NovelToon NovelToon
Bound By Capital Chains

Bound By Capital Chains

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Obsesi / Percintaan Konglomerat
Popularitas:850
Nilai: 5
Nama Author: hellosi

Ketika takdir bisnis mengikat mereka dalam sebuah pertunangan, keduanya melihatnya sebagai transaksi sempurna, saling memanfaatkan, tanpa melibatkan hati.

Ini adalah fakta bisnis, bukan janji cinta.

​Tapi ikatan strategis itu perlahan berubah menjadi personal. Menciptakan garis tipis antara manipulasi dan ketertarikan yang tak terbantahkan.

***

​"Seharusnya kau tidak kembali," desis Aiden, suaranya lebih berbahaya daripada teriakan.

"Kau datang ke wilayah perang yang aktif. Mengapa?"

​"Aku datang untukmu, Kak."

"Aku tidak bisa membiarkan tunanganku berada dalam kekacauan emosional atau fisik sendirian." Jawab Helena, menatap langsung ke matanya.

​Tiba-tiba, Aiden menarik Helena erat ke tubuhnya.

​"Bodoh," bisik Aiden ke rambutnya, napasnya panas.

"Bodoh, keras kepala, dan bodoh."

​"Ya," bisik Helena, membiarkan dirinya ditahan.

"Aku aset yang tidak patuh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hellosi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

"Kau terlalu kaku, Aliston," komentar Noa suatu malam, tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.

"Aku yakin kau sudah menjadwalkan kapan kau akan buang air besar di kalendermu."

Aiden, yang sedang meninjau Laporan Kinerja Triwulan Aliston dari tablet-nya, hanya menanggapi dengan pandangan datar.

"Kekacauan tidak menghasilkan keuntungan, Ryder."

Malam itu, Aiden sedang berada di kamar mandi. Di atas meja belajarnya, ponsel Aiden terus bergetar.

Noa, yang sedang meregangkan ototnya setelah sesi belajar yang panjang, merasa terganggu oleh suara ringtone yang terus menerus.

Dia melirik layar ponsel Aiden yang menyala, dan nama yang terpampang di sana membuatnya langsung tertarik, Helena Nelson.

Noa membeku sejenak. "Helena Nelson?" gumamnya, mengulang nama yang terdengar begitu lembut, kontras dengan citra dingin Aiden.

Rasa penasaran Noa tidak didasarkan pada gosip lokal, melainkan pada status bisnis.

Noa memang menghabiskan sebagian besar hidupnya di Amerika, menjauhi intrik keluarga. Namun, nama Nelson simbol integritas dan salah satu dari Lima Naga adalah nama yang dia kenali.

Nama itu terdengar seperti seorang gadis yang sempurna, lembut dan cantik. Tidak cocok dengan kepribadian tidak menarik dan dingin seperti Aiden.

Noa mengamati ponsel itu lebih dekat. Di belakang nama Helena Nelson, ada ikon berlian kecil, sebuah detail yang Aiden atur untuk menandai panggilan penting.

Noa menyeringai tipis, seringai yang menunjukkan bahwa dia baru saja menemukan informasi berharga.

Jadi, Aliston yang dingin ini ternyata memiliki ikatan. Dan ikatan itu adalah Nelson.

Dengan satu klik, Noa segera membuka laporan keuangan global di layar laptopnya.

Dia mencari berita Aliston dan Nelson Corporation yang telah dia abaikan, dan dalam hitungan detik, dia menemukan artikel lama yang menggemparkan.

Pertunangan Pewaris Aliston dan Nelson.

Dia juga mengingat bahwa Aliston Robotics anak perusahaan yang dia tahu ayahnya selalu incar, kini berada di bawah kendali Nelson sebagai jaminan pinjaman.

Noa Ryder, yang biasanya cuek terhadap urusan dalam negeri, kini sepenuhnya tertarik.

Dia menyadari bahwa kamar asramanya tidak hanya ditempati oleh seorang roommate, tetapi oleh pewaris yang sedang memainkan permainan paling besar di pasar domestik dan tunangannya, Helena, kini memegang aset yang sangat strategis.

Saat pintu kamar mandi berderit terbuka, Noa buru-buru menutup layar laptopnya. Aiden keluar, rambutnya basah, ekspresinya kembali datar.

"Kenapa kau melihat ponselku?" tanya Aiden, suaranya tenang, tetapi tatapannya menelisik.

"Teleponmu berisik, aku akan melemparnya ke luar jendela," jawab Noa santai.

"Omong-omong, kau punya koneksi yang menarik, Aliston. Nelson Corporation." Noa sengaja menekankan nama itu, menguji reaksi Aiden.

Aiden hanya mengambil handuknya, mengabaikan Noa.

"Dia tunanganku," jawab Aiden singkat, namun matanya sesaat menangkap pergerakan Noa yang berusaha menutup laptop.

Noa tersenyum.

"Sepertinya kau sangat menghargainya," goda Noa

"Menelepon selarut ini dengan ikon berlian. Jaga-jaga agar kau tidak meninggalkannya? Atau jangan-jangan... dia tidak bisa menunggu untuk memintamu kembali?"

​Aiden mengeringkan rambutnya, tidak terprovokasi.

​"Kau melihat laptopmu barusan," potong Aiden, mengalihkan fokus dari Helena.

Nada suaranya dingin dan tegas, membuat Noa terdiam sejenak.

"Aku sudah tahu kau menemukan artikel tentang tunangan dan Nelson Corporation."

​Noa, kini tertangkap basah, menghela napas. Dia kembali bersandar di kursinya, seringainya yang santai kini digantikan oleh tatapan tajam yang menghargai kecerdasan lawannya.

​"Tentu saja aku mencari," Noa mengaku.

"Aku tidak tidur dengan ular yang hanya tahu cara bersembunyi di balik jas mahalnya. Pinjaman itu... itu umpan, Aliston. Kau tahu ayahku, dia selalu tertarik pada Aliston Robotics. Sekarang aset itu dipegang Nelson sebagai jaminan."

​Aiden kini berdiri sepenuhnya di hadapan Noa, ekspresinya tenang, seolah dia baru saja melangkah di atas peta strategis yang basah.

​"Nelson memberikan kita legitimasi," jelas Aiden, suaranya tenang.

"Dan Aliston Robotics Itu adalah bidak kecil yang akan segera kami tebus."

​Noa mengangguk perlahan, mengakui kejeniusan itu.

"Jadi, tunanganmu, Helena Nelson..." Noa sengaja menjeda, menatap mata Aiden, mencari celah.

"...dia adalah pemegang kunci aset masa depanmu. Bukankah itu berisiko? Kepercayaan, Aliston. Itu adalah satu-satunya kelemahan yang tidak bisa kau kalkulasi."

​Aiden tersenyum tipis, senyum predator terbentuk di bibirnya.

​"Bukan risiko, Ryder. Itu adalah jaring pengaman yang lain," koreksi Aiden, melangkah menuju meja belajarnya dan meraih ponselnya.

​Dia menatap ikon berlian di samping nama Helena.

​"Helena tahu ambisiku. Dia tahu dia adalah bagian dari permainan ini. Dan dia mempercayaiku," lanjut Aiden.

"Bahkan jika dia adalah pemegang kunci, aku adalah orang yang dia biarkan mengendalikan rantainya."

​Aiden menatap Noa, tatapannya menyiratkan peringatan dan aliansi sekaligus.

​"Aku punya Nelson Corporation di sakuku. Aku punya Ryder Corporation sebagai sekutu potensial di kamar ini. Dan aku akan mendapatkan gelarku di Harvard. Permainan ini baru saja dimulai, Ryder. Kau harus memilih di sisi mana kau akan mengamati."

​Noa tertawa kecil, tawa yang penuh dengan energi dan kegembiraan. Dia berdiri, menjulurkan tangannya pada Aiden.

​"Aku tidak suka mengamati, Aliston. Aku suka bermain."

​Aiden menggenggam tangan Noa dengan erat. Dinginnya tangan Aiden berpadu dengan kehangatan berapi-api milik Noa.

Di kamar asrama yang mewah itu, dua Naga baru saja membuat perjanjian tanpa kata.

***

Di Ruang Belajar Eksklusif Helios Academy, Helena duduk di depan layar laptopnya.

Meja di sekelilingnya penuh dengan buku-buku tebal tentang keuangan dan hukum bisnis, sebuah pemandangan yang menunjukkan tekadnya.

Wajahnya bersinar dengan senyum lebar dan ceria saat panggilan video tersambung.

Di layar, Aiden duduk di meja belajarnya di Boston.

Wajahnya tenang, tetapi ada kehangatan samar di matanya yang hanya muncul saat berbicara dengan Helena.

"Bagaimana kabarmu, Kak?" tanya Helena, suaranya ringan dan penuh antusiasme.

"Apakah sinar matahari di sana lebih hangat? Di sini cerah sekali."

Helena terus berbicara, mengisi keheningan dengan detail-detail ringan persis seperti yang biasa dia lakukan.

Bagi Aiden, suara itu terasa seperti aliran kehidupan ke dalam asramanya yang steril.

Namun, saat obrolan itu berjalan, bayangan tiba-tiba muncul di belakang Aiden.

"Aku bilang, kau harus mengenalkannya padaku, Aliston," bisik sebuah suara, rendah dan menuntut.

Noa muncul, mencondongkan tubuhnya ke sisi layar Aiden dengan seringainya.

Noa tidak meminta izin, dia mengambil panggung dengan paksa.

"Hai, Helena. Perkenalkan Aku Noa Ryder, aku teman sekamar Aiden, tunanganmu yang berharga." sapa Noa, suaranya santai, tetapi ada nada kepemilikan yang terselubung saat menyebut Aiden.

Di layar, senyum di wajah Helena sama sekali tidak goyah, justru terlihat makin cerah, tetapi matanya menajam, menganalisis Noa dalam sepersekian detik.

Dia segera mengenali jaket varsity yang edgy itu sebagai kontras sempurna dari formalitas Aliston.

"Ah, halo, Tuan Ryder," balas Helena.

"Senang akhirnya bisa 'bertemu' denganmu!" Dia menggunakan gelar formal, segera menandai bahwa interaksi ini adalah bisnis, bukan pertemanan.

"Aku sudah sering mendengar tentangmu. Kak Aiden selalu memujimu katanya, kamu adalah satu-satunya yang berhasil membuat kekacauan yang menguntungkan di sana. Terdengar seperti partner yang seru!"

Noa tertawa terbahak-bahak, terkesan.

"Aku yakin itu bukan pujian, Nona Nelson, tapi terima kasih. Aku di sini untuk memastikan Aiden tetap fokus pada kekacauan yang bermanfaat."

Aiden, yang diam, akhirnya angkat bicara, matanya memperingatkan Noa.

"Ryder, ini panggilan pribadi."

Helena mengabaikan Aiden dan fokus pada Noa.

"Aku senang mendengarnya, Tuan Ryder. Namun perlu kau ketahui," suara Helena turun, terdengar tenang namun tetap manis, dan penuh otoritas.

"Kak Aiden adalah aset yang sangat mahal. Aku harap kau bisa menjaganya, dan membantunya berkembang. Anggap saja dia sebagai saham blue chip yang perlu dirawat ekstra!"

Aiden dan Noa saling bertatapan, sebuah pengakuan tanpa kata. Helena, yang beribu-ribu kilometer jauhnya, baru saja menegaskan kepemilikannya dengan senyum paling memikat.

"Aku akan menjaganya, Nona Nelson," balas Noa, senyumnya kini menyeringai.

"Aku akan memastikan investasimu tidak sia-sia."

Helena hanya mengangguk, senyumnya kini secerah baja.

"Terimakasih banyak. Aku merasa lega sekarang!"

Helena kemudian tersenyum manis ke arah Aiden, mengakhiri percakapan dengan sempurna.

"Sampai nanti, Kak! Belajarlah dengan giat. Jaga dirimu dan... jaga investasiku jangan berselingkuh, ya!" Ucapnya menggoda yang membuat Noa terbahak-bahak.

Panggilan itu terputus. Keheningan yang tiba-tiba di asrama HBS terasa lebih tegang daripada sebelumnya.

"Wow," desis Noa, menatap layar laptop yang menampilkan wajah Aiden.

"Tunanganmu itu... dia luar biasa. Dia baru saja tersenyum ceria sambil mengancamku untuk menjagamu."

Aiden tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menatap Noa dengan mata dingin.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!