BENANG KUSUT

Hari-hari berlalu terasa lambat bagi Riana. Setiap kali telepon berdering, jantungnya berdegup kencang. Setiap kali ada email masuk, ia langsung membukanya dengan harapan itu adalah kabar baik dari perusahaan desain interior. Luna selalu berusaha menenangkannya, mengingatkannya untuk tetap sabar dan percaya bahwa semua akan berjalan sesuai rencana.

Akhirnya, setelah penantian yang terasa seperti keabadian, telepon Riana berdering. Ia melihat nama yang tidak dikenal di layar ponselnya. Dengan tangan gemetar, ia mengangkat telepon itu.

"Selamat siang, apa benar ini dengan Riana?" suara seorang wanita terdengar dari seberang sana.

"Iya, benar. Dengan siapa ini?" jawab Riana dengan nada gugup.

"Saya Anita dari perusahaan desain interior yang beberapa waktu lalu Anda lamar. Kami ingin memberitahukan bahwa Anda diterima untuk bergabung dengan tim kami sebagai desainer interior junior," kata wanita itu, yang ternyata adalah Bu Anita.

Riana terdiam sejenak, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Air mata haru mulai membasahi pipinya. "Ya Tuhan... Benarkah ini, Bu Anita? Saya diterima?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Benar, Riana. Kami sangat terkesan dengan potensi dan bakat yang Anda miliki. Kami yakin Anda akan menjadi aset berharga bagi perusahaan kami," jawab Bu Anita dengan ramah. "Anda bisa mulai bekerja minggu depan. Nanti akan kami kirimkan email berisi detail lebih lanjut mengenai hari pertama Anda."

"Ya Tuhan, terima kasih banyak, Bu Anita! Ini adalah mimpi saya. Saya tidak akan mengecewakan Anda," kata Riana dengan suara penuh semangat.

Setelah menutup telepon, Riana melompat kegirangan. Ia tidak bisa menahan kebahagiaannya. Ia berlari ke arah Luna yang sedang membaca buku di ruang tamu dan memeluknya erat.

"Luna! Aku diterima! Aku diterima kerja!" seru Riana dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.

Luna membalas pelukan Riana dengan erat dan ikut terharu. "Ya Tuhan, Riana! Aku tahu kamu pasti bisa! Aku sangat bangga padamu!" kata Luna dengan suara bersemangat.

Mereka berdua berpelukan erat, berbagi kebahagiaan yang tak terhingga. Riana merasa sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Luna yang selalu ada untuknya, dalam suka maupun duka.

Setelah merayakan kabar baik itu bersama Luna, Riana menghubungi keluarganya untuk memberitahukan berita bahagia tersebut. Ibunya menangis haru mendengar kabar itu dan mendoakan yang terbaik untuk Riana. Ayahnya juga sangat bangga dengan pencapaian Riana dan memberikan semangat agar Riana selalu bekerja keras dan memberikan yang terbaik.

Minggu berikutnya, Riana memulai hari pertamanya sebagai desainer interior junior di perusahaan tersebut. Ia merasa gugup sekaligus bersemangat. Ia bertemu dengan rekan-rekan kerjanya yang ramah dan profesional. Ia juga diperkenalkan dengan berbagai proyek desain yang sedang dikerjakan oleh perusahaan tersebut.

Riana belajar banyak hal baru di hari pertamanya. Ia belajar tentang proses desain interior yang profesional, tentang penggunaan berbagai software desain, dan tentang bagaimana berinteraksi dengan klien. Ia merasa sangat senang dan termotivasi untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuannya.

Hari-hari berikutnya, Riana semakin menikmati pekerjaannya. Ia merasa seperti menemukan passion-nya. Ia sangat bersemangat untuk menciptakan desain-desain interior yang indah dan fungsional, yang bisa membuat orang merasa nyaman dan bahagia.

Riana bekerja keras dan memberikan yang terbaik dalam setiap proyek yang ia kerjakan. Ia selalu berusaha untuk belajar dari pengalaman dan meningkatkan kemampuannya. Ia juga selalu terbuka terhadap masukan dan kritik dari rekan-rekan kerjanya.

Berkat kerja keras dan dedikasinya, Riana berhasil menunjukkan kemampuannya dan mendapatkan kepercayaan dari atasan dan rekan-rekan kerjanya. Ia dipercaya untuk menangani proyek-proyek desain yang lebih besar dan lebih kompleks.

Riana merasa sangat bahagia dan bersyukur atas semua yang telah ia capai. Ia berhasil mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang desainer interior yang sukses. Ia juga berhasil membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ia mampu bangkit dari keterpurukan dan memulai hidup baru yang lebih baik.

Ia tahu, perjalanan di depannya masih panjang dan penuh dengan tantangan. Namun, ia siap menghadapinya dengan keberanian dan keyakinan. Ia tahu, dengan kerja keras, dedikasi, dan dukungan dari orang-orang terdekatnya, ia akan mampu meraih kesuksesan dan kebahagiaan yang ia impikan.

         **********