NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Sang Mafia

Terjebak Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Bad Boy / Gadis nakal
Popularitas:13.7k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

"Mulai malam ini kamu milikku, aku suka 45imu yang manis itu." ujar Kael sambil tersenyum miring.

"Hey kamu bilang anakmu tapi ini apa? Kau berbohong padaku om jelek!" jawab Vanya dengan raut wajah kesalnya.

"Sssttt! diam dan jangan banyak bicara, elus kepalaku!" titah Kael mengusap lembut pipi gemoy Vanya.


>>Mau tau kelanjutannya? simak terus dan jangan skip bab, karna di setiap bab ada kejutannya💥

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Vanya Milik Siapa?!

Vanya mematikan mesin Ducati berwarna merah menyala yang baru saja dia parkir di halaman sekolah.

Gemerincing suara kunci saat dia mencabutnya dari kontak menarik perhatian sekeliling. Siswa-siswa yang sedang berjalan ke kelas berhenti sejenak, mata mereka tertuju pada motor yang mengilap dan gadis yang baru saja turun darinya.

Dengan langkah yang penuh percaya diri, Vanya melepas helmnya, membiarkan rambut hitam panjangnya yang terikat rapi tergerai dengan indah.

Sejenak, sunyi seakan menelan bunyi di sekitar saat semua mata memandang takjub pada sosoknya yang anggun namun berani.

Tiba-tiba, dari kerumunan murid, muncul sosok Raka yang berlari dengan semangat menuju Vanya.

Wajahnya terlihat sumringah, namun ada rona khawatir yang tidak bisa disembunyikan. Dia mempercepat langkahnya, membuka lengan seakan ingin memeluk Vanya yang sudah lama tidak terlihat di sekolah.

Namun, sebelum Raka sempat menyentuhnya, Vanya langsung bertindak cepat. Dengan gerakan yang terlatih, dia mengangkat kakinya tinggi-tinggi dan mendaratkan tendangan ke perut Raka, membuatnya terhuyung beberapa langkah ke belakang.

"AARGHH SAKIT....!!" teriak Raka sambil memegangi perutnya.

"BOS LO GAK PAPA...?!" teriak Leo dan Galih secara bersamaan.

"Don't touch me, Raka!" seru Vanya dengan suara tegas yang memenuhi halaman sekolah, membuat beberapa murid yang menonton terkejut dan berbisik satu sama lain.

Vanya menatap Raka dengan pandangan tajam, matanya berkilat menunjukkan kemarahan.

"Van, kamu kenapa sih? Aku cari kamu kemana-mana selama ini, kamu kemana? Aku kangen sama kamu, Van," ucap Raka dengan napas yang masih tersengal, mencoba memahami situasi sambil mengusap perutnya yang sakit akibat tendangan Vanya.

Wajah Vanya sedikit melunak, namun tetap dingin. "Jangan peluk-peluk gue, sadar diri dong Raka, lo bukan siapa-siapa gue!" jawabnya datar, matanya tak lepas dari sorot mata Raka yang penuh kebingungan.

Raka mengangguk perlahan, rasa sakit di perutnya tidak sebanding dengan kekecewaan yang kini dia rasakan.

"Ayolah jangan seperti itu, tolong jangan menghilang begitu saja. Aku benar-benar khawatir," kata Raka dengan suara lebih tenang, mencoba menyembunyikan rasa sakitnya yang sebenarnya.

Vanya hanya mengangguk singkat, sebelum berbalik dan berjalan menjauh menuju kelasnya. Langkahnya mantap, namun ada beban yang tampak dari cara dia memandang lurus ke depan.

Raka masih berdiri di tempatnya, menatap punggung Vanya yang menjauh, berharap suatu hari nanti dia bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi pada gadis yang dia cintai itu.

"Aku janji akan jadiin kamu milikku selamanya, apapun caranya kamu harus jadi milikku, Vanya," ujar Raka di dalam hatinya.

Bahkan murid perempuan di sana sangat menyayangkan kalau Vanya menolak Raka, si pangeran tampan di sekolah Galamosador ini.

"Calista.....!!" teriak Vanya dengan suara kerasnya.

Tentu saja Calista langsung menengok, dengan cepat berlari menghampiri Vanya dan memeluknya dengan erat.

Dengan cepat Vanya langsung menabok punggung Calista, "Lepas woy, lo mau bunuh gue hah?!" teriak Vanya.

"Lo kemana aja sialan gue nyariin lo kemana-mana tau gak, harusnya lo kabarin gue kalau mau pergi jadi gue gak khawatir sama lo," marah Calista pada sahabatnya itu.

Vanya terkekeh pelan, "Ya sorry Cal, gue juga gak tau, pokoknya rumit ceritanya mah," jawabnya.

Mereka langsung masuk kelas, Vanya duduk tepat di depan kursi Raka, tentu saja itu membuat Vanya tak nyaman.

"Vanya ada waktu gak? nanti kita ketemuan ya," ucap Raka dengan suara lirihnya.

"Gak." jawab Vanya singkat.

Tentu saja hal itu membuat Calista sakit hati, entahlah rasanya ia ingin berteriak pada Vanya, kalau dia mencintai Raka.

Namun mau bagaimana lagi, ia tak bisa mengungkapkannya sekarang. "Van, lo kemana aja selama ini?" tanya Calista mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Gue liburan." jawab Vanya singkat, dengan cepat mengeluarkan ponselnya yang dari tadi bergetar.

"Ishh siapa sih ganggu aja tau gak," ujarnya kesal.

Ponsel ini sebenarnya milik Kael, tapi karna ia butuh jadilah ia pinjam satu.

"Wah ponsel baru nih ye, anjir dapet duit dari mana lo Van? lo ikut boxing lagi?" tanya Calista yang mulai kepo.

"Gak, ini punya seseorang. Gue cuma minjem ini Cal." jawab Vanya.

Namun jawaban Vanya membuat Raka kesal bukan main, "Van, kamu gak mau aku kasih ponsel dulu kenapa sekarang malah mau pake ponsel orang lain. Ternyata kamu pilih-pilih ya," ujar Raka dengan raut wajah kesalnya.

"Lah kenapa emangnya? terus masalahnya apa sama lo sih Yo?" tanya Vanya dengan jengkel.

"Van, aku itu cinta sama kamu, kenapa kamu gak pernah mau lihat aku sih? Kamu kemana selama ini hah? kenapa di telepon gak bisa di WA gak kamu bales sama sekali. Sesibuk itu ya Van?" ujar Raka panjang lebar.

"Ya karna lo gak penting bagi gue, gue bahkan sekalipun gak pernah ada hubungan sama lo. Bisa gak jangan ganggu gue mulai sekarang." ujar Vanya dengan nada dingin.

"Van jangan gitu. Kasian Raka...." ujar Calista lirih.

Vanya pun melongo, setelahnya ia langsung terkekeh pelan, "lo belain dia sekarang Cal? wah gila sih, gak ketemu beberapa hari aja udah berubah kek gini lo," ujar Vanya dengan raut wajah kesalnya.

"Gak gitu Van..." sahut Calista dengan suara lirih.

"Vanya, sumpah demi apapun kita berdua gak ada apa-apa. Calista bukan tipe aku. Yang ku mau cuma kamu," ujar Raka.

Bahkan teman-teman Vanya yang ada di kelas itu hanya terdiam menatap drama ini, tentu saja pandangan mereka semua hanya tertuju pada kecantikan dan kesexyan tubuh Vanya.

"Diam Ya, gue gak peduli." ucap Vanya tanpa mau tahu hal apapun yang menurutnya sangat tak penting baginya itu.

Kael berdiri di samping jendela kantornya, matanya mengamati lalu lintas di bawah sana, namun pikirannya terbang jauh ke arah lain.

Pagi itu, suasana hati Kael terganggu. Kekasihnya, Vanya, telah melakukan sesuatu yang membuatnya gelisah. Vanya, dengan sembrono, telah mengambil motor Ducati kesayangan Kael untuk pergi bekerja.

Motor yang tidak hanya berharga secara finansial tetapi juga memiliki nilai sentimental karena setiap lekuk dan suaranya mengingatkan Kael pada hari-hari kejayaannya di arena balap.

Sambil mengusap dagunya yang mulai tumbuh jambang, Kael merenung. "Kenapa kamu nakal sekali, Vanya?" gumamnya pelan.

Rasa cemas mulai menyelimuti hatinya, mengingat banyaknya lawan-lawan balap yang dulu bersaing dengan Kael dan kini mungkin masih menyimpan dendam.

Motor Ducati itu bukan sekedar motor, tapi simbol dari kemenangan dan kekalahan bagi banyak orang.

Kael segera mengambil ponselnya dan menekan beberapa tombol. "Awasi dan jaga kekasihku, jangan sampai lengah!" perintahnya tegas pada anak buahnya melalui sambungan telepon.

Dia tahu, jika ada yang terjadi pada Vanya, dia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.

Jam kerja di kantor seakan berjalan sangat lambat bagi Kael. Setiap detik terasa seperti menit, setiap menit terasa seperti jam.

Pikirannya terus menerawang, membayangkan segala kemungkinan yang bisa terjadi pada Vanya. Namun, di balik kekhawatirannya, ada secercah rasa marah karena ulah Vanya yang terlalu berani mengambil risiko tanpa memikirkan konsekuensi.

Akhirnya, matahari mulai tenggelam, dan Kael pun menyelesaikan tugas-tugasnya di kantor. Dia bergegas menuju parkiran, menaiki mobilnya, dan segera meluncur pulang.

Sepanjang perjalanan, Kael memikirkan kata-kata yang akan ia ucapkan pada Vanya. "Lihat saja kalau pulang nanti terima hukumanmu," bisiknya pada diri sendiri sambil tersenyum sinis.

Di dalam hatinya, Kael sudah menyiapkan 'hukuman' yang akan membuat Vanya berpikir dua kali sebelum berbuat nakal lagi.

Sesampainya di rumah, Kael menemukan Vanya sudah ada di sana, motor Ducati terparkir rapi di garasi.

Vanya tampak cemas, matanya berkaca-kaca menatap Kael yang baru saja masuk. Kael menatap Vanya dengan tatapan yang sulit ditebak, perpaduan antara kelegaan karena kekasihnya selamat dan kekesalan karena perilakunya.

Kael mendekati Vanya, tangannya mengangkat dagu Vanya agar matanya menatap langsung ke mata Kael.

"Dengar aku, kamu tau betapa berharga kamu. Kalau sampai kamu kenapa-kenapa gimana? Seandainya banyak musuh aku yang tau itu motor punyaku gimana? Aku gak mau kamu jadi sasaran empuk mereka," ujar Kael, suaranya rendah namun mengandung kekuatan.

Vanya menundukkan kepalanya, air Matanya mulai jatuh. "Ya maaf aku gak tau, aku tau aku salah. Besok-besok gak pake motor itu lagi. Maafin aku ya jangan marah," kata Vanya dengan suara bergetar.

Mendengar penjelasan itu, Kael merasa perasaannya bercampur aduk. Di satu sisi, ia tersentuh oleh niat baik Vanya, namun di sisi lain, ia tetap tidak bisa mengabaikan tindakan ceroboh yang bisa membahayakan Vanya.

Kael memeluk Vanya dengan erat, mencoba meredakan ketakutan dan kekecewaannya. "Kedepannya, bicarakan dulu. Bukannya kamu gak boleh memakainya tapi keamanan kamu lebih penting dari apapun," ujar Kael dengan suara lembut.

Tentu Vanya langsung mengusap air matanya, hari ini ia selamat entah kalau nanti. "Aku gak tau kalau itu bahaya, tapi tadi di jalan gak ada yang aneh-aneh kok. Aku aman-aman aja," jawab Vanya sambil menangis sesenggukan.

"Ya karna ada yang jaga kamu, jadinya kamu aman. Coba kalau enggak. Vanya, dengarkan aku sekali lagi. Hidupku penuh bahaya, kamu harus tau kalau setiap langkah salah yang kamu ambil bisa aja jadi boomerang ke depannya. Kamu paham sampai sini?" ujar Kael panjang lebar.

Vanya menganggukkan kepalanya. "Terus besok aku pakai motor apa? Motorku yang dulu kemana?" tanya Vanya.

"Pakai motor Ducati satunya, jangan yang kamu pakai tadi, itu terlalu bahaya," jawab Kael sambil mengecup kening Vanya berkali-kali.

"Ishh jangan cium-cium, aku belum mandi," ujar Vanya.

"Oh berarti nanti boleh dong kalau udah mandi. Dah sekarang ayo kita mandi bersama..." celetuk Kael sambil menggendong Vanya seperti karung beras.

"AARGHH TURUNIN AKU GAK MAU! HUAAA JANGAN ANEH-ANEH, AKU MUAL MAU MUNTAH UHUK... UHUK...!" teriak Vanya dengan suara kerasnya.

PLAK!

"KAEL GILA, GAK ADA OTAK! TANGANMU NAKAL BANGET SIH....!!" teriak Vanya dengan suara kerasnya.

Sedangkan di luar mansion mewah milik Kael, ada seorang laki-laki yang berdiri dengan kedua tangan terkepal erat.

"Vanya, itu bukan kamu kan? Kamu gak mungkin bertingkah murahan seperti itu kan? Ini mansion siapa, Van? Kenapa kamu pulangnya ke sini?" ujar Raka dengan raut wajah tak percayanya.

Dengan cepat Raka langsung memfoto bagian depan mansion itu untuk dia cari tahu nanti.

"Sumpah demi apapun aku gak terima ini, Vanya. Kamu milikku. Sampai kapan pun kamu akan tetap jadi milikku. Tak akan ku biarkan laki-laki lain memilikimu," ujar Raka panjang lebar sambil tersenyum miring.

Dengan cepat Raka langsung pergi dari sana, kebut-kebutan di jalan karena hatinya sakit melihat Vanya di gendong seperti itu oleh lelaki lain yang tak ia kenal.

"Vanya MILIKKU! APAPUN YANG UDAH JADI MILIKKU TAK AKAN PERNAH BISA DIMILIKI ORANG LAIN LAGI...!!" teriaknya dengan keras di antara banyaknya kendaraan yang lalu lalang.

Malam itu udara terasa lebih dingin dari biasanya, angin berhembus kencang seolah turut merasakan kekacauan di hati Calista.

Dengan mata yang sembab, ia mengikuti Raka yang terus menyetir motor sportnya tanpa arah yang jelas. Jalan-jalan kota yang biasanya ramai kini terasa sepi, hanya suara mesin motor dan deru angin yang menemani kesedihan mereka.

"Kenapa Vanya terus sih yang ada di otak lo, Yo? Gue cinta sama lo, sialan!" teriak Calista dengan suara yang parau.

Emosinya bercampur aduk, antara marah dan sakit hati. Motor Raka terus melaju, menembus dinginnya malam yang semakin menusuk ke tulang.

Sumpah sakitnya sampai ke ulu hati. Calista merasa hatinya tercabik-cabik, ia tak percaya bahwa Vanya, sahabatnya sendiri, ternyata memiliki rahasia besar yang tak pernah dibagi.

"Van, lo pulang ke mansion siapa itu? Bahkan lo rahasiain mansion itu tanpa ngasih tau gue," ujarnya dengan nada kesal yang mendalam.

Calista dan Raka terus melaju, lampu-lampu jalanan seakan menari mengikuti irama kecewa yang kini menguasai hati Calista.

Ia menatap punggung Raka yang tegap, mencoba mencari kekuatan dari pria yang ia cintai, namun kini semuanya terasa begitu rumit.

"Jangan sampai persahabatan kita hancur gara-gara lo bohong sama gue, Van," ucap Calista dengan nada marah yang terasa hampir putus asa.

Ia merasa persahabatan yang selama ini terjalin erat kini di ujung tanduk, hanya karena satu kebohongan yang tak terduga.

Tiba-tiba, Raka mengurangi kecepatan motornya dan berhenti di tepi jalan yang sepi. Ia menoleh ke Calista, matanya tampak lelah namun ada keseriusan yang terpancar dari dalamnya.

"Gue cinta sama Raka, Vanya, sorry ya," kata Calista di dalam hati kecilnya, mengakui perasaannya yang selama ini terpendam.

Di tepi jalan yang sepi, hanya terdengar suara desir angin dan sesekali suara kendaraan yang lewat.

Raka murka, membiarkan semua emosi yang terpendam tercurah tanpa batas.

Mereka berdua, dalam kesendirian yang pekat, mencoba merajut kembali kepingan-kepingan hati yang hampir hancur karena rahasia dan kebohongan.

"LO NGAPAIN NGIKUTIN GUE, SIALAN....!"

1
Coffe. maniss
aku kasih penilaian nih biar authornya notic😭

KK, percepat dong semua masalah atau musuh apalah itu yang buat arghhhh itu nggak bahagia keluarga Vania dan KL pengen banget nengok orang itu bahagia tanpa beban tapi ya walaupun cuma bisa baca aja aku nengoknya hihi 😭😭
Coffe. maniss
ni cowok Mandang fisik banget ya!!!
Coffe. maniss
Dihh ngaju" si Reke
Coffe. maniss
sumpah yaa.... jadi cewek sebadassss ini si vanyaaa😭😭
Coffe. maniss
menyala Vanya...
sumpah suka banget sama karakter Vanyany. cewek badassss abisss🔥🔥🔥
Coffe. maniss
Issss geram nya aku Ama nek lampir satu iniiii,
Coffe. maniss
mantap Vanya🔥🔥🔥
Styyyy.gen z
suka dn bgus jg... alur ceritanya y gk aneh" dn nggak menye"... tpi knpa bnyk bgt tokoh pria tampannya yh jdi ny kn Vanya bingung mau pilih yang mana ya wlpun ttp bara pemenangnya...😭☝🏼
Styyyy.gen z
Jujur ceritanya keren, nggak ngebosenin... tingkah vanya yang bar" sama bara yang posesif bacanya sambil senyum-senyum sendiri wkwk...u
Styyyy.gen z
oke bagus menarik alur ceritanya di setiap ceritanya juga sangat menghayati sampai saya 24 jam tidak mau berhenti membacanya kata-katanya pun tidak terlalu bagus sehingga mudah dimengerti
Styyyy.gen z
Cihuy bener gak usah di anggap deh orang begitu☝🏼
Styyyy.gen z
Woi😭😭😭😭🫵🏼
Styyyy.gen z
Tajem banget mulutnya... gilakkk
Leeeelyyy
Pelajaran banget ni guys, Real banget menurut aku, kalo sebagai cewek terlalu mur*h tu kadang emang atau malah gak di lirik/gak memikat.... tapi kalo cewek punya prinsip kaya Vanya ini yang "gak ya gak", justru laki-laki malah lebih tertarik atau tertantang buat deketin... jadi cewek" di luar sana kalian harus punya value ya, biar kalian punya daya tarik tersendiri 🙂‍↕️🍓
Leeeelyyy
Pelajaran banget ni guys, Real banget menurut aku, kalo sebagai cewek terlalu mur*h tu kadang emang atau malah gak di lirik/gak memikat.... tapi kalo cewek punya prinsip kaya Vanya ini yang "gak ya gak", justru laki-laki malah lebih tertarik atau tertantang buat deketin... jadi cewek" di luar sana kalian harus punya value ya, biar kalian punya daya tarik tersendiri 🙂‍↕️
Arin
🤣🤣🤣🤣🤣
Syriii.kzza
Behh emang yang begini harus di kasih tahu siapa yang berkuasa!!!!
Syriii.kzza
apa karna ini juga ya si Kael itu jomblo Mulu, karna kalo ada yang Deket sama dia musuhnya auto di mana-mana
Syriii.kzza
ini kayaknya si Kael punya masa lalu yang kelam deh? apa cuma aku yang mikir gitu???
Syriii.kzza
Thorr, thanks udah ngasih judul begitu, ini langsung ku skip kok😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!