua berakhir di tempat sampah. Hahaha sungguh bodoh wanita itu," tutur Beri.
Apa???
"Apa kalian tidak kasihan dengan Alia? Kalau dipikir-pikir kita keterlaluan juga," tutur Eko.
"Biarkan saja, masih untung kita tidak jadi menggunakan tubuhnya di malam pesta itu. Jadi biarkan saja, semua ini adalah hukuman yang pantas untuknya, karena telah merebut posisi ketua club tari dari tangan Riska, wanita yang dicintai Devan, apalagi sampai membuatnya menangis," ucap Beri.
Duarrr!!
Bagaikan petir di siang bolong. Jantung Alia semakin berpacu lebih cepat dengan rasa sakit yang mengusiknya.
Riska?? Riska Amalia, sahabatku?
Alia tertawa ironis sembari meneteskan airmata mendengar semua ini. Ia pun segera mengusap airmata nya dengan kasar dan menarik nafasnya panjang.
Ku rasa aku tahu apa yang terjadi. Riska merasa tersaingi oleh ku, lalu ia meminta bantuan kepada Devan untuk mengerjai ku. Ia tahu jika Devan menyukainya, dan ia tahu bahwa aku menyukai Devan.
Hahahaha Riska, kau sungguh kejam.
Alia segera pergi dari tempat itu dengan hati yang sakit. Airmata masih terus menggenang di wajah cantiknya. Permainan apa yang selama ini ia jalani? Ia hanya menjadi pion dalam rencana licik orang-orang yang dicintainya.
Sungguh ironis. Sahabat yang sering mendengarkan ceritaku tentang Devan, adalah penulis skenario jahat yang sesungguhnya.
Alia mengusap kembali airmata nya dengan kasar. Merasa kesal karena buliran bening itu terus saja jatuh hanya karena manusia jahat seperti Devan dan Riska.
"Aku terlalu bodoh! Bodoh!! Bodoh!!" teriak Alia kesal sekaligus sedih menghujam hatinya.
Alia pun terduduk di bawah pohon yang berada di pekarangan rumah sakit dan menangis tersedu-sedu di sana.
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dengan tubuh yang sesenggukan. Ia tak tahu lagi bagaimana menggambarkan perasaan dan hatinya saat ini. Alia merasa langit seperti sedang jatuh di pundaknya.
"Apa kurangnya aku kepada kalian? Mengapa kalian tega kepadaku?" ucap Alia di tengah isaknya.
Alia merasakan hatinya patah yang tak terkira. Ia bahkan merasa bingung hendak berbuat apa terhadap Devan dan Riska. Orang-orang yang terlalu menyakiti hatinya.
Gadis itu berjalan dengan menundukkan kepala.
"Devan, aku kira kau mencintaiku dengan tulus. Aku kira aku telah menemukan cinta sejati ku melalui dirimu. Tapi ternyata semua hanya ilusi," gumam Alia sendu.
Sakit hati memang tidak mudah disembuhkan begitu saja. Ia harus merelakan kisah cintanya bersama Devan. Kisah cinta yang ia harapkan menjadi kisah romansa manis, ternyata hanyalah ilusi.
Kakinya terus membawanya berlari entah kemana. Bahkan jarak yang sudah jauh pun tak lagi dipedulikannya. Sakit di hatinya mampu membuatnya tak memperdulikan apapun yang ia rasakan.
Hingga tiba-tiba Alia merasa tubuhnya membentur seseorang.
"Awww," rintih Alia.
Gadis itu tanpa sengaja menatap seseorang di hadapannya. Ia melihat seorang pria bertubuh tinggi mengenakan setelan jas yang terlihat sangat mahal. Otot-otot nya begitu keras dan rahangnya begitu tegas.
Alia tersentak kaget, kala menatap lelaki tampan di hadapannya itu. Kedua mata pria itu menatapnya dingin. Sedangkan beberapa pasang mata di belakangnya menatapnya dengan marah.
Tanpa berpikir pikir panjang, Alia lngsung berlari meninggalkan mereka. Ia lebih baik kabur daripada harus berhadapan dengan pria yang membawa pengawal bersamanya.
"Tuan Sam, apakah saya perlu mengejar gadis yang tidak memiliki sopan santun itu?" tanya Ardi.
"Tidak perlu," tegas Sam lalu kembali berjalan.
Suara langkah kaki terdengar menjauh, Alia merasa lega karena ia tidak dikejar oleh pria dan pengawalnya itu.
"Siapa laki-laki itu? Menabraknya saja membuatku takut," gumam Alia.
.
.
.
.
Bersambung
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat