Hanabi di bunuh oleh wakil ketua geng mafia miliknya karena ingin merebut posisi Hanabi sebagai ketua mafia dia sudah bosan dengan Hanabi yang selalu memerintah dirinya. Lalu tanpa Hanabi sadari dia justru masuk kedalam tubuh calon tunangan seorang pria antagonis yang sudah di jodohkan sejak kecil. Gadis cupu dengan kacamata bulat dan pakaian ala tahun 60’an.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erika Ponpon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
“Awasi semuanya dan awasi pergerakan jackson nanti gue kasih kode kalian suruh jackson ke pintu belakang bilang suruhan razka mau menemuinya.. amankan semuanya jangan sampai ada yang curiga melihat kalian.. setelah itu bawa jackson ke dalam mobil lewat pintu belakang setelah dia pingsan.” Pinta gentha pada semua temannya.
Reno mengangguk, wajahnya tegang. “Siap, Tha.”
“Buat semuanya senatural mungkin jangan gegabah.”tambah Gentha.
Semua para somplak udah berada di posisi masing-masing. Kiko menyamar sebagai keamanan agar Gentha bisa masuk ke dalam. Danu dan Bima menyamar sebagai pelayan tamu. Sedangkan Reno dan Rio menunggu di mobil belakang gedung.
Gentha melihat Moira disana bersama Tuan Evander dan Paula. Moira melihat Gentha dia langsung pergi mengikuti Gentha.
“Tha lo ngapain ada di sini?” Tanya Moira bisik lirih.
“Gue sedang melakukan sesuatu Ra..lo mau ikut atau jadi tamu mereka.?.” Balas Gentha.
“Gue ikut Tha..rencana lo apa?”tanya Moira.
“Gue mau culik Jackson Reno udah siapin mobil di belakang. Lo coba bawa Jackson ke area kitchen nanti dari belakang gue nyusul.”
“Oke.” Moira langsung saja pergi dan mencari Jackson.
Saat matanya sibuk mencari Jackson malah Arland menghadang Moira.
“Moira bisa kita bicara sebentar?”tanya Arland pada Moira.
“Gue lagi sibuk, bukannya lo temenin istri lo menyambut para tamu kenapa malah nyamperin gue Land?”.
Arland menelan ludah, wajahnya tercekat matanya mencari-cari alasan di antara deretan tamu yang kini mulai menatap. Di meja-meja, bisik-bisik kecil merambat seperti gelombang. Stella, di balik senyum yang dibuat-buat, dalam hatinya dia kesal melihat Arland menemui Moira.
“Moira,” katanya lagi, nada yang kali ini tak bisa sepenuhnya disembunyikan ada kecemasan di dalamnya. “Ini penting. Tolong… duduk sebentar. Gue janji cuma lima menit.”
Moira menatapnya lama. Di pelupuk matanya ada sesuatu yang tidak tampak — bukan air mata, tapi kelelahan yang menumpuk. Ia menghela napas pelan, menilai Arland seperti menimbang sebuah barang yang pernah dimiliki.
“Lima menit, ya? Oke. Tidak lebih.”
Mereka melangkah ke sebuah sudut yang relatif sepi, tepat di balik tirai dekorasi bunga. Arland menunduk, mencari kata-kata yang tampak hilang dari mulutnya. “Ra… gue… gue salah. Semua ini karena gue tak bisa lawan papah. Gue bodoh. Tapi hati gue—” Ia menggigit bibir, bingung membingkai pengakuannya, “—hati gue tetap untuk lo.”
“Hahaha ucapan lo itu lucu Land… tapi sayangnya Moira yang lo cintai itu udah lama mati.”tawa hambar Moira.
“Maksud lo apa Ra? Gue gak tahu maksud lo.”jawab bingung Arland.
“Nanti juga lo akan tahu sendiri Land, udah ya gue sibuk lagi nyari seseorang.. lebih baik lo kembali ke istri lo itu.. lihat noh Stella dari tadi lihatin ke sini seperti ingin menelan gue mentah-mentah.” Tunjuk Moira ke arah Stella.
Arland menatap kesal Stella kenapa wanita itu yang jadi istrinya bukan Moira. Andai saja dia bisa punya bukti pasti ini tidak akan terjadi.
“Sudahlah sana pergi.” Arland berdiri di sana beberapa detik lebih lama, lalu dengan langkah berat kembali ke pelaminan—kepala menunduk, dengan rumah tangga barunya menanti.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Moira berdiri tegak di tengah keramaian pesta pernikahan yang penuh cahaya dan musik lembut. Gaun merah marunnya berkilau di bawah lampu kristal, kontras dengan tatapan dingin yang ia lemparkan pada sosok Jackson di seberang ruangan.
“Jackson,” panggil Moira, suaranya tenang namun mengandung nada yang tajam — seperti bilah pisau yang terselip di balik senyum.
Jackson menoleh, dan matanya sedikit membulat. Ia tidak menyangka nama itu keluar dari bibir wanita yang dulu hampir ia hancurkan hidupnya. Seketika bibirnya membentuk senyum miring, senyum yang sama seperti dulu — licik, penuh kesombongan.
“Moira? Tumben lo panggil gue,” katanya sambil meneguk sampanye dari gelas kristal. “Ada apa? Lo kangen sama gue?” Ia mendekat beberapa langkah, suaranya menurun, berbisik tapi jelas terdengar sinis. “Atau lo mau lanjutin malam yang panas waktu itu?”
Beberapa tamu di sekitar mereka menoleh penasaran, tapi Moira tetap diam, menatapnya lurus tanpa ekspresi.
“Lucu ya, Jack,” ucapnya lirih, hampir seperti bisikan, tapi cukup untuk membuat Jackson terdiam sesaat. “Gue pikir lo udah berubah. Tapi ternyata masih jadi bajingan yang sama.”
Jackson tertawa kecil, sombong. “Gue cuma jujur, Moira. Lo masih cantik, masih seksi. Lo tahu, waktu itu—”
“Jangan pernah ngomongin masa lalu itu di depan gue,” ucap Moira pelan tapi dingin.
“Lo gak tahu gimana gue hidup setelah malam itu, gimana lo bikin gue trauma bertahun-tahun. Tapi tenang…” Ia menatap Jackson dengan sorot mata yang kini berisi sesuatu yang tak bisa dijelaskan — amarah yang terkendali, sekaligus rencana tersembunyi. “…malam ini gue janji, lo gak akan pernah bisa nyakitin siapa pun lagi.”
Jackson menatapnya dengan tatapan bingung bercampur marah.
“Ngomong apa sih lo?”
Moira hanya tersenyum samar — senyum yang terlalu tenang untuk sebuah pesta bahagia. Dari kejauhan, Gentha memperhatikan dengan mata tajam.
“Gue ada sesuatu yang penting sama lo bisa kita ke pojokan area kitchen Jack?.”ucap Moira dingin.
Jackson sempat terkejut — mata tamu-tamu yang masih menyorot membuatnya tak nyaman — tapi pongahnya cepat kembali. “Pojokan kitchen? Hooh, mau ngapain? Lo mau godain gue hm?” godanya, mencoba menawar dengan senyum tipu.
‘Najis tralala gue godain buaya blangsak kayak dia? Ogah gue’batin kesal Moira.
“Banyak bacot lo mending ikut gue.”ngegas Moira.
“Wetss!! Bisa ngegas juga nih anak.”senyum smrik Jackson.
“Buruan!!.” Moira menoleh ke arah Jackson saat Jackson belum juga mengikuti dirinya.
Jackson menimbang sesaat, lalu mengangguk setengah terpaksa. Ia mengikuti Moira menembus kerumunan. Di lorong menuju dapur, suasana berubah suara musik meredup, derap langkah tersamar, wangi masakan mengganti aroma parfum. Mereka berjalan cepat sampai ke sebuah sudut yang memang jarang dilewati tamu — pintu servis menuju dapur.
Moira berhenti tepat di depan pintu exit belakang gedung berdekatan dengan pintu kitchen
Begitu pintu tertutup, ruang kecil itu terasa lebih sempit. Lampu neon remang menerangi tembok bercat pudar. Di situ, Moira berhenti, menatap Jackson lurus ke mata.
Jackson mengangkat alis, masih sempat bersikap pongah.
“Ada—”
BUGH!
Belum sempat satu kalimat keluar, sebuah hantaman keras mendarat tepat di lehernya. Gentha yang muncul dari bayangan langsung menimpuknya dengan presisi dingin.
Tubuh Jackson seketika limbung. Matanya membulat, napasnya tersangkut di tenggorokan, lalu jatuh terkapar ke lantai dengan bunyi berat.
“Cepat. Angkat dia.”
Suara Gentha datar, tapi tajam seperti pisau.
Dari balik pintu, Reno dan Rio segera masuk — gerakan mereka cepat, terlatih, dan tanpa suara berlebihan.
Reno dan Rio mengangkat tubuh Jackson, memasukkannya ke dalam karung hitam besar yang sudah disiapkan di mobil van di luar pintu belakang.
apa alter ego nya atau gimana neh... tapi kaya nya mulai keluar ya thor alter ego nya.. asikkkk ada yg suka darah 🤭🤭
ya kasih 1 lah Thor alter ego nya utk hanabi / moira😍😍😍
, neng red dan neng winter😂😂😂
lanjutkan lagi thor... 😍😍