"Mulai sekarang kamu harus jadi Istriku dan juga Ibu sambung dari Ratu!"
"Siapa kamu? apa hak kamu memaksa aku menikah?"
"Aku Ayahnya Ratu! anakku menyukaimu dan aku harus memenuhi keinginan putriku yang ingin kamu menjadi ibunya!"
"Tapi ingat jangan berharap lebih pada ku! karena statusmu hanya Istri Rahasia dan juga Ibu Sambung Ratu!"
Deg!
"Aku belum bilang setuju!"
"Kamu tidak punya pilihan selain setuju!"
****
Nayyara dipaksa menjadi istri rahasia dari CEO Kejam bernama Ravindra dan juga Ibu sambung anak kecil lucu bernama Ratu.
Nayyara tidak bisa menolak karena Ravindra mengancamnya.
Apakah Cinta akan hadir diantara Ravindra dan Nayyara? Atau justru Nayyara pergi setelah memberikan kasih sayang yang tulus pada Ratu?
Simak cerita nya hanya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAYYARA-8.
Ravin hampir saja memukul tembok, namun suara lucu Ratu terdengar.
"Papa...." Ratu sangat ceria, gadis kecil itu berlari kearah Ravin.
"Ratu sayang." Ravin langsung menggendong Ratu kemudian memeluk Ratu dengan erat.
"Papa napa?" tanya Ratu memiringkan kepalanya, nampak mata Ravin memerah menahan tangis.
"Gapapa sayang, Papi cari Ratu tadi." Ravin tersenyum, Ratu mengerjapkan matanya lucu.
"Latu tadi pelgi cama Oma, tadi Latu cudah makan, cudah minum obat telus Latu juga cudah ndak pucing Lagi Papa." celoteh Ratu bercerita penuh antusias.
Ravin tersenyum melihat binar bahagia di wajah putrinya itu, saking gemasnya Ravin mencium pipi Ratu berkali-kali.
"Hihi geli Papa." Ratu tertawa lucu, Ravin ikut tertawa juga.
"Habisnya Ratu lucu banget, Papa jadi gemes."
"EKHEM!" Dea berdehem, Ravin langsung menatap kearah Ibunya itu.
"Mami habis ajak Ratu kemana?" tanya Ravin tanpa ragu, Dea menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa? khawatir?" Dea mengejek Ravin, putranya itu terkadang sangat keras kepala dan egois.
"Mi..." Dea mengangkat tangannya.
"Ratu harus istirahat sekarang, kalo kamu mau bicara sama Mami nanti lagi." tegas Dea, wanita paruh baya itu segera menggendong Ratu.
"Papa, Latu mau dengelin dongeng dali Opa cebental ya, dadah.." Ratu melambaikan tangannya pada Ravin, tadi gadis kecil itu sudah mencium kembali pipi Ravin.
"Iya sayang..." Ravin tersenyum, setelah Ratu pergi wajah Ravin kembali dingin seperti semula.
Pria kaku itu segera duduk di sofa kemudian menghubungi Leo asistennya, setelah diangkat Ravin langsung memberitahu tugas yang harus di lakukan oleh Leo.
[Cari tau Mami bawa Ratu kemana! saya butuh informasi secepatnya Leo!]
[Siap Bos, saya segera cari informasi!]
Setelah itu Ravin mematikan ponselnya, pria itu baru saja berdiri untuk mencari Ratu namun Dea sudah ada di hadapannya, sepertinya Ravin masih takut dengan ancaman Raka yang akan membawa Ratu jika Ravin masih saja egois.
"Mau kemana kamu?" Dea bersedekap dada.
"Mi, aku mau ngeliat Ratu." ucap Ravin jujur, Dea berdecak pelan.
"Ratu gak akan kabur kamu tenang aja, lagian Ratu lagi main sama Papi, duduk kamu." Dea segera duduk, mau tak mau Ravin juga ikut duduk.
"Mi, sebenernya tadi Mami sama Ratu habis dari mana?" tanya Ravin to the point.
"Kenapa? takut Mami bawa kabur Ratu? come on, Mami bukan orang sejahat itu." ucap Dea santai.
"Terus Mami ajak Ratu kemana? keliatannya dia seneng banget." Ravin bisa melihat jika mood Ratu sudah membaik, padahal tadi Ratu itu sangat badmood karena gagal bermain bersama Nayyara.
"Menurut kamu?"
"Mi..."
"Gak usah ngerengek inget umur kamu, Mami tadi cuma penuhin keinginan Ratu yang gak bisa kamu penuhi." Dea akhirnya menjawab, Ravin mengerutkan keningnya.
"Apa maksud Mami?" tanya Ravin nampak kebingungan.
"Maksudnya itu Mami bawa Ratu ketemu sama Nayya, lagian kamu kenapa larang Ratu segala sih? Nayya bukan kaya orang yang kamu anggap gak baik Ravindra." Dea langsung mengomeli Ravin.
Kadang Dea heran kenapa Ravin itu malah salah menebak sikap seseorang, jelas Nayya itu gadis baik dan Tari itu jahat, tapi Dea merasa Ravin salah menilai keduanya.
"Mi, aku gak bermaksud gitu, tapi aku khawatir sama Ratu, gimana kalo dia punya niat gak baik sama Ratu Mi." ucap Ravin membela diri.
"Harusnya kamu tanya itu sama Tari bukan sama Nayya! dia yang punya niat gak baik sama Ratu, masa gitu aja kamu gak paham sih." Dea kembali mengomeli Ravin, pria itu terdiam membisu.
"Maaf Mi." ucap Ravin.
"Pokoknya kalo Ratu mau main sama Nayya kamu gak boleh larang lagi, dan satu hal yang harus kamu tau Ravin, Ayahnya Nayya itu lagi gak sehat di rumah sakit, harusnya kamu jenguk Ayahnya Nayya, bantu juga supaya dapat perawatan terbaik." cerocos Dea.
Ravin terdiam kembali, dia baru ingat jika kondisi Ayah Nayya sedang tidak baik-baik saja, ada sedikit rasa bersalah dalam hati Ravin, namun sepertinya keegoisan Ravin masih belum bisa di kalahkan.
"Jangan bilang kamu gatau apapun tentang itu?!" Dea menatap galak Ravin.
"Aku tau Mi, maaf aku lupa." ucap Ravin akhirnya mengaku, Dea mendengus sebal.
"Bisa-bisanya kamu lupa Ravin! apa Mami sama Papi pernah ngajarin kamu begitu sama orang lain hah?!" semprot Dea kesal.
"Maaf Mi, aku salah aku bakal turutin semua yang Mami bilang tadi, besok aku juga bakal jenguk Ayahnya Nayya sama Ratu juga." ucap Ravin pada akhirnya.
"Bener nih? jangan kamu bohongin Mami ya." Dea tidak langsung percaya begitu saja.
"Beneran Mi, ngapain aku bohong." Ravin meyakinkan Maminya itu.
"Bagus, awas aja kamu kalo bohong ya."
"Iya Mi."
'Kemarin Ratu, sekarang Mami kenapa gadis itu bisa cepat narik perhatian semua orang sih? apa yang dia punya sebenernya?' batin Ravin bertanya-tanya, dia tidak mudah percaya begitu saja.
****
Ke esokan harinya, Vera datang menemui Nayya untuk mengantarkan sarapan yang telah di buat oleh orang tuanya.
"Vera, harusnya kamu gak perlu repot-repot." ucap Nayya tak enak hati, kedua gadis itu kini sedang berada di ruangan tempat Nayya beristirahat.
"Mana ada aku repot Nayya, ini dari orang tua aku loh kamu gak boleh nolak." kata Vera yang sama sekali tidak keberatan.
"Tetep aja aku gak enak hati Vera."
"Jangan gitu, aku tau kamu pasti kecapean dan aku juga khawatir kamu gak sempet sarapan." ucap Vera yang memang khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.
"Makasih Vera, aku terima sarapannya ya." Nayya nampak sangat terharu karena Vera selalu berada di sisinya dalam keadaan sulit.
"Iya, ayo sarapan aku temenin." ucap Vera, Nayya mengangguk.
Namun baru saja mereka ingin makan, tiba-tiba sekelompok tim dokter datang menghampiri Nayya kemudian menundukkan kepalanya.
UHUK! UHUK!
Nayya sampai tersedak karena kaget melihat rombongan tim dokter yang tiba-tiba menundukkan kepala padanya, Vera pun ikut kaget.
"Mereka kenapa Nayya?" tanya Vera berbisik.
"Aku juga gatau Vera, apa mereka salah orang?" belum sempat Vera menjawab, ketua tim dokter itu menjawab.
"Selamat pagi Nona Nayya, perkenalkan saya ketua tim dokter yang akan menangani Ayah anda, mulai sekarang Ayah anda akan di pindahkan ke ruangan VVIP, Nona tidak perlu khawatir karena ini adalah tim dokter terbaik yang saya persiapkan."
"Hah?!" Nayya dan Vera sama-sama terkejut.
"Maksudnya gimana dok? saya sama sekali engga minta tim dokter sebanyak ini untuk menangani Ayah saya." ucap Nayya.
"Memang kamu tidak meminta tapi saya!"
DEG!
"Kakak Nayya!"
"Loh, Ratu?"
Bersambung.......
.
.
rasain noh kenak senggak sama papi raka kn,, makanya jngn ego mulu yg diutamakan ravindra....