Setelah kakak ku tiada, aku dipaksa menikah dengan kakak iparku, karena aku tidak cinta dan membencinya, aku menyia-nyiakan dia, hingga suatu hari tanpa aku tau dia masuk kerumah sakit, dan dokter memberi vonis kalau dia sudah meninggal, aku menangis, karena menyesal, aku ingin diberikan kesempatan untuk memperbaikinya, akankah keajaiban datang ?
ingin tau baca novel SUAMI YANG DISIA-SIAKAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Meninggal
Beberapa kejadian kembali berputar di otaknya, ia kembali mengingat tentang abai dirinya pada Adrian suaminya.
Di saat terhanyut dalam tangis dan penyesalan, ponsel miliknya berbunyi, Nadira seperti enggan melihat ponsel miliknya.
Ia biarkan saja sampai panggilan terputus, namun tidak seperti yang dia harapkan, ponsel itu kembali berdering.
Netra Nadira kembali teralihkan pada ponsel itu, dengan enggan dan tidak bersemangat ia meraih ponselnya yang berdering.
Nadira menekan tombol jawab saat melihat nama Andra yang tertera dilayar ponselnya.
"Kak, kamu kemana saja, apa kamu tidak tau suami kamu dibawa kerumah sakit," ujar Andra setelah tersambung dengan Nadira.
"Ru, rumah sakit ?, terkejut Nadira, pikirannya bertambah kalut, hatinya teriris, dia belum tau kalau suaminya ada Dirumah sakit.
"Ia masa kamu tidak tau, kamu gimana sih jadi istri." Omel Andra melalui telepon.
Nadira tidak menjawab lagi, dia langsung mematikan ponselnya, dia bangkit dari keterpurukannya, ia raih tas selempang nya dan langsung menuju rumah sakit.
Dirumah sakit semuanya sudah berkumpul, Andra, Pak Gunawan, Ibu lita dan Rian juga sudah ada disitu, hanya Nadira saja yang belum sampai.
Semua yang ada Dirumah sakit, semuanya masih tegang, semuanya masih menunggu dokter yang menangani Adrian keluar agar bisa tau kondisi Adrian.
Sedangkan didalam ruangan, beberapa dokter sedang menangani Adrian termasuk dokter Lutfi sahabatnya.
Nadira tiba Dirumah sakit, gadis itu berjalan cepat namun masih dengan wajah sedihnya.
Bu Lita yang melihat Nadira, dia langsung mengomeli Nadira, tidak peduli walaupun ini rumah sakit.
"Kamu kemana aja, suami sekarat kamu tidak tau, kamu tidak menjaga suami kamu," macam-macam omelan Bu Lita lontarkan, dia sungguh sangat kesal pada putrinya itu.
Nadia tau salah dan menyesal, dia sama sekali tidak menjawab, mau bertanya kondisi Adrian dia juga tidak berani.
Dia berdiri didepan pintu ruangan Adrian di tangani, matanya tidak teralih dari kaca segi empat dipintu.
Melalui kaca itu Nadira bisa belit dengan jelas kondisi Adrian saat ini. Hatinya semakin pedih saat melihat darah yang Adrian muntahkan.
Tidak lama kemudian, dokter Lutfi keluar dengan tergesa-gesa, semua orang langsung menghampirinya.
"Dok, bagaimana keadaannya ?" Tanya Nadira dengan suara serak dan juga air mata yang masih mengalir.
"Aku tidak bisa memberi tahu sekarang, yang jelas dia harus segera dioperasi, aku akan mempersiapkan ruangan operasi." Jawab dokter Lutfi langsung melangkah dengan tergesa-gesa.
Semua orang terpaku, hening seketika, mereka hanya saling pandang dengan wajah yang sedih.
Tidak lama setelah itu, beberapa perawat masuk kedalam ruangan Adrian, Adrian langsung didorong keruang operasi yang telah siap.
Nadira langsung langsung menghampiri, matanya masih menganak sungai, Adrian masih bisa melihat kesedihan diraut wajah Nadira.
"Mas, maafkan aku," ujar Nadira dengan suara yang begitu serak dan sedih.
Adrian tidak menjawab karena mulut terpasang alat medis. Adrian hanya bisa melihat saja kesedihan Nadira.
Adrian sudah didorong kedalam ruang operasi, semua orang menunggu didepan ruangan itu, termasuk Nadira.
Dia seperti orang asing disana, tidak ada satu orang pun yang berbicara dengan dia, Nadira hanya diam dengan sedih dan menyesal dihatinya.
Tegang tentu saja dirasakan oleh anggota keluarganya, tidak terkecuali.
Dan disana didepan ruangan operasi bisa dilihat, Nadira lah yang paling sedih, dia bukan hanya takut kehilangan suami, tapi penyesalan dihatinya itulah yang paling berat dia tanggung.
Dua jam sudah berlalu, akhirnya seorang dokter keluar dengan tubuh lelah dan keringat di dahinya.
Semuanya yang menunggu didepan ruangan langsung menghampiri.
"Dok, bagai mana kondisi menantu saya ?" tanya Bu Lita dengan pikiran yang was-was.
"Maaf Nyonya, operasinya gagal, kami sudah berusaha sekuat mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain." Dokter itu terpaksa memberi tahu anggota keluarga pasiennya.
"Tidak, mas Adrian tidak mungkin meninggal." Nadira langsung histeris, dia tidak sanggup kalau Adrian mati, dia sungguh sangat menyesal.
Pak Gunawan, Andra, langsung memeluk Nadira yang lemas, Pak Gunawan menenangkan Nadira dan memintanya mengikhlaskan.
"Tidak, mas Adrian tidak boleh mati, aku belum menjadi istri yang baik untuknya."
"Aku ingin melihatnya, aku ingin bicara dengannya." Nadira benar-benar menyesal.
Semua keluarganya menenangkan Nadira, mereka tau Nadira sangat kehilangan, walaupun mereka tau kalau Nadira selalu mengabaikan Adrian.
Disisi lain, Ifan sudah mengungkapkan siapa dalang yang ingin menggagalkan proyek yang dikerjakan oleh perusahan Adrian.
Dengan bantuan beberapa anak buahnya Ifan berhasil menangkap dalang itu yang ternyata adalah Riko saingan bisnis yang pernah ingin menghancurkan perusahaan Adrian namun tidak berhasil.
Ifan langsung menyerahkan Riko pada pihak berwajib sesuai perintah Rian, karena tidak mungkin menyuruh Ifan mengurung Riko untuk dihukum oleh Adrian sedangkan Adrian sudah tiada.
Semua orang sangat sedih dan terpukul dengan apa yang dikatakan dokter, Rian dan dokter Lutfi juga sangat sedih karena Adrian sahabat mereka yang paling mendukung dan baik hati.
Andra juga hampir histeris, Adrian adalah kakak ipar yang selalu mendukung dan membantunya, Adrian juga yang menyekolahkan dirinya dan kedua kakaknya yaitu Nadia dan Nadira.
Pak Gunawan dan Bu Lita juga sangat kehilangan, Adrian adalah menantu idaman yang sangat di idamkan oleh para orang tua.
Susah mendapatkan menantu yang royal, baik hati dan juga penyayang, di zaman seperti sekarang menantu seperti Adrian sungguh sangat langka.
Semua mata tidak ada yang tidak basah, apa lagi Nadira, matanya terlihat membengkak, dia sungguh sangat sedih dan menyesal sudah menyiapkan lelaki yang rela memberikan semuanya pada dirinya tanpa ada ragu, dan yang selalu menjaga dan memberi perhatian pada dirinya.
"Mas Adrian masih hidup, dia tidak mungkin mati, aku belum menjadi istri yang baik untuknya. Aku ingin melihatnya, dokter aku ingin melihatnya." Ujar Nadira menangis seperti orang kesurupan.
"Maaf, Nyonya belum bisa bertemu dengan tuan Adrian, ini ruang operasi, mohon Nyonya tunggu sebentar lagi, jenazah tuan Adrian akan dipindahkan, dan Nyonya serta seluruh anggota keluarga bisa melihatnya sebelum dimandikan dan diberi kafan." Ujar dokter itu dan langsung meninggalkan tempat itu.
Nadira hanya bisa pasrah, begitu juga dengan yang lain, mereka harus mematuhi peraturan rumah sakit. Biarpun begitu Nadira tetap tidak diam, mulutnya masih mengeluarkan suara serak.
Yang lain hanya bisa memberi semangat untuknya, walaupun di wajah mereka nampak jelas kesedihan dan duka.
Tidak lama kemudian jenazah Adrian dikeluarkan dari ruangan operasi, kemudian di dorong keruangan rawat sebelum diurus untuk pemakaman.
Semua anggota keluarga mengikuti dari belakang. Nadira hampir tidak sadarkan diri saat melihat tubuh Adrian yang ditutupi kain putih dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
"Kamu yang kuat, ikhlaskan, suamimu." Ujar Pak Gunawan menyemangati putrinya.
Bersambung.
g berasa uda end ajaa..
akhir yg bahagia buat adrian n nadira
Asal jgn di prank az ma authornya
pd akhirnya kau akan menyesal nadira