LANJUTAN NOVEL "AKU BUKAN WANITA MURAHAN"
Zaline Haena Cruise harus menjadi seorang Presdir di usianya yang masih muda. Wanita itu menjadi pemegang saham terbesar di PT. Cruise Kontruksi setelah kakeknya meninggal dunia.
Banyak sekali yang telah ia alami saat masih kecil karena keserakahan keluarganya sendiri. Namun kini ia bisa menjalani hidup lebih baik atas bantuan kakaknya Zionel Cruise.
Perusahaan yang ia pegang bersama kakaknya tentu saja tidak mudah menuju kesuksesan, apalagi ada perusahaan konstruksi baru yang terus saja menjadi pesaing mereka.
Namun siapa sangka, Zaline Haena Cruise justru harus jatuh cinta pada pemilik perusahaan pesaing tersebut.
Bagaimana kisah cinta mereka???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alvaro Terus Menggerutu
Zaline dan Roxy menyelesaikan makannya, setelah mereka selesai Falera langsung berpamitan untuk pulang sebelum putrinya mengomel. Roxy mengantarkan Falera keluar rumah sakit, sedangkan Zaline tetap berada di ruangan perawatan ayahnya untuk berbincang-bincang.
"Apa daddy baik baik saja sekarang?" tanya Zaline memulai pembicaraannya.
"Seperti yang kau lihat nak, daddy sudah membaik." jawab Nicholas.
"Apa yang ingin daddy bicarakan?"
"Mendekatlah... duduk di samping daddy." pinta Nicholas.
Zaline menganggukkan kepalanya seraya mendekati ayahnya dan duduk di samping ranjang tersebut.
"Ada apa dad? Jika masalah perusahaan lebih baik jangan membahas pekerjaan, daddy baru saja membaik."
Nicholas menyunggingkan senyumnya. "Daddy ingin minta maaf padamu Zaline."
Zaline tentu saja terkejut. "Untuk apa daddy minta maaf. Tidak ada seorang ayah yang bersalah pada anaknya."
"Kau memang putriku yang sangat baik. Tapi daddy harus tetap minta maaf padamu, karena kesehatan daddy terpaksa kau harus mengambil alih perusahaan secepat ini. Daddy tahu jika kau baru saja mempelajari masalah kontruksi, jadi..."
"Dad... Jangan terlalu memikirkannya." potong Zaline. "Aku memang merasa ini terlalu cepat, tapi ini hanya sebuah jabatan saja. Zaline akan terus belajar sambil dibantu oleh bang Zi, pak Alex juga Roxy. Ada juga staf inti yang akan mengajari Zaline. Daddy tak perlu khawatir, saat ini yang harus daddy pikirkan adalah kesehatan daddy." imbuhnya.
Nicholas kembali tersenyum. Putrinya memang punya hati besar dan punya sikap yang sangat baik. Inilah hikmah dari hilangnya Zaline saat kecil, ia dipertemukan dengan Stevani yang selalu mengajarinya menjadi anak baik.
"Daddy merasa sangat lega setelah berbicara denganmu nak. Sebelumnya daddy memang sangat khawatir padamu. Tapi sepertinya kau semakin dewasa dan tenang dalam menghadapi situasi ini."
"Tentu saja aku sudah dewasa." jawab Zaline seraya menyeringai. "Sudah waktunya daddy beristirahat, mungkin sebentar lagi bang Zio akan datang. Ia akan datang bersama kak Vani dan Zeze." imbuhnya.
"Daddy memang merindukan Zeze."
"Daddy tidur sebentar, nanti Zaline akan membangunkan daddy jika mereka sudah datang."
"Sebenarnya daddy lebih nyaman di rumah saja nak."
"Lusa daddy baru bisa rawat jalan di rumah, sekarang pulihkan dulu kondisi daddy."
"Ckckck... kau sama cerewetnya dengan mommy."
"Tentu saja. Mommy kan yang melahirkan aku."
Nicholas terkekeh. "Tapi kau putri kebanggaanku."
Zaline ikut terkekeh seraya membenarkan selimut ayahnya. "Selamat beristirahat daddy."
"Terima kasih nak." jawab Nicholas seraya mulai memejamkan matanya.
Zaline menghela nafas panjang, ia perlahan menjauhi ranjang ayahnya lalu duduk di sofa sambil menunggu Roxy kembali.
*****
Alvaro dan Leo segera kembali ke perusahaan setelah menikmati makanan Padang itu. Kemacetan di jalanan membuat Alvaro terus mengumpat, ia sungguh tak tahan jika terjebak dalam kemacetan tersebut.
Leo terus menggelengkan kepalanya saat mendengar umpatan demi umpatan yang tidak sabaran itu. Walaupun ia sering melihat atasannya tidak sabaran seperti itu, namun Leo tak bisa menahan dirinya untuk menggelengkan kepalanya terus menerus.
"Seharusnya kau cari jalan pintas Le. Kau sudah tahu jalan ini akan macet." gerutu Alvaro.
"Maaf pak Al, aku pikir ini belum terlalu sore." jawab Leo.
"Ck... apa kerja pemerintah kota ini. Mengapa mereka masih saja tidak bisa mengatasi kemacetan yang separah ini. Setidaknya mereka memiliki niat untuk membangun fly over atau under pass. Mereka seharusnya bekerja sama dengan perusahaan kita untuk melakukannya."
Leo terkekeh. "Mengapa anda tidak coba mengajukan proposal saja pak Al. Mungkin saja..."
"Lupakan saja Le, aku hanya bercanda saja. Aku paling tidak suka bekerja sama dengan instansi pemerintah."
Leo kembali menggelengkan kepalanya.
"Ya Tuhan... mau sampai kapan kita sampai ke perusahaan." gerutu Alvaro lagi.
Alvaro terus menggerutu sampai akhirnya mereka terbebas dari kemacetan. Leo mengendarai mobilnya lebih cepat sebelum atasannya kembali menggerutu. Dan keduanya pun akhirnya sampai juga di perusahaan.
Alvaro segera keluar dari mobil tanpa menunggu lagi, ia mempercepat langkahnya masuk ke dalam perusahaan tanpa mengindahkan sapaan para karyawannya. Tujuan pria itu langsung ke pintu lift. Berkali-kali ia mengetukkan tumit sepatunya sambil menunggu pintu lift terbuka.
Saat terbuka, ia segera masuk dan menekan tombol angka tujuannya. Tentu saja ia langsung menuju ruangan Benny. Rasa penasarannya tentang masalah kecelakaan pekerjanya semakin tinggi. Alvaro segera keluar dari lift dengan langkah cepatnya menuju ruangan Benny.
"Ben... jadi apa yang terjadi?" tanya Alvaro sambil membuka pintu ruangan tanpa mengetuknya.
Sontak saja Benny terkesiap sambil memegang dadanya. Pria itu mengumpat karena sangat terkejut. Alih-alih minta maaf, Alvaro justru melepaskan tawanya.
"Sialan... kau malah tertawa. Kau hampir membunuhku Al." ucap Benny kesal.
Alvaro menutup mulutnya seraya menghempaskan tubuhnya ke kursi di depan Benny.
"Kau tahu, aku sangat terburu-buru karena penasaran." jawab Alvaro.
"Dari rumah sakit menuju perusahaan tidak selama ini Al. Terburu-buru apanya?"
"Aku mampir ke restoran dan terjebak macet."
"Hah? Apa aku tidak salah dengar? Kau makan?" tanya Benny sambil mengejek.
"Ciiiih... bukan aku yang kelaparan tapi Leo."
"Tapi kau makan juga kan?"
"Yah terpaksa..."
"Astaga makan dengan terpaksa. Tak apa, aku tak jadi kesal karena setidaknya sahabatku tahu makan."
"Ciiiih... sialan...!" umpat Alvaro.
Benny akhirnya terkekeh, lalu wajahnya langsung serius. "Kecelakaan ini murni kesalahan pekerja tersebut Al."
"Apa maksudmu?"
"Ia menginjak besi penyangga gedung yang tidak semestinya ia injak. Karena memang bukan tempat pijakan, tentu saja tidak mampu menahan berat badannya. Besi tersebut terlepas, ia tak sempat memegang tiang lain hingga akhirnya terjatuh." jawab Benny.
"Ya Tuhan... Apakah ia pekerja bangunan baru?"
Benny menggelengkan kepalanya. "Menurut saksi mata, ia memang selalu bekerja sembarangan. Suka menganggap enteng keselamatan hidupnya sendiri. Lalu bagaimana keadaannya sekarang? Tadi aku pikir setelah ke lokasi akan ke rumah sakit, tapi kau malah sudah mau pulang."
"Yah seperti yang aku bilang, ia masih dalam keadaan kritis. Yang lebih parahnya lagi saat ini istrinya sedang hamil muda."
"Oh ya Tuhan... aku harap ia bisa melewati masa kritisnya."
"Aamiin... aku juga berharap seperti itu Ben. Aku juga sudah menjelaskan semuanya pada keluarga korban, kalau pihak perusahaan akan bertanggung jawab penuh atas biaya pengobatannya."
"Tentu saja itu harus kita lakukan walaupun itu kesalahannya sendiri. Ia tetap kecelakaan saat bekerja. Pihak kepolisian masih menyegel bangunan itu, jadi sementara proyek dihentikan."
"Sampai kapan?" tanya Alvaro mulai kesal.
"Mau tidak mau kita harus menunggu satu minggu Al."
"Haisssss sialan... mengapa lama sekali? Bukankah sudah ada bukti kalau itu bukan dari kesalahan kontruksi bangunan."
"Begitulah prosedurnya. Tapi aku akan berusaha mempercepatnya."
"Ck... uang lagi."
Benny terkekeh. "Zaman sekarang apa yang tidak menggunakan uang Al, ke toilet saja bayar."
Alvaro tertawa. "Kau benar Ben."
"Oh ya, aku mendengar kabar kalau Presdir perusahaan Cruise tumbang saat melakukan pertemuan dengan kliennya."
"Lalu apa hubungannya dengan kita?"
"Tentu saja ada. Sebentar lagi yang mengambil alih adalah seorang wanita muda. Jika wanita itu cerdas, maka akan jadi lawan yang semakin sulit. Tapi jika sebaliknya, maka perusahaan kita bisa menjadi nomor satu. Bukankah keinginanmu seperti itu." ujar Benny.
"Sejak kapan seorang wanita bisa menjadi pemimpin Ben. Aku yakin kita bisa mengalahkan mereka."
"Jangan terus meremehkan seorang wanita Al. Zaman sekarang kesetaraan gender sudah bisa diakui. Kita harus tetap waspada."
"Terserahlah... Berhenti membahas perusahaan itu. Kau dan Leo sama aj, tak henti hentinya membahas seorang wanita yang belum menjabat sebagai Presdir. Belum apa apa kalian sudah menggila." gerutu Alvaro.
Benny kembali tertawa. "Jika kita mendapat undangan..."
"Jangan harap aku akan datang." potong Alvaro.
"Aku akan memaksamu sampai mau. Coba saja kau menolaknya." ancam Benny.
"Oh ayolah Ben, kau kan tahu aku tidak suka keramaian."
"Aku sangat tahu, tapi sudah waktunya kau bergaul dengan orang lain Al. Berhentilah menjadi seorang pria lajang yang kaku."
Alvaro mengumpat, lalu beranjak dari tempat duduknya. "Pekerjaan lebih penting saat ini. Stop membahas statusku."
"Ckckck... dasar keras kepala." kata Benny.
Alvaro melangkahkan kakinya menuju pintu. "Aku mau membahas proyek Hiroki dengan arsitek, apa kau mau ikut?"
"Sekarang?"
"Tahun depan." jawab Alvaro seraya keluar dari ruangan.
Terdengar gelak tawa dari Benny membuat Alvaro mengumpat lagi sambil melanjutkan langkahnya.
*****
Happy Reading All...
selamat untuk AlZa atas kebahagiaan nya dengan lahir nya putra pertama
selamat dan sukses selalu untuk mamiku author missyou terima kasih sudah menghibur kami dengan cerita mu yang luar biasa 😘😘😘
dan yang terpenting mamii sehat selalu 😘😘😘
kecuali bocil belum paham 😂😂😂🚴
akhir nya anuu juga kala ada kata malam pertama
selamat ya AlZa 😘😘😘