Mirai adalah ID game Rea yang seorang budak korporat perusahaan. Di tengah stress akan pekerjaan, bermain game merupakan hiburan termurah. Semua game ia jajal, dan menyukai jenis MMORPG. Khayalannya adalah bisa isekai ke dunia game yang fantastis. Tapi sayangnya, dari sekian deret game menakjubkan di ponselnya, ia justru terpanggil ke game yang jauh dari harapannya.
Jatuh dalam dunia yang runtuh, kacau dan penuh zombie. Apocalypse. Game misterius yang menuntun bertemu cinta, pengkhianatan dan menjadi saksi atas hilangnya naruni manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaehan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anggota Clan yang Unik
Part 28
Sambutan bernada kesal pun terdengar. "Ooooi, Reeeeen!! Buset! Kencing doang seabad! Lo kencing apa senam lima jari?!" teriak Vanessa. Walau namanya seperti perempuan, tapi ia merupakan pemuda jahil anak orang kaya yang sedang merintis sebuah bisnis start-up. Wajahnya bulat, bersih, bermata sipit khas campuran Indonesia-Cina dan tubuhnya gempal tingginya hanya sampai bahu Ren saja.
"Anj*ng! Bacot kleaaan!" balas Ren. Bisa dirasakan gerakan Mirai yang tertawa cekikikan di punggungnya. Buset dah, bikin malu aja.
"Tuuh liaaat R5 kita. Balik aja bawa oleh-oleh," tukas Royal yang sedang memegang senjata sniper. Usianya tiga puluhan, berjenggot tipis dan berperut buncit tanda ada seorang wanita telaten yang mengurusnya dengan baik.
Sisa pria yang lainnya ikut melihat dengan mata memicing. Ketika Ren sampai sosok yang ada di punggungnya semakin jelas. Ren menurunkannya tapi tidak melepas melainkan memapahnya untuk menjadi sandaran.
"Kenalin. Mirai. Anggota clan kita," ucap Ren yang membuat semua orang jadi bengong.
Mirai mengangkat sebelah tangannya yang bebas seolah menyapa. "Haaai."
Suara bening khas perempuan menyadarkan mereka. "Serius di clan kita ada cewek? Gue kirain akun Mirai tuh hode, orang asing," papar Zoro, si supir. Wajahnya kotak, kulitnya sawo matang. Ia baru saja mendapat pekerjaan sebelum diculik ke dalam game.
"Mirai Indo. Cuma gue gak tau kalo ternyata dia beneran cewek," sahut Nobi. Zoro melihatnya dengan wajah bertanya. "Pernah ngobrol dikit di DM." Pemuda manis yang masih kuliah semester ke enam ini memiliki wajah yang ramah. Aktif di organisasi kampus.
"Okey, cukup perkenalannya. Dia masih cidera gara-gara terjun ke sungai."
"Hanyut?" tanya Vanessa. Ren hanya mengangguk. "Anjiir, modal kencing doang dapet cewek spek bidadari. Gue mau kencing juga kalo gitu."
"Yee, jangan! Ntar lama lagi. Lo mah bukan kencing tapi senam jari!" balas Zoro yang disambut tawa lainnya.
Komentar itu membuat Ren melirik wajah Mirai yang memerah canggung. Matanya tertuju pada bibir ranum gadis itu yang tadi bersentuhan bibir dengannya. Bener sih, tapi punya orang. Dituntun Mirai menaiki mobil untuk duduk di jok belakang dengan kursi panjang yang saling berhadapan di tiap tepi.
"Sekarang kita ke mana?" tanya Zoro.
"Ke jembatan."
"Ngapain ke sana?"
"Nyari orang."
"Temen Mirai?"
Ren yang mengambil kursi di belakang kursi pengemudi berhadapan dengan Mirai sekilas menatapnya. Memberitahu orang yang dicari merupakan pacar Mirai bukanlah ranahnya. Mirai pun tampak tidak mengoreksi seolah ia masih waspada terhadap para pria ini. Itu wajar. Secara ia sendirian dan merupakan gadis cantik yang duduk di antara pria yang tidak dikenal. "Iya, temen," jawabnya singkat.
"Oke, gas lah! Temen satu clan tuh prioritas!" seru Vanessa yang duduk di samping pengemudi. Nobi di sebelah Ren sedangkan Royal di samping Mirai.
Mendengar itu Mirai merasa lega sekaligus bersyukur sambil tersenyum berterima kasih pada Ren yang sedang menatapnya tajam seolah sedang menganalisa dirinya. Ia langsung tertunduk, perutnya terasa sakit seolah ada yang berputar di dalamnya dan pahanya sedikit gemetar mendapat tatapan seperti itu. Gak di game, gak di real, dia bener-bener mengintimidasi banget.
Padahal sebenarnya Ren tidak bermaksud apa-apa. Ia memang sedang memikirkan sesuatu tentang Mirai yang sedikit mengganggunya, bukan soal ia perempuan sendirian di clannya. Tapi soal lencananya.
Melihat pakaian Mirai yang berupa kaos putih yang setengah kering, Nobi berinisiatif memberikan jaketnya berhubung yang lainnya hanya mengenakan kaos saja. Mirai pun tersenyum berterima kasih, kemudian memakainya.
Jeep pun melaju cepat, jarak yang ditempuh menggunakan kendaraan tidak jauh jadi hanya memakan waktu 15 menit. Namun baru lima menit Vanessa sudah berteriak. "Reeeeen! Zombiiiiiie!!"
"Tabrak aja! Gue males!"
Mirai tercekat mendengarnya.
"Hah? Tumben!" sahut Zoro sambil menancap gas lebih dalam. "Mirai! Pegangan!"
"Hah?!" Belum sempat berpegang, pantat Mirai sudah melayang dan akan terjungkal ke lantai mobil. Namun sebelum hal itu terjadi kaki panjang Ren sudah memblokade, berjejak ke tepi kursi sehingga tubuh Mirai tersandar lebih dulu pada lekuk kakinya. Mirai bersyukur tak jadi terjerembab di lantai, kalau tidak wajahnya bakal mendarat lebih dulu. Dan itu pasti akan sangat sakit dan memalukan. Tangannya memeluk erat kaki Ren sambil mendongak menatapnya. Seringai leader-nya seolah mengatakan bahwa ia merepotkan. Mirai pun hanya bisa meringis meminta maaf.
"Gue nyimpen tenaga. Mungkin kita bakal ngadepin zombie reli level 20," tandasnya tegas.
Royal yang sejak tadi mengamati geriknya tersenyum penuh arti. "Seru nih!"
"Eh, buset!" pekik Vanessa. "Yang boneng aja woi! Kita cuma berlima!"
Kemudian terdengar suara benturan dan raungan zombie beberapa kali, dan tentunya Jeep juga berguncang keras. Meski begitu mereka berhasil melalui enam zombie level rendah.
"Udah bisa dilepas kok, tapi kalo masih mau pegangan juga gapapa."
Mirai terkesiap lantas melepas kaki Ren. "Iya, maaf."
"Di chat clan lo gak pernah ngobrol. Ada yang deket gak sama lo?"
Mirai mencoba mengingat. "Eh, iya ada. Pernah ngobrol dikit."
"Apa ID-nya?"
"No-Nobi."
"Nih sebelah gue orangnya," tukas Ren. Nobi melambaikan tangan sambil tersenyum dan dibalas senyum sumringah oleh Mirai. "Samping lo tuh Bang Royal. Yang nyupir si Zoro. Kalo yang mulutnya kek sampah si hode Vanessa. Jadi lo tenang aja. Selama ada gue, lo aman," tandasnya yang seperti mendeklarasi pada yang lain untuk tidak macam-macam pada Mirai.
"Anjaaay, gue demen nih yang begini," komentar Royal. "Tipe-tipe alpha bar-bar."
"Sekarang kanada Mirai, abis ini kita lanjut ekspedisi apa balik ke shelter?" tanya Zoro.
"Tergantung ntar di jembatan."
"Okeh!"
"Shelter?" ulang Mirai bingung.
"Iya. Shelter kaya yang di game itu loh, kayak kota kecil yang harus kita kembangin," jelas Nobi. "Yang jadi markas kita buat bikin segala macam fasilitas trus naikin levelnya," terangnya lagi yang dijawab anggukan baru mengerti dari Mirai. "Berhubung kita semua baru masuk ke game. Jadi sementara waktu ini semua clan sepakat ada di satu shelter besar dulu buat ngumpulin para pemain yang masih tercecer. Jadi nanti jangan kaget kalo lo ketemu banyak orang asing yang kagak lo ngerti bahasanya. Rata-rata kita komunikasi pake bahasa Inggris. Tapi tergantung juga hero apa yang kamu dapat. Ada beberapa hero yang bisa multi-language. Jadi itu kaya udah lancar aja ngomong bahasa tertentu."
“Oh, gitu ya.” Mirai benar-benar baru tahu karena dirinya dan Nero sama-sama orang Indonesia jadi tidak pernah mengetahui itu.
"Karna lo cewek sendirian di clan gue. Lo bisa pindah clan lain yang lebih sesuai kalo lo gak nyaman di Nazarick. Banyak clan besar lain yang ada ceweknya," tambah Ren. "Tapi perlu diingat, gue gak ngusir ya."
"Iya, gue paham."
"Kan kita sebenernya ada anggota cewek satu lagi, pindahan clan lain. Ceweknya Sky yang orang Thailand itu," koreksi Zoro
"Gue mah gak yakin dia cewek. Mau aja si Sky dikibulin banci Thailand," sambung Vanessa.
Mata Mirai agak terbuka lebar mendengar ID itu disebut. Nama orang yang pernah mencurigainya sebagai mata-mata. "Memangnya ada berapa banyak orang di shelter?" tanyanya penasaran atau sengaja mengganti topik.
"Banyak. Tiga ribu lebih. Itu yang ketahuan. Yang main game ini kan gak sedikit. Masih banyak yang belum datang ke shelter. Contohnya kaya lo. Di shelter sekarang ada 86 clan. Yang kecil aja isinya 30 orang. Paling besar 200-an. Sekarang clan paling besar dipegang China sama Filipina," jelas Nobi.“Dan setiap harinya jumlah orangnya juga terus menyusut,” lanjutnya dengan nada getir.
Itu dia. Ada ribuan orang di shelter. Dari sekian banyak orang itu, gue gak pernah ngeliat satu pun orang yang megang lencana Vincent dan Erica. Semua rata-rata dapat hero yang umum. Kalo ada yang beda dikit pasti mencolok. Apa lagi Hero Vincent dan Erica punya rank merah. Dan di narasi kisah game, mereka ini pusat ceritanya, pikir Ren. Trus angka yang tertera di balik lencana belum ketahuan maknanya. Kenapa lencana Erica cuma 2 digit? Entah itu kode, jumlah atau semacam password. Semua pikiran itu terus berputar dalam kepala Ren.
Laju Jeep melambat. "Kita dah mo nyampe nih. Mo berenti di mana?" tanya Zoro.
"Jangan deket-deket. Nanti kalo si koki mati, kita makan sampah tiap hari," tandas Ren.
"Koki?" tanya Mirai bingung.
"Iya. Itu gue," sahut Vanessa. "Job lo apa, Mir?"
"Job?"
"Dia dokter. Gue udah liat lencananya," kali ini Ren yang jawab.
"Oh! Wow! Akhirnya ada dokter di clan kita!" seru Vannesa senang.
"Zoro, mekanik mobil. Nobi, ahli peledak. Royal, sniper. Gue, polisi khusus," terang Ren. "Gue yakin lo dah paham soal skill job."
"Iya, paham. Aslinya gue bukan dokter, tapi gue bisa melakukan tindakan operasi."
Semua mata langsung melirik tajam pada Mirai seolah hal itu adalah sesuatu hal yang sangat penting dan luar biasa.
Roda Jeep berhenti berputar. "Kita sampe sini aja," tukas Zoro.