Anara Kejora biasa di sapa Ana, dia adalah gadis yang baik, penyayang, pintar dan ramah pada siapapun. Dia seorang yatim piatu, papa dan mama nya meninggal sejak ia berusia 10 tahun karena kecelakaan.
Suatu hari dia di usir oleh keluarga bibinya, kemudian dia pergi dan di kontrakan. setelah itu dia mencari pekerjaan di William Group dan di terima bekerja di situ.
Pria itu adalah Sean William. Dia adalah CEO William Group, seorang laki-laki berparas tampan, memiliki bentuk tubuh yang sempurna membuat setiap kaum hawa yang melihatnya terkesima. Namun, dia adalah pria yang dingin, kejam, tegas dan tidak tersentuh. la sangat sulit untuk di dekati, apalagi dengan seorang wanita.
Namun siapa sangka, di balik ketampanannya dia adalah pimpinan mafia terkejam yang cukup terkenal di berbagai negara.
Sean dan Anara bertemu lalu menikah
bagaimana kisah cinta Sean dan Anara?
Akankah mereka hidup bahagia?
Selamat membaca
Jangan lupa like, komen, bintang 🌟🌟🌟🌟🌟
Vote sebanyak-banyaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Jay H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Terkuak - Eksekusi
Malam hari...
Markas Kingdom...
"Lapor tuan, ini hasil beberapa bukti yang kami temukan atas kecelakaan tuan Adarra." Riko memberikan berkas hasil penyelidikannya.
Adarra merupakan kakak kandung dari Sean yang mengalami kecelakaan beberapa tahun yang lalu.
"Hasil ini baru saya dapatkan tadi siang tuan, karena memang mereka melakukan dengan sangat rapi." Sambung Riko.
Sean membuka dan membacanya dengan teliti.
Selang beberapa menit, wajahnya berubah menjadi merah padam dengan nafas yang memburu.
"Kurang ajar." Sean membuang berkas kesembarang arah.
"Berarti selama ini dia sudah mengelabui ku."
"Kita keruang bawah tanah sekarang. Aku tidak akan memberikan dia ampun." Sean segera berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruang bawah tanah.
la melewati lorong-lorong dengan langkah kaki yang sangat cepat. Wajahnya berubah seperti monster yang siap melahap siapa saja.
'Sesuai dengan janji uncle padamu, Diva. Uncle tidak akan membiarkan mereka hidup setelah dirimu kehilangan papa dan mamamu.' Ucap Sean dalam hati.
Sean berdiri di salah satu ruangan yang terdapat salah satu tawanan Sean.
Ada yang bisa menebak siapakah orang itu?
"Buka pintunya." Perintah Sean dengan sorot mata yang menakutkan.
Anak buah Sean yang sedang berjaga itupun segera membukakan pitu ruang tersebut.
Pintu sudah terbuka, Sean melangkahkan kakinya masuk. la menatap seseorang yang sedang tertidur itu dengan penuh benci.
"Bawakan aku air es ke sini." Perintah Sean pada salah satu anak buahnya.
Tak berselang lama, anak buah Sean membawa air yang di penuhi dengan bongkahan-bongkahan es di dalamnya.
"Siramkan itu padanya." perintah Sean lagi.
Byuurr...
Air yang berisi bongkaha-bongkahan es itupun mendarat semourna mengenai orang tersebut.
Orang itu terbangun karena terkejut mendapat guyuran begitu saja.
"Apa yang kau lakukan?" Teriaknya. Dia pun basah. kuyub dengan kondisi badan yang menggigil karena dinginnya air itu.
Jesica yang mendengar teiakan dari orang itu pun terbangun. "Daddy..." gumamnya pelan.
Hmmm... orang yang sudah membuat Diva harus kehilangan kasih sayang papa dan mamanya adalah daddy Jesica, tuan Audrey.
la menyewa pembunuh bayaran kelas tinggi untuk hal ini, karena ia tahu jika Sean pasti akan mudah menemukannya jika hanya menyewa pembunuh bayaran berkelas rendah.
Entah apa motif yang membuat daddy Jesica harus menghilangkan nyawa kakak dari Sean.
Sean mendekat kearah daddy Jesica dengan penuh amarah. "Kau harus membayar mahal akan hal ini." Sean mencekik kuat leher nya kuat, hingga daddy Jesica kesusahan untuk bernafas.
"Apa yang kau lakukan pada daddyku. Lepaskan." Teriak Jesica tidak terima jika sang daddy mendapat perlakuan kasar oleh Sean. Sean tidak menghiraukan teriakan dari Jesica.
Kali ini Sean hanya fokus pada orang yang sudah membuat kakaknya harus meregang nyawa.
Tangannya memberontak ingin melepaskan tangan Sean dari lehernya. Tapi, usahanya sangat sia-sia. Tenaga Sean lebih kuat darinya.
Wajahnya menjadi merah kebiruan karena tidak mendapat pasokan oksigen. Sean segera melepaskannya dengan kasar.
Uhhuk...
Tuan Audrey terbatuk setelah tangan Sean lepas darinya.
"Seret dia keluar, bawa dia ke ruang terbuka." Perintah Sean dengan tegas. Anak buah Sean segera menyeret paksa daddy Jesica.
"Mau kalian bawa kemana daddy? Lepaskan dia." Teriak Jesica tidak henti-hentinya.
Daddy Jesica terus memberontak untuk di lepaskan. la tidak tahu jika Sean sudah mengetahui jika dirinya adalah dalang di balik kecelakaan kakak Sean.
"Hey...lepaskan daddy ku. Mau kalian apakan dia?" Jesica berteriak lagi.
"Diamlah nona. Atau nyawamu harus melayang kali ini." Bentak anak buah Jesica yangbertugas di depan pintu ruangan Jesica.
Sean berjalan di belakang anak buahnya yang menyeret daddy Jeisca. Ia tidak memperdulikan teriakan Jeisca sama sekali.
"Ikat dia disana," Perintah Sean.
Sean memerintah anak buahnya untuk mengikat daddy Jeisca pada tiang beton yang berada di ruang terbuka di belakang markas.
"Lepaskan aku." Berontaknya pada anak buah Sean.
Badannya yang basah karena tersiram air es di tambah lagi dengan udara malam yang cukup dingin kali ini.
Sedangkan di sisi Ana...
"Kenapa Sean belum pulang? Tumben sekali?" Gumam Ana melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Apa dia ada lembur? Kenapa tidak memberitahuku ?" Lanjut Ana lagi.
la mencoba menghubungi Sean, namun ponsel milik Sean tidak aktif. la mencoba sekali lagi namun tetap sama saja.
"Mungkin dia ada urusan mendadak." Ucap Ana meyakinkan dirinya.
Kembali lagi ke sisi Sean, ia mendekat kearah daddy Jesica yang sudah terikat sempurna.
"Apa yang kau lakukan ini?" Ucap daddy Jesica.
"Apa kau tidak tahu di mana salahmu, tuan Jesica?" Tekan Sean.
"Aku tidak pernah membuat kesalahan padamu." Bentaknya pada Sean.
"Kau yang sudah membuat kakakku kehilangan nyawanya. Dan karena ulahmu, keponakanku kehilangan kasih sayang dari keduanya."
"Hahahaa.... Jadi kau sudah tau jika aku yang membuat kakakmu harus kehilangan nyawa? Itu pantas dia terima." Ucap daddy Jesica tanpa merasa bersalah. Dia pun tidak merasa takut pada Sean kali ini. Entah bagaimana bisa ketakutannya hilang saat ini.
Bugh...
Sean memukul keras wajah tuan Audrey.
"Kau berani bermain-main denganku." Wajah Sean semakin terlihat menyeramkan kali ini.
"Jika saja dulu kakakmu itu menerima kerja sama yang aku ajukan. Dia tidak akan kehilangan nyawanya." Jelas daddy Jesica. Wajah Sean semakin garang mendengar penuturan dari tuan Audrey.
Hanya karena kerjasamanya di tolak oleh sang kakak, daddy Jesica bisa melakukan hal jahat itu.
Dulu memang kakak Sean yang memimpin perusahaan William Company. Setelah kepergiannya, Sean yang menggantikannya. Dalam waktu tidak lama. perusahaan itu semakin bertumbuh pesat.
Kakak Sean mengetahui jika daddy Jesica pernah berbuat kecurangan di salah satu perusahaan yang juga cukup ternama. Maka dari itu, Adarra tidak bisa menerima kerja sama dengannya waktu itu.
"Kau memang tidak pantas hidup di dunia ini." Sean
murka dengan daddy Jesica.
"Ambilkan aku belati." Teriak Sean pada buahnya.
"Apa yang akan kau lakukan?" Ucap daddy Jesica sedikit takut.
Sreett...
Srett...
Dua sayatan mengenai kedua pipi tuan Audrey.
"Aaarrkkhh..." teriaknya.
Sreett..
Satu lagi di bahu kanan. Darah segar mengalir membasahi pipi dan bahu daddy Jesica.
"Ambilkan aku cambuk." Perintah Sean lagi pada anak buahnya.
Anak buah Sean memberikan cambuk terbaru pada Sean.
Ctass...
Ctaass...
Ctaass...
Sean mencambuk tubuh daddy Jesica tanpa berhenti. Ia menumpahkan semua kemarahannya dan membalaskan dendam untuk Diva.
Daddy Jesica terus saja berteriak karena merasa sekujur tubuhnya sakit. Belum juga tubuhnya yang remuk itu pulih, Sean sudah menghajarnya lagi kali ini.
Ctass...
Ctass...
Ctass...
Sean kembali mencambuk tubuh daddy Jesica.
Luka akibat cambukan itupun terlihat jelas di mata Sean.
Baju yang di kenakan oleh daddy Jesica pun hingga terkoyak karena cambukan Sean. Tubuh tuan Audrey bergetar hebat karena merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
Ctass...
Ctasss..
Ctass...
"Aku tidak akan membiarkanmu mati dengan mudah kali ini." Ujar Sean.
Daddy Sean memandang lemah pada Sean, tapi sorot matanya menyimpan dendam.
"Kenapa kau tidak langsung saja membunuhku?" Lirih daddy Jesica.
"Tidak semudah itu, tuan Jesica. Kau harus merasakan penderitaanmu terlebih dahulu." Jawab Sean.
Sean kembali beralih pada belati yang sempat ia pegang tadi.
Sreett...
Sean kembali menyayat tubuh daddy Jesica. Sean mengukir di atas tubuh milik daddy Jesica saat ini. daddy Jesica yang sudah lemah itu pun tidak bisa berkata-kata lagi.
Tanpa berbelas kasih, Sean menguliti tubuh daddy Jesica. Sean melakukannya tanpa rasa iba sama sekali.
Kali ini daddy Jesica berteriak sekuat tenaga. Sean menikmati setiap teriakan-teriakan dari daddy Jesica.
Anak buah Sean yang berjejer di belakang Sean merasa ngeri dengan apa yang di lakukan oleh sang majikan. Padahal mereka sudah terbiasa melihat keganasan Sean saat mengeksekusi musuh-musuhnya. Tapi mereka tetap saja bergidik ngeri melihatnya.
Mereka membayangkan bagaimana jika itu adalah diri mereka yang di perlakukan Sean seperti itu.
Darah segar mengalir deras tidak ada hentinya dari
tadi.
Entah bagaimana bentuk tubuh daddy Jesica saat ini di tangan Sean.
"Ambilkan aku katana." Tidak puas dengan apa yang di lakukan sedari tadi. Sean meminta anak buahnya untuk mengambil katana miliknya.
Sean menerima katana yang di bawakan oleh anak buah Sean.
Sringg..
Srinng...
Kedua tangan daddy Jesica tidak berada di tempatnya.
"Itu balasan untuk kakakku."
Sriing..
Srinng...
Kedua kaki daddy Jesica pun ikut lepas dari tempatnya.
"Itu untuk kakak iparku."
Jleeb...
Sean menancapkan katana itu tepat di jantung daddy Jesica.
Daddy Jesica seketika tewas di tangan Sean dengan kondisi matanya terbuka lebar.
"Dan itu untuk Diva. Karena kau, dia harus kehilangan
kasih sayang dari kedua orang tuanya." Nafas Sean
masih memburu hebat saat ini.
la sepertinya masih belum puas dengan apa yang dilakukannya.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Sean pada anak buahnya.
Sedari tadi ponsel miliknya mati, ia tidak sempat menghubungi Ana. la khawatir, pasti Ana menunggunya sejak tadi.
"Sudah tengah malam tuan." Jawab salah satu di antara mereka.
"Kalian urus jasad orang itu. lakukan seperti biasanya. Aku membersihkan tubuhku lalu pulang."
Perintah Sean pada anak buahnya. Jika saja dirinya belum menikah, mungkin Sean akan bermain-main dengan tawanannya lebih lama lagi.
Sean pun melangkah masuk ke dalam dan menuju kamarnya yang berada di markas. Sean segera membersihkan dirinya karena baju yang di kenakannya penuh dengan darah saat ini.
Tubuhnya pun tercium bau anyir yang sangat kental.