NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjadi Madu

Terpaksa Menjadi Madu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Julia And'Marian

Alya adalah gadis mandiri yang bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta. Hidupnya sederhana namun bahagia, hingga suatu hari ia harus menghadapi kenyataan pahit, ayahnya terlilit utang besar kepada seorang pengusaha kaya, Dimas Ardiansyah. Untuk melunasi utang itu, Dimas menawarkan satu-satunya jalan keluar—Alya harus menikah dengannya. Masalahnya, Dimas sudah memiliki istri.

Dengan hati yang terpaksa dan demi menyelamatkan keluarganya, Alya menyetujui pernikahan itu dan menjadi madu. Ia masuk ke dalam kehidupan rumah tangga yang dingin, penuh rahasia, dan ketegangan. Istri pertama Dimas, Karin, wanita anggun namun penuh siasat, tidak tinggal diam. Ia menganggap Alya sebagai ancaman yang harus disingkirkan.

Namun di balik sikap dingin dan keras Dimas, Alya mulai melihat sisi lain dari pria itu—luka masa lalu, kesepian yang dalam, dan cinta yang belum sempat tumbuh. Di tengah konflik rumah tangga yang rumit, kebencian yang mengakar, dan rahasia besar dari masa lalu,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 22

Dua bulan setelah meninggalkan Jakarta, Alya kini tinggal di kota kecil di pinggiran Yogyakarta. Sebuah rumah sederhana di lereng bukit, dikelilingi ladang teh dan embun pagi yang menenangkan.

Setiap hari, ia mengajar kelas daring. Di sela waktu luang, ia menulis naskah bukunya. Tapi ada satu perubahan baru yang tidak ia duga: seorang pria bernama Dion, editor dari penerbit besar, yang menjadi penasihat naskah sekaligus teman bicara.

Senja itu di beranda rumah Alya.

"Naskahmu ini seperti luka yang belum kering. Tapi justru itu yang membuat orang percaya... bahwa kamu bertahan." Ucap Dion.

Alya tersenyum kecil. "Aku tidak ingin dikasihani pembaca."

Dion terkekeh. "Tenang saja. Mereka nggak akan kasihan. Mereka akan kagum."

Dion tersenyum. Ada ketenangan dalam sikapnya, dan itu membuat Alya nyaman. Tapi saat mereka sedang berdiskusi, suara motor terdengar di depan rumah.

Fahri.

Alya bangkit berdiri, kaget dan gugup. Dion mengangkat alisnya.

"Itu siapa?" Tanya Dion.

"Teman lama… sangat lama." Sahut Alya.

Fahri melangkah masuk ke pekarangan, menatap Alya dengan wajah yang sudah lelah menempuh jarak.

"Aku dengar kamu di sini. Aku harus lihat sendiri."

"Kenapa kamu datang?" Tanya Alya.

"Karena aku kangen. Dan karena aku dengar... Rey mengajukan banding."

Dion langsung bangkit.

"Aku permisi dulu. Sepertinya ini urusan pribadi."

"Dion, enggak. Kamu bisa di sini..." Kata Alya.

Fahri tersenyum kecil. "Kita cuma butuh beberapa menit, mas."

Dion tersenyum datar. "Baik. Tapi jangan paksa dia memilih kalau dia belum siap."

Setelah Dion masuk ke dalam, Fahri duduk di kursi kayu beranda. Tatapan matanya kosong namun dalam.

Fahri menoleh ke arah Alya. "Aku enggak minta kamu balik, Alya. Tapi aku... aku ingin kamu tahu aku masih di sini. Aku belum kemana-mana."

"Kamu sudah ke sini. Menempuh 500 kilometer. Itu bukan hal kecil, Fahri."

"Karena aku nggak pernah main-main sama kamu."

Alya menghela napas panjang.

"Tapi kamu juga nggak pernah tanya... apakah aku ingin ditemani atau berjalan sendiri."

"Jadi kamu mau sendiri?"

"Untuk pertama kalinya... ya. Aku ingin berdiri di atas kakiku sendiri. Bukan jadi luka Rey. Bukan jadi tempat pelarianmu dari rasa bersalah atas Kirana."

Fahri menunduk. Perkataan itu menyentaknya. Tapi ia tahu... itu kebenaran.

"Aku kira aku sudah belajar mencintai dengan sehat. Tapi ternyata aku cuma takut sendirian."

Keheningan menyelimuti mereka.

Lalu suara langkah Dion terdengar. Ia kembali membawa dua cangkir teh.

"Aku enggak mau masuk terlalu jauh dalam cerita kalian. Tapi aku cuma ingin bilang: perempuan hebat sepertimu nggak butuh diselamatkan."

"Aku tahu. Tapi aku mau menemani. Bukan menyelamatkan." kata Fahri.

"Dan aku... belum siap ditemani."

Malam turun perlahan.

Fahri pamit dengan kalimat singkat.

"Aku tunggu kamu, Alya. Sampai kapan pun."

Ia berjalan ke motornya. Tak ada pelukan. Tak ada janji. Hanya tatapan yang menyimpan harapan panjang.

Setelah Fahri pergi, Dion duduk kembali di sebelah Alya.

Dion tersenyum. "Kamu yakin nggak menyesal?"

Alya menggelengkan kepalanya. "Untuk pertama kalinya dalam hidupku... aku tahu apa yang aku butuhkan. Dan itu bukan cinta yang terburu-buru."

Dion terkekeh kecil. "Tapi kamu tahu, kan? Aku juga bisa jatuh cinta."

Alya tersenyum. Lelah, tapi lega.

"Tunggu sampai bukuku selesai. Setelah itu... baru kita bicara soal jatuh cinta."

Alya akhirnya membuat pilihan. Bukan antara Rey, Fahri, atau Dion—tapi memilih dirinya sendiri. Di antara pria-pria yang ingin memilikinya, ia memilih menjadi utuh dulu. Sendiri bukan karena tak ada cinta, tapi karena ingin tahu apa rasanya hidup dengan tenang, tanpa luka ditutup oleh cinta baru yang terburu-buru.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!