NovelToon NovelToon
SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Takdir yang tak bisa dielakkan, Khanza dengan ikhlas menikah dengan pria yang menodai dirinya. Dia berharap, pria itu akan berubah, terus bertahan karena ada wanita tua yang begitu dia kasihani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanan Bertaubat

Tiga bulan bukan waktu yang sebentar untuk Tanan, keadaannya di dalam penjara sudah membaik, teman-teman satu selnya juga sudah tidak lagi membully-nya karena Tanan sudah belajar untuk tidak takut dan balik menggertak mereka. Apalagi jika Khadijah datang dan membawa makanan dan juga rokok, mereka juga diberi bagian oleh Tanan. Hal itu lah yang membuat ketiga orang yang ada satu sel dengan Tanan memperlakukannya dengan baik.

Di sana, Tanan juga melakukan pembinaan dan rehabilitasi. Meski masih sering sakau, tapi tidak sesering saat baru masuk ke dalam penjara. Sekarang Tanan sudah bisa mengatur tubuhnya sendiri. Dia sudah bisa menguatkan diri akan saat-saat seperti itu. Melawan rasa haus dan panas dari ketergantungan obat dan narkotika.

Tak lupa Tanan melakukan shalat lima waktu tanpa ada yang tertinggal, bahkan mulai mengerjakan salat sunahnya juga. Petugas sipir juga sangat senang sekali dengan perubahan Tanan yang dulunya arogan, kini tidak ada lagi. Tanan telah berubah menjadi pribadi yang sangat baik.

Bersama dengan orang binaan yang lain, Tanan dibimbing oleh orang yang berpengalaman. Dia dalam pengawasan dan sering dikontrol agar tidak melakukan hal yang tidak baik. Banyak pembelajaran yang Tanan dapatkan di penjara, melakukan ibadah, mendengarkan kisah sukses mantan narapidana yang telah memiliki usaha yang lain setelah keluar dari penjara, ceramah yang dibawakan ustadz yang datang di hari Jum’at pada saat menjadi imam shalat Jum’at di dalam lapas, juga banyak lagi hal yang baik yang bisa Tanan petik di dalam sana.

Memang tak jarang juga ada orang lain yang ingin menjerumuskannya lagi pada hal yang negatif, tapi Tanan ingat dengan ibu dan juga dia ingat jika saat ini dia telah memiliki seorang istri dan akan menjadi seorang ayah.

Mengingat hal itu, Tanan jadi tergerak hatinya untuk berubah menjadi orang yang lebih baik lagi. Dia berpikir, jika anaknya besar nanti apa yang akan dirasakan olehnya jika mengetahui ayahnya adalah seorang yang tidak baik. Entah, apakah nanti dia juga bisa menerima masa lalunya yang pernah masuk penjara?

“Hei, elo nggak capek solat mulu?” tanya laki-laki dengan tato macan di dadanya. Pria itu melemparkan kulit kacang ke lantai, berkumpul dengan beberapa sampah yang sedari tadi dibuat olehnya bersama dengan kedua temannya yang lain.

“Biarin aja lah, dia udah tobat. Jangan elo giring dia lagi ke jalan yang sesat. Haha!” tawa dari seseorang menggema keras. Tanan tidak peduli dengan ucapan mereka, terus menadahkan tangannya dan berdoa dengan khusyuk.

“Ya kali aja di sini dia rajin solat, kalau udah keluar dari penjara kan nggak tau. Bisa jadi kalau sebaliknya dari di sini. Kan banyak tuh, teman kita yang balik lagi masuk penjara. Iya, selama di sini aja tobat, rajin ibadah. Tapi, apa yang dia kerjain di luar sana? Balik lagi ke dunia kelam dan malah lebih ancur dari pertama dulu!” Dia tertawa, memenuhi telinga Tanan.

“Iya, si Edi tuh. Makin ke sini makin menjadi aja tuh dia. Heran gue, dia betah banget ya masuk keluar bui.”

“Ya iya lah, di sini hidup kita dijamin, nggak perlu kerja, nggak perlu susah nyari duit. Makan udah ada, tempat tinggal juga sudah ada, nggak perlu bayar lagi. Lah di luaran, kita makan tuh musti cari duit dulu, tinggal musti bayar kontrakan, belum lagi kita dibedakan dengan yang lainnya. Judge masyarakat kan yang bikin kita yang udah tobat malah tergoyahkan dan balik lagi cari jalan yang instan. Kerjaan di mana-mana susah, orang yang pernah di penjara tuh nggak selalu baik di mata mereka. Mau kita udah tobat sampai nangis darah sekali pun kalau mereka mikir kita jelek mah ya jelek aja!”

Panjang lebar si laki-laki gendut berbicara, dia menyesap kopinya yang sudah hampir habis, bahkan seakan tidak mau rugi dia memutar gelas itu hingga dedaknya kembali bercampur dan dia minum hingga gelas itu bersih kembali.

“Iya, persis banget yang elo bilang, jadi nggak heran tuh kalau nih penjara nggak akan ada habisnya. Rame terus! Meski aturan di sini ketat dan nyebelin, tapi kalau dibanding dengan di luaran sana, lebih kejam, Boss!” seru yang lain dan disambut dengan tertawaan.

Tanan menatap mereka dan menggelengkan kepala saja. Jika pun benar apa yang mereka katakan, jangan sampai niatnya tergoyah karena sesuatu yang tidak baik.

“Eh, Tanan. Kalau elo keluar dari sini, elo mau ngapain?” tanya yang lain saat Tanan melipat sajadahnya.

“Yang pasti akan hidup dengan lebih baik lagi dari pada kemarin, Bang,” jawab Tanan.

“Cieeh. Lebih baik? Yakin lo?” tanya yang lain, kemudian tertawa keras berjamaah.

“Iya, aku mau jadi orang yang baik demi ibu, istri, dan anakku,” ucap Tanan kemudian memilih duduk terpisah dan membuka Al-Qur’an-nya.

Meski Tanan tidak lancar membaca Al-Qur’an karena dulu malas mengaji, tapi setidaknya dia masih ingat sedikit dan bisa membacanya meski terbata-bata.

Hari yang dilalui Tanan cukup sulit, tapi yang lebih sulit adalah kerinduannya pada sosok sang ibu yang sudah sangat berjasa melahirkan dan membesarkannya. Dia saja yang tidak pernah menjadi pribadi yang baik sehingga air susu dibalas dengan air tuba, itu lah yang dia lakukan kepada sang ibu.

Malam masih sama, dingin Tanan rasakan di lantai yang hanya beralaskan tikar tipis. Hampir setiap malam pula Tanan tidak bisa tidur dengan cepat meski tubuhnya terasa lelah. Dia rindu akan sang ibu, rindu dengan sentuhannya di kepala, rindu dengan suara lembut ibunya. Pagi saat Ijah membangunkannya, Tanan tidak pernah langsung bangun, tapi memarahi sang ibu dan membentaknya.

Ibu yang telah berjasa sehingga dia besar. Air mata Tanan mengalir deras, dia menyesal akan perlakuannya kepada Ijah selama ini.

‘Seharusnya aku menggantikan bapak. Seharusnya aku yang bisa melindungi Ibu,’ batin Tanan menangis.

Sampai hampir tengah malam, Tanan masih juga belum bisa memejamkan mata, akhirnya dia memutuskan untuk mengambil wudhu dan solat sunnah. Hal itu sering Tanan lakukan saat mengingat kesalahannya kepada sang ibu. Masa lalunya yang kelam yang membuat ibunya selalu menangis.

“Ampuni aku, ya Allah. Ampuni segala dosaku. Berikanlah kemudahan untuk hamba menggapai pintu taubat-Mu,” ucap Tanan sambil menadahkan tangan dan menangis dalam doa.

"Aamiin." Tanan mengusap wajahnya, setelah menutup dengan doa untuk ibu bapak dan dijauhkan dari api neraka.

Kemudian, bergelung di lantai beralas tikar tipis itu sambil membaca shalawat nabi. "Ya Allah. Tolong tunjukan hamba jalan yang lurus, dekatkan hamba selalu dengan-Mu Ya Allah, agar hamba tak kembali ke jalan yang gelap, hamba ingin membahagiakan Ibu, tidak ingin membuatnya menangis kembali." Begitulah dalam hatinya Tanan merintih lalu kembali membaca shalawat nabi sampai tertidur.

1
Heny
Hadir
Rozh: terimakasih 🙏🏻🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!