NovelToon NovelToon
Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Keinginan terakhir sang ayah, membawa Dinda ke dalam sebuah pernikahan dengan seseorang yang hanya beberapa kali ia temui. Bahkan beliau meminta mereka berjanji agar tidak ada perceraian di pernikahan mereka.

Baktinya sebagai anak, membuat Dinda harus belajar menerima laki-laki yang berstatus suaminya dan mengubur perasaannya yang baru saja tumbuh.

“Aku akan memberikanmu waktu yang cukup untuk mulai mencintaiku. Tapi aku tetap akan marah jika kamu menyimpan perasaan untuk laki-laki lain.” ~ Adlan Abimanyu ~

Bagaimana kehidupan mereka berlangsung?

Note: Selamat datang di judul yang ke sekian dari author. Semoga para pembaca menikmati dan jika ada kesamaan alur, nama, dan tempat, semuanya murni kebetulan. Bukan hasil menyontek atau plagiat. Happy reading...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Tamu

“Dinda memang pendiam, tetapi biasanya tidak seperti ini. Apa ada masalah? Apa dia berpikir untuk membuatku marah dan menjalin hubungan dengan guru itu?” batin Adlan yang tidak tahan dengan Dinda yang mendiamkannya.

Tubuhnya bergerak lebih cepat dari pada otaknya. Adlan menghampiri Dinda dan menghentikan tangan istrinya yang sedang mengaduk sayur sop. Tak hanya itu, Adlan bersikap posesif dengan melingkarkan tangannya di perut Dinda.

“Kamu kenapa?” tanyanya.

Dinda tidak menjawab. Ia hanya melihat tangan kekar suaminya yang melingkar di perut. Ia jadi membayangkan, tangan Adlan memegang Meri dulu. Pikiran Dinda tidak terkontrol, sampai Adlan yang mendaratkan kecupan di telinga mengejutkannya.

“Uhh…”

Suara itu lolos begitu saja dari bibir Dinda, membuat Adlan tahu apa yang harus dilakukannya. Seketika ia membalikkan tubuh Dinda dan langsung menyerang bibir yang selalu membuatnya candu.

Ditengah-tengah permainannya, Adlan menyempatkan mematikan kompor dan membawa Dinda ke meja makan. Posisi keduanya saat ini bisa membuat orang salah paham.

Dinda mendorong tubuh Adlan saat dirinya kehabisan nafas.

“Katakan! Kenapa kamu dari tadi hanya diam?” tanya Adlan tanpa mengurangi jarak di antara mereka.

“Tidak ada.”

“Tidak mungkin! Pasti ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Apa kamu masih berpikir untuk menjauh dariku?” tanya Adlan dengan suara tercekat.

Pikirannya bisa berpikir sesuka hati, tetapi Ketika mengatakannya ia merasa miris di hatinya.

Dinda hanya menggeleng. Kenyataannya Dinda tidak pernah berpikir untuk menjauh dari Adlan. Meskipun ia sempat meragukan pernikahannya karena perasaan, tapi kini ia sudah mulai membuka hatinya untuk Adlan.

Bahkan tubuhnya sudah merasa nyaman dengan semua sentuhan dan perlakuan Adlan. Seperti saat ini, Dinda merasa betah dengan Adlan yang menumpukan tangannya di meja dan menyatukan dahi mereka.

“Lalu apa?”

“Siapa Meri?” niat hati bertanya dalam hati, tetapi Dinda mengatakannya secara langsung.

“Meri? Kenapa nama Meri yang kamu sebut?” tanya Adlan bingung.

Ia menebak Dinda akan menyinggung guru yang disukainya, tetapi nama lain yang diucapkannya.

“Dia berkunjung tadi. Katanya kalian sempat akan bertunangan.”

“Gila! Wanita itu sudah gila, jangan dengarkan!”

“Tapi kedua keluarga kalian sudah saling mengenal. Apakah aku menjadi orang keti…” Adlan menyerang bibir Dinda, membuatnya tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

“Dengarkan aku! Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Meli atau siapalah itu! dia mengatakan dia mengenal keluargaku, apakah Mama ada mengatakan sesuatu? Jika Mama saja sangat menyukaimu, untuk apa kamu ragu?”

“Tapi Kakak bertengkar dengan Papa Kakak karenanya.”

“Apa saja yang dikatakan si Meli itu?” tanya Adlan sambil mengusap kasar wajahnya.

Tangan Adlan memegang bahu Dinda dan menatap ke arah mata Dinda. Ia mengatakan, masalah pertengkarannya dengan sang papa tidak ada hubungannya dengan perempuan itu.

Pertengkaran mereka terjadi karena sang papa berniat menikahi janda dari teman baiknya. Adlan marah karena tidak mau mamanya di madu, makanya mereka bertengkar hebat dan Adlan memilih untuk tinggal dengan sang mama.

“Kalau kamu mau tahu detailnya, kamu bisa bertanya dengan Mama langsung. Aku malas membahas tua bangka itu!”

Dinda tidak bersuara. Ia masih tenggelam dalam tatapan Adlan yang tertuju kepadanya. Dari sana Dinda tahu suaminya tidak berbohong dan secara bersamaan, tatapan Adlan membuatnya mabuk.

Entah keberanian dari mana, Dinda mendaratkan kecupan di bibir Adlan.

Cup!

Baik Dinda maupun Adlan sama-sama tertegun dengan kecupan yang baru saja terjadi. Dinda yang memulai, bukan Adlan! Apakah ini artinya Dinda sudah menerima Adlan sepenuhnya?

Untuk memastikan pemikirannya, Adlan menggendong tubuh Dinda dan membawanya masuk ke dalam kamar.

Begitu tubuh Dinda mendarat di tempat tidur, Adlan segera menyergap bibir istrinya. Antara terkejut dan gugup, Dinda menerima ciuman Adlan dengan kikuk.

Lama kelamaan, ciuman keduanya pun selaras dan tangan Adlan mulai bergerak. Kini naluri Adlan yang bekerja, membuat daster dengan leher karet yang dikenakan Dinda sudah sampai di perut.

Sayangnya, saat Adlan mulai menikmatinya, Dinda merasakan ada cairan hangat yang keluar dari daerah intimnya. Perasaannya tidak enak, ia pun menghentikan Adlan.

“Kak…”

“Hmmm…” jawab Adlan tanpa menghentikan kegiatannya.

“Sepertinya, aku tidak bisa.” Cicit Dinda.

Adlan menghentikan kegiatannya dan mendongak meminta penjelasan. Dinda dengan tersipu mengatakan jika dirinya mendapatkan tamu bulanannya.

Antara kecewa dan frustasi, Adlan segera beranjak dan berlalu ke kamar mandi untuk menenangkan tubuhnya yang sudah panas.

Saat Adlan keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang segar, Dinda tahu suaminya menenangkan diri dengan mandi air dingin. Entah mengapa dirinya merasa kasihan dengan keadaan Adlan saat ini.

Dinda masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Tak lupa ia menggunakan pengaman agar tidak bocor. Ketika keluar, ia melihat Adlan sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Ia ke dapur untuk melanjutkan masakannya.

Selesai makan malam, keduanya duduk di tempat tidur dengan canggung. Keduanya sama-sama merasa kecewa dengan moment yang seharusnya sudah terjadi.

“Kapan kamu mulai libur?” tanya Adlan.

“Dua hari lagi, Kak.”

“Begitu kamu libur, kita tinggal di rumah Mama.”

“Iya, Kak.”

“Apa masih ada yang perlu dibeli?”

“Tidak ada, Kak. Semuanya sudah dibeli sama Mama.”

“Kamu mau mahar apa?” tanya Adlan yang baru sadar, dirinya tidak ada bertanya mahar kepada Dinda sebelumnya.

“Kakak sudah memberikannya.”

“Anggaplah itu pemberianku. Yang aku tanyakan sekarang, kamu mau mahar apa?”

“Tidak perlu, Kak. Yang Kakak berikan itu sudah lebih dari cukup. Bukankah sebaik-baiknya mahar adalah yang Ikhlas diberikan?”

Adlan tersenyum dan memeluk istrinya dan mengajaknya tidur.

Keesokan paginya, Adlan yang memiliki jam biologis menyerang bibir Dinda yang masih setengah sadar. Kini ia tidak lagi ragu untuk melakukannya karena istrinya telah menerima pernikahan mereka dan menerimanya sebagai seorang suami.

“Kak… sudah adzan.” Kata Dinda disela-sela permainan Adlan.

“Hmmm…”

Adlan masih melanjutkan permainannya sampai ia merasa puas, barulah ia melepaskan istrinya yang sudah setengah telanjang.

Dinda menutupi tubuhnya dengan selimut, tetapi Adlan menariknya. Ia tersenyum kala melihat hasil permainannya tercetak di kulit istrinya. Sementara Dinda merasa malu karena profesinya sebagai guru.

Tidak etis jika terlihat oleh anak didiknya. Akhirnya Dinda pagi itu berangkat ke sekolah dengan kaos turtle neck dibalik seragamnya. Meski terlihat aneh, setidaknya cetakan suaminya tidak terlihat.

.

.

.

.

.

Maafkanlah author yang tidak produktif ini... huhuu

1
𝐈𝐬𝐭𝐲
kenapa Dinda gak pindah sekolah aja ngajar di sekitar rumah baru saja dripada harus kekampung dia lagi...
indy
selamat berbulan madu
𝐈𝐬𝐭𝐲
namanya Adlan atau Aksa sih Thor🤔
Meymei: Maaf typo kak 🤭
total 1 replies
Dewi Masitoh
Adlan kak🤣kenapa salah ketik jd aksa🙏
Dewi Masitoh: baik kak🙏
total 2 replies
Fitri Yani
next
indy
kayaknya sdh bisa resepsi biar gak ada lagi yang julid. wah ternyata gibran naksir dinda juga
indy
nanti resepsinya setelah masa duka selesai
indy
lanjut kakak
indy
ada yang bertengger di pohon kelengkeng
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya bagus aku suka😍😍
Meymei: Terima kasih kakak… 😘
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjuut Thor
𝐈𝐬𝐭𝐲
hadir Thor
indy
kasihan pak Lilik
indy
hadir kakak
Rian Moontero
mampiiir kak mey/Bye-Bye//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!