NovelToon NovelToon
Siapa Aku Di Sisimu?

Siapa Aku Di Sisimu?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Nikah Kontrak / Cinta pada Pandangan Pertama / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:27k
Nilai: 5
Nama Author: Shalema

Sepuluh tahun ingatan Kirana terhapus. Saat membuka mata, Kirana mendapati dirinya sudah menikah dengan pria asing yang menyebutnya istri.

Namun, berbeda dengan kisah cinta yang diharapkan, pria itu tampak dingin. Tatapannya kosong, sikapnya kaku, seolah ia hanya beban yang harus dipikul.

Jika benar, Kirana istrinya, mengapa pria itu terlihat begitu jauh? Apakah ada cinta yang hilang bersama ingatannya, atau sejak awal cintanya memang tidak pernah ada.

Di antara kepingan kenangan yang terhapus, Kirana berusaha menemukan kebenaran--- tentang dirinya, tentang pernikahan itu, dan tentang cinta yang mungkin hanya semu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shalema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

POV Barra: Kabar Baik

*Kurang lebih lima bulan lalu*

Hujan turun pelan-pelan di waktu subuh, semakin lama semakin kencang. Udara dingin menyelusup ke dalam kamar membawa aroma tanah basah yang menenangkan.

Barra membuka matanya. Masih mengantuk, ia melakukan kewajiban paginya. Kemudian berjalan ke dapur membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Aroma kopi hangat menyebar di ruangan.

Selama dua tahun ini, Barra tinggal sendiri di apartemen. Setelah pertengkaran besar antara mamanya dengan Kirana, Barra memilih untuk keluar dari rumah. Karena hampir setiap hari, bu Tanti memintanya untuk segera berpisah dengan Kirana.

Sementara, Kirana terlebih dahulu sudah tinggal terpisah dari Barra dan bu Tanti.

"Aku butuh ruang untuk bernafas. Jika berada di dekat kalian, dadaku seperti terhimpit, sesak dan sakit," jelas Kirana saat pindah ke apartemennya sendiri. Barra tidak kuasa mencegahnya.

Barra mengunyah sandwich hingga habis kemudian meneguk kopi. Pikirannya masih tertuju pada Kirana.

Apa yang dipikirkan dan dirasakan Kirana dengan kedatangan Raisa kemarin? Haruskah aku menjelaskan hubunganku dengan Raisa? Apakah Kirana merasa sakit hati dan cemburu? Ah, tidak mungkin. Bisa saja dia tidak merasakan apapun seperti biasanya. Dia tidak pernah memperlihatkan rasa marah atau cemburu melihat kedekatanku dengan Raisa. Kenapa aku harus pusing...

Ting

"Pagi ini Mas Barra bisa ke rumah sakit? Perawat bilang dr. Nurman ingin Mas Barra hadir saat kunjungan. Ada yang ingin dijelaskan dokter."

Pesan masuk dari bu Wulan.

Ada apa? Apakah terjadi sesuatu pada Kirana, gara-gara Raisa?

Barra segera masuk ke kamar mandi. Ia ingin segera berada di rumah sakit.

Hujan makin lebat saat Barra tengah mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit. Air tergenang di mana-mana hingga jalanan macet. Jarak yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu dua puluh menit, harus dilalui hingga lebih dari satu jam.

Barra berlari menerobos hujan saat akhirnya sampai di RS. Ia memijit lift di lobi. Lama. Barra memutuskan untuk menaiki tangga, ia sudah sangat terlambat. Nafasnya terengah saat membuka pintu kamar Kirana.

"Maaf Dok, saya terlambat," ucap Barra.

Barra melihat pandangan Kirana ke arahnya. Ia ingin tersenyum namun bibirnya sulit untuk digerakkan.

"Tidak apa-apa, Pak. Saya juga belum lama," dokter Nurman tersenyum.

"Baiklah, karena suami ibu Kirana sudah hadir, saya lanjutkan kembali. Seperti yang tadi saya jelaskan, jika grafik perkembangan ibu Kirana selama dua bulan sejak terbangun dari koma meningkat signifikan. Ibu Kirana sudah menyelesaikan tahapan rehabilitasi medis dengan sangat baik. Karena itu, dalam dua hari ibu Kirana sudah boleh pulang."

Kirana akan pulang? Ke mana? ke rumah bersamaku? Tapi, apa dia mau? Atau dia akan menolak?

Raut wajah Barra tanpa ekspresi.

Kemudian, dr. Nurman menjelaskan lebih lanjut mengenai jadwal kontrol dan apa saja yang harus dilakukan selama di rumah. Barra mendengarkan dengan penuh perhatian.

Dr. Nurman masih mengingatkan untuk tidak memaksakan ingatan Kirana. Dokter menyarankan agar Kirana lebih baik membuat memori baru.

Memori baru. Haruskah aku membuat memori baru dengan Kirana?

"Kalau begitu, saya pamit dulu. Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada ibu Kirana. Perjuangannya selama dua bulan ini tidak sia-sia," ucap dokter Nurman.

Barra melangkah maju lalu menjabat tangan dokter Nurman. "Terima kasih banyak Dok."

"Sama-sama Pak. Kalau sudah di rumah, Peran bapak akan menjadi sangat penting bagi perkembangan kesembuhan Ibu. Dukungan dan motivasi dari keluarga biasanya akan menjadi semangat yang luar biasa bagi pasien," dokter Nurman menyambut jabat tangan Barra.

Sekarang, kesembuhan Kirana tergantung padaku.

Kata-kata dr. Nurman seakan terpatri dalam hati dan pikiran Barra.

Kemudian, dokter Nurman keluar bersama perawat.

Barra memandang Kirana. Ia melihat titik-titik air di matanya.

"Kira... " panggil Barra.

"Kepalaku pusing Mas. Aku mau tidur," jawab Kirana. Ia merebahkan diri memunggungi Barra.

"Bu Wulan hari ini boleh pulang. Tolong siapkan semuanya untuk kepulangan Kirana. Aku akan menemani Kirana sampai dua hari ke depan," perintah Barra.

"Tapi Mas... Bu Tanti...," ucap bu Wulan pelan.

"Aku akan mengurusnya. Tenang saja Bu, mama tidak akan memarahi Ibu," yakin Barra.

"Baik Mas, kalau begitu," bu Wulan mengemasi barang-barang yang akan dibawa pulang.

Barra menyandarkan punggungnya ke dinding. Tatapannya terus ke arah Kirana. Ia melihat punggungnya bergetar menandakan Kirana sedang menangis.

Apa yang membuatmu menangis Kira? Bukankah ini kabar baik? Kenapa kamu tidak senang? Apakah begitu berat bagimu untuk pulang bersamaku?

**********

Barra sedang berada di ruang konsultasi psikolog rumah sakit. Sore ini, perawat menjadwalkan sesi dengan Barra. Ini dilakukan sebagai salah satu program untuk mendukung psikologis pasien amnesia yang akan pulang. Karena dukungan dari orang terdekatlah yang menjadi faktor utama keberhasilan kesembuhan mereka.

"Selamat sore, Mas Barra... Bolehkah saya memanggil dengan sebutan Mas? Saya pikir usia kita tidak terpaut terlalu jauh," seorang psikolog wanita berhijab panjang menyapa.

Barra tersenyum dan mengangguk.

"Saya Aya, psikolog Mba Kirana sejak terbangun dari koma," Mba Aya memperkenalkan diri.

Barra sedikit gugup, karena ini adalah kali pertama ia berbicara dengan seorang psikolog.

"Rileks saja Mas Barra, kita akan ngobrol santai, " Mba Aya tersenyum menenangkan.

"Bagaimana perasaan Mas Barra mendengar Mba Kirana akan pulang dalam dua hari?"

Barra menarik nafas sebelum menjawab, "Saya senang sekaligus takut. Kirana menatap saya seperti orang asing. Saya khawatir dia berat untuk pulang bersama saya."

"Itu hal yang wajar. Dalam kasus amnesia parsial, banyak kenangan emosional yang samar, tertinggal di bawah perasaan sadar. Tapi, perasaan akrab akan muncul perlahan. Pulang pada sesuatu yang tidak diingatnya, baik tempat atau orang-orang di sekelilingnya, pastilah sangat berat untuk Mba Kirana."

"Apa yang bisa saya lakukan untuk membantunya, Mba?"

"Jadilah tempat yang aman bagi Mba Kirana. Jangan memaksakan untuk mengingat. Biarlah memori itu datang seperti hujan, pelan tapi pasti. Sekarang biarkan kasih sayang Mas hadir lewat hal-hal kecil. Berikan perhatian penuh untuk Mba Kirana. Otak manusia punya keajaiban mengenali kehangatan yang tulus," jelas Mba Aya memberi semangat.

"Jadi, saya harus mulai dari awal? Seperti orang asing yang berusaha dicintai lagi?"

"Mungkin, iya. Tapi bukankah itu indah? Mencintai seseorang untuk kedua kalinya?" Mba Aya memberikan senyum, memandang lurus ke arah Barra.

Kalimat itu, membuat Barra tenang. Sekarang, meski belum pasti, Barra tahu apa yang harus dilakukan untuk Kirana. Langkahnya ringan saat ia kembali menuju kamar Kirana. Bibirnya menyunggingkan senyuman.

Jatuh cinta untuk kedua kalinya. Kalimat itu terus terngiang. Ia yakin dirinya dapat dengan mudah kembali jatuh cinta dengan Kirana. Tapi, bisakah Kirana mencintainya? Haruskah ia membuat Kirana jatuh cintanya padanya? Tidak ada salahnya mencoba, memulai awal yang baru.

Halo, man teman pembaca, mohon maaf terlambat up karena kemarin ada keluarga yang meninggal.

Sebagai ucapan terima kasih karena sudah menunggu, aku up langsung 2 bab :) Selamat membaca. Terima kasih.

1
Cut syifa
haduh kira🤦🤦, aku sendiri yang malu membayangkan baju dinas muz🤣🤣🤣
Cut syifa
bersiaplah kira, kalian akan menuju ke surga dunia🤣🤣🤣
Uthie
Jika mengingat, hanya akan membuat masalah lama muncul kembali antara hubungan kamu dan Bara, Kirana....
Iqueena
Syalannnn, masa distop ihh😭
Iqueena
GAK LIATTTT🙈
Iqueena
Aku suka ini🤣
Iqueena
Mungkin temanmu gak baik untuk km dekati?
Xlyzy
Kirana mungkin sungkan membangunkan mu bar
Xlyzy
sedih ya bar lihat orang yang kita cintai jadi rapuh
Xlyzy
iya kir kan ada bara biarkan Bu Wulan istirahat kir
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
ini siapa lagi🙄
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
harmonis sekali, ini nanti tidak akan berpisahkan
Saila Alka
wulan..... kamu ini ada apa sih?
Saila Alka
Barra, please istrimu kasihan
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
kenapa hanya sekejap? 24 jam dong
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
dag dig dug
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
duh jadi terharuuu 🥹 akhirnya bisa sama² menyatakan cinta tanpa keraguanmu
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
semakin kau sembunyikan kebenaran, semakin Kirana menjauh darimu Barra🥲
Alyanceyoumee
suaram ini
Alyanceyoumee
anak kah? ya ampun lebih baik hilang ingatan permanen lah masa lalu nya sangat kelam.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!