AKU BUKAN PELACUR
Tan Palupi Gulizar nama yang manis. Namun tak semanis perjalanan hidup yang harus ia lalui untuk mencari jawaban siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sosok yang selama ini melindungi dan membesarkannya, ternyata menyimpan sebuah cerita dan misteri tentang siapa dia sebenarnya.
Lika-liku asmara cinta seorang detektif, yang terjerat perjanjian.
Ikuti kisah kasih asmara beda usia, jangan lupa komentar dan kritik membangun, like, rate ⭐🖐️
Selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Akhirnya saat-saat perpisahan semakin mendekat tak dapat dihindari. Ke mana pun John bergerak di dalam rumah, di situ Palupi mengikutinya.
Suara deru mobil, berhenti di depan villa bercat putih itu. Liana ke luar dengan langkah gemulai. Tercium aroma parfum yang girly's yang menguar dari tubuhnya. Disusul dari belakang, Ray yang berjalan melenggang santai masuk ke ruang tamu.
Palupi yang sudah berdandan cantik dengan senyum sumringah menanti datangnya sang kakak ketemu gede.
"Oh sayangku... Dua hari tidak berjumpa denganmu, serasa hampa hidup eiyke," sambil cipika-cipiki dengan Palupi.
"Yuk kita ambil kesempatan hang out berdua, setelah bos John pergi, mau?" Tawar Liana kepada Palupi. "Biarkan bos pergi, kita menghibur diri cari tempat untuk ***-*** just you and me," suara cempreng kemayu khas Liana sambil mengedipkan mata kirinya.
John muncul di belakang Palupi dan memeluknya.
"Awas kalau kau ajari dia yang nggak benar, akan aku gantung tubuhmu dengan cara terbalik di pohon jambu dekat gapura masuk perbatasan kota ya!" Ancam John dengan wajah bengis yang dibuat-buat.
"Ish.... Apa sih ciynn.. beraninya sama eiyke doang, gadis cantik sexoy lemah-gemulai begini mana tega mau gantung eiyke terbalik, ishh... ishh, ancaman nggak level," sahut Liana.
"Ha...ha...ha..." Tawa lepas Liana melupakan suara yang seharusnya dibikin imut dan manja itu.
John yang mendengar suara itu seketika meninggikan satu sisi alisnya, "aku tidak peduli ya! Sebab aku tidak pernah menginginkan ada sesuatu yang menimpa Gulizar, selama aku tidak di sampingnya," sambil menuntun Palupi ke arah tempat duduk di ruang tamu.
Di sudut sofa Palupi mendudukkan diri sambil menunduk. Dia merasa tidak nyaman dan was-was. Rasa khawatir tiba-tiba hadir tanpa bisa ia toleransi.
Ray yang mengamati semua pergerakan satu sama lainnya, menjadi semakin yakin antara Palupi dan John sudah ada asmara tumbuh bersemi.
Ray mendekati John, "segeralah kembali, setelah semua upaya yang kau tempuh untuk mendapatkan hasil cross check di England. Test berikutnya bertujuan untuk meyakinkan. Dengan hasil DNA yang menyatakan kecocokan mencapai 95% dari Indonesia, tentunya hasil cross check di sana tidak akan bebeda jauh. Karena hasil test DNA di Indonesia juga sudah diakui dunia. Hanya karena tempat lahir Gulizar dan kewarganegaraan orang tuanya adalah Britania Raya, mau tidak mau harus dilakukan cross check.
John menyimak ucapan Ray tanpa menyela. "John, aku rasanya tidak tega melihat nasib cinta kalian yang harus terpisah di saat cinta itu mulai terlihat bersemi."
Dengan tersenyum smirk John menatap Ray, "sejak kapan kau mendalami ilmu sastra heh..., eh ... maksudku kau jadi cenayang!" Sahut John sambil tersenyum.
John menyelonjorkan kaki panjangnya dan bersandar santai, "Aku titip keselamatan Gulizar, instingku mengatakan, Riris tidak akan tinggal diam dengan segala keculasan hatinya."
Sambil meraih gelas kopinya, John berpesan lebih lanjut,
"Liana tidak bisa diandalkan, sebab kau tahu sendiri kan? Penampilan dan gayanya itu lebih menunjukkan perilaku seorang wanita."
"Ray," sambil meneguk kopinya, "camkan dalam ingatanmu! Seseorang bila memiliki keinginan yang kuat, mereka akan melakukan berbagai cara untuk mencapai hasil dan mendapatkannya. Itulah yang akan dilakukan Riris."
Panjang lebar John bicara dengan mimik seriusnya.
Ray mendengarkan arahan John sambil menganggukkan kepalanya, tanda dia sangat memahami kekhawatiran John.
"Baiklah bos, sekarang simpan dulu kekhawatiranmu dan pergilah ke England! Jangan lupa kembalilah bila sudah selesai. Jangan lama-lama di sana karena aku takut idola kecilmu akan semakin karatan bila terlalu lama pergi dan jauh dari Gulizar."
Ha.. .ha...ha.,..
"Dasar kau itu. Sedari tadi kau berusaha mengejekku. Oh ya aku rasa nyonya Anne akan segera datang ke Indonesia, dan please! handle baik-baik dua wanita ini. Tahun ini aku serasa mendapat Jackpot, kakak ipar, sekaligus mertua" kerling mata John membawa tawa mereka pecah.
Sambil bangkit berdiri Ray menepuk punggung John, "aku orang pertama yang mendukung semua upayamu, jangan khawatirkan yang di indonesia. Sebab, aku jamin semuanya akan baik-baik saja. Baiklah kita segera berangkat ke konsulat untuk mengambil dokumen yang kauperlukan."
Keduanya beranjak pergi setelah sebelumnya berpamitan kepada Palupi. John meraih pinggang Palupi dan mengecup dahinya.
Interaksi keduanya tak lepas dari pengamatan Liana.
Sepeninggal John dan Ray, Liana juga sibuk menghibur Palupi, yang ternyata benar cinta kedua insan itu perlahan sudah bersemi. Senyum manis Palupi sedikitpun tidak mampu berbohong.
"Sayang..., sedang mbucin ya... uluhh buang jauh-jauh Oom- Oom tua itu, cyinn... Kita cari yang fresh yang lebih soft tapi macho nggak kek itu boss, garang nian ish," Liana sengaja meledek Palupi, memancing reaksi selanjutnya.
"Ihh, Liana..., kamu kok jahat sih," tangan dengan jari lentik itu memukul bahu Liana dengan manja. Semburat rona wajah Palupi yang menunduk malu digoda Liana.
Dalam perjalanan menuju kantor Konsulat, Ray tiba-tiba mengerem mendadak dan meminggirkan mobilnya. Klakson kendaraan saling bersahutan karena ulah Ray. John pun sempat dibuat bingung.
"Lihat itu, bukankah itu Riris?" Ray menunjuk ke arah depan. Riris yang baru keluar dari minimarket berjalan ke arah mobilnya yang diparkir di pinggir jalan.
John mengarahkan pandangannya mengikuti arah telunjuk jari Ray.
Buru-buru Ray meraih cameranya dan memotret Riris yang digandeng pria paruh baya menuju mobil mereka.
"Siapa laki-laki itu, Ray? Yang aku tahu, Riris sudah tak punya ayah." John mulai menduga bahwa laki-laki itu adalah pria hidung belang yang berhasil digaet Riris untuk menjadi ATM berjalannya.
Sambil menjalankan kembali mobilnya, Ray mengingat-ingat pria paruh baya yang digandeng Riris.
Begitu pun halnya John, mencoba mengingat laki-laki itu.
"Aahh, aku ingat." Teriak John yang mengagetkan Ray yang sedang nyetir.
"Astaga bos..., gak usah bikin kaget weh." Sungut Ray sambil mengendalikan setirnya yang hampir menyerempet motor.
"Waktu aku sedang ke pub dulu, bukankah laki-laki itu yang menemani Riris? Komentar John. "Ah, buat apa kita mengurusinya?"
"Yah, setidaknya kita punya dokumentasi untuk memudahkan kita bekerja, bila terjadi sesuatu pada Gulizar." Jawab Ray sambil mengarahkan mobilnya ke halaman kantor Konsulat Jenderal Kedutaan Inggris.
...****************...
Oke lah biar aman dulu perjalanan mereka, kita santuy dulu yuk sama yang lain 😂
By:RR😘
TBC..
TBC
klo palupi dia terlalu baik