NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Mengubah Takdir / Angst
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29: Kehilangan jejak

Setelah mengobrol via telepon tadi malam, kini Alden dan Fathan bertemu di sebuah kafe. Alden merasa sedikit lebih rileks setelah mengobrol dengan sahabatnya itu.

"Thanks bro. Gue gak tau harus cerita ke siapa kalo bukan lo." ujar Alden sambil menepuk pundak Fathan.

"Ah, santai kayak sama siapa aja lo. Gue bisa bantu lo kalo lo mau." ujar Fathan sambil mengecek ponselnya.

Alden hanya mengangguk singkat lalu menyeruput minumannya. Tiba-tiba saja, matanya tertuju pada sosok yang tidak asing lagi di seberang kafe. Dania, gadis itu baru saja keluar dari sebuah supermarket dan menaiki mobilnya, dengan seorang supir pribadi tentunya.

"Bro, itu kayaknya Dania deh." ujar Alden membuat Fathan sontak menoleh.

"Di mana?" mata Fathan menelisik arah yang ditunjuk Alden, tapi ia tidak melihat adanya Dania di sana.

"Itu di mobil hitam depan supermarket. Ikuti, bro." ujar Alden sangat yakin dengan perkataannya.

Fathan pun langsung beranjak dan memulai mesin motornya. Mereka berdua mulai membuntuti mobil Dania yang sudah melaju membelah jalanan.

Rasa penasaran tentu saja menyelimuti hati Alden, mengingat sebelumnya Dania pergi entah kemana bersama keluarganya. Alden semakin yakin ingin berbicara dengan Dania, terlebih mengingat perkataan Rani yang sangat jelas merendahkan gadis yang dicintainya itu.

Mobil itu terus melaju, tanpa menyadari bahwa Alden dan Fathan sedang mengikuti mereka. Fathan memacu motornya dengan kecepatan stabil, serta dengan sedikit jarak agar tidak menimbulkan kecurigaan pada Dania maupun supirnya.

Alden sendiri memfokuskan pandangannya pada mobil itu, matanya tak sedikitpun berkedip memantau pergerakan mobil itu.

Mobil itu berhenti di sebuah pom bensin. Alden dan Fathan hanya memperhatikan dari kejauhan, tidak mengikuti mobil itu sampai pom bensin.

Setelahnya, mobil itu kembali melaju meninggalkan jalanan di belakang. Fathan kembali mengikuti mobil itu. Ia juga penasaran apakah yang dilihat oleh Alden adalah Dania, atau justru Alden yang salah melihat.

Beberapa menit berlalu, mobil itu pun berhenti di sebuah lampu merah. Motor Fathan tidak bisa mendekat karena padatnya lalu lintas.

"Aduh, sulit nih bro. Bisa-bisa kehilangan jejak kita." ujar Fathan di sela-sela keheningan.

Alden tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangguk membenarkan perkataan Fathan. Lampu merah berubah menjadi hijau, para pengguna jalan melajukan kendaraannya masing-masing.

Tak terkecuali Fathan, ia mencoba menyalip beberapa kendaraan agar bisa mengejar mobil yang ditumpangi Dania.

Motor Fathan pun kembali mendapatkan jarak aman dan juga tidak terlalu jauh dari mobil hitam itu. Mereka pun masih bisa mengikuti kemana mobil itu pergi.

Tapi, tiba-tiba saja motornya di salip oleh kendaraan lain. Karena padatnya lalu lintas, mereka pun akhirnya kehilangan jejak. Mobil itu sudah menghilang dari pandangan, membuat Alden menghela nafas panjang.

"Wah kita kehilangan jejak bro." ujar Fathan memelankan laju motornya.

"Ya, mau gimana coba. Padat banget jalanan hari ini." ujar Alden menimpali.

Fathan pun akhirnya menghentikan motornya di pinggir jalan. Keduanya turun dan berdiam diri sejenak.

"Lo yakin itu tadi Dania?" tanya Fathan masih belum percaya.

"Gue yakin seratus persen. Gue penasaran aja kemarin mereka pergi kemana. Dan kini tiba-tiba Dania muncul lagi, gue yakin ada sesuatu yang dia sembunyikan." ujar Alden dengan nada yang sedikit berat.

Fathan mengangguk perlahan, mencoba memahami perasaan Alden. "Oke, kita coba cari lagi. Tapi, kayaknya kita perlu info lebih dulu, bro."

Alden mengangguk perlahan, apa yang dikatakan oleh Fathan ada benarnya juga. Mereka berdiam diri di pinggir jalan, matahari mulai terasa panas serta hiruk-pikuk kota yang terus menyeruak di sekitar mereka. Tapi, tekad mereka tetap pada satu tujuan, yaitu mencari tahu kemana Dania pergi.

"Sorry, gara-gara urusan gue lo jadi repot." ujar Alden merasa tidak enak.

Fathan hanya tersenyum dan menepuk pundak Alden. Ia tahu bahwa Alden orangnya memang seperti itu, suka tidak enakan dengan orang lain.

"Jangan gak enak gitu bro. Gue seneng bantu lo, lagian ini gak sebanding dengan kesalahan gue dulu."

"Udah yang lalu jangan diungkit lagi, bro." ujar Alden dengan seutas senyum yang hanya diangguki singkat oleh Fathan.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Setelah seharian mencari tahu tentang Dania, kini Alden sudah kembali ke kontrakannya. Mereka sempat bertemu dengan mobil itu lagi, tapi lagi-lagi mereka kehilangan jejak.

Alden mondar-mandir di dalam kamarnya, ia khawatir juga penasaran tentang Dania. Apa mungkin Dania memutuskannya hanya karena perkataan Rani, atau mungkin ada sesuatu yang lain yang Dania coba sembunyikan.

Kepalanya terasa begitu sakit ketika Alden memikirkan semua itu. Alden berhenti di meja kamarnya, jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja kayu itu.

Entah ide dari mana, tiba-tiba Alden mengetikkan pesan untuk Fathan. Ia yakin dan sangat yakin dengan keputusannya itu.

"Bro, kayaknya gue butuh bantuan lo lagi. Gue punya rencana buat besok, sorry kalo gue repotin lo."

Tak berapa lama, balasan dari Fathan pun muncul di layar ponselnya. Alden sendiri sejujurnya merasa tidak enak dengan sahabatnya itu. Tapi, balasan dari Fathan membuat Alden sedikit merasa lega.

"Oke, santai aja. Gue bakal bantu lo. Apa rencananya?"

Alden pun langsung mengetikkan balasan dan mengeluarkan ide yang ada di benaknya. Dengan harapan bahwa besok Dania akan pergi dan Alden serta Fathan bisa tahu kemana tempat yang akan Dania kunjungi.

"Oke, thanks sebelumnya bro."

Alden mengetikkan balasan terakhir sebelum akhirnya mematikan ponselnya. Alden membaringkan diri di tempat tidurnya, ia sudah meminta izin pada ibunya untuk tidak membantu ibunya di toko hari ini.

Awalnya, niat Alden hanya untuk bertemu Fathan dan ngobrol santai dengan sahabatnya itu. Tapi, karena tak sengaja melihat Dania, Alden pun jadi kepikiran tentang gadis itu.

Alden menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk melepaskan rasa penasaran dan khawatirnya akan Dania.

Tapi tetap saja, pikirannya melayang ke hal yang sama. Bahkan, bayangan wajah cantik Dania terlintas di benaknya. Terlebih, momen-momen bahagia yang pernah mereka lalui sebelumnya.

Rasanya Alden seperti merasa Dejavu, dan ingin segera meluluhkan hati Dania lagi. Terlebih Riza yang terobsesi dengan Dania, bisa saja melakukan hal buruk pada gadis cantik itu.

"Aku khawatir Riza akan melakukan sesuatu terhadap mu, Dania." gumam Alden lirih pada dirinya sendiri.

Andai saja tadi mereka tidak kehilangan jejak, mungkin Alden sudah berbicara dengan Dania saat ini. Sayangnya, mereka tidak bisa membuntuti mobil itu lagi. Bahkan ketika mereka mengunjungi rumah Dania, gerbangnya terkunci. Jelas sekali, Dania sedang tidak ada di rumah.

"Aku harus tau apa yang kamu coba sembunyikan, Dania. Dan aku akan menepati janji yang pernah aku ucapkan waktu itu." batin Alden.

^^^Bersambung...^^^

1
FATTAHIR
wahhh bagus banget cerita nya
recomend banget pokoknya😍
ndah_rmdhani0510
Hai semuanya, mohon dukungan, kritik dan sarannya untuk cerita pertama aku ya? Soalnya baru pertama nulis hehe, pendapat kalian semangat bagi aku...

Happy reading 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!