Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.
Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.
Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.
Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28~Dana bersepakat dengan Aldo
Keesokan hari Dana kembali bekerja, seperti biasa sebelum bekerja, Dana berada di ruangan Fawn untuk mengingatkan Fawn pekerjaan hari ini.
Namun Dana mengerutkan keningnya kala melihat Fawn yang memijit keningnya seperti seseorang yang sedang merasakan pening, entah memikirkan apa, Dana pun tidak mengetahuinya.
"Kenapa Fawn?" tanya Dana sok peduli.
"Ayah ku Dana, dia meminta aku untuk mengejar target untuk bulan ini, sedangkan aku bisa apa?" jujur Fawn frustasi.
Dana tersenyum, ini kesempatan emas buatnya. "Tenang aku bantu sebisanya," jawab Dana penuh rasa percaya diri.
"Serius? sedangkan kamu karyawan baru? apa kamu memang bisa?" tanya Fawn ragu.
"Kalau aku tidak bisa mungkin yang pertama itu gagal," ucap Dana meyakinkan.
Fawn mulai berpikir, ada benarnya ucapan Dana, dan dia perlu mempertimbangkan ucapan Dana, mungkin benar menurut HRD adanya pria ini bisa membantuku dalam masalah ini.
Meski Fawn belum percaya sepenuhnya tapi satu hal dalam pertemuan dengan klien kemarin adalah hal yang patut dia pertimbangkan.
Meski baru satu Fawn harus melihat kelanjutannya, ragu pasti ada, karena pengalaman Dana begitu kurang, tapi pada siapa lagi Fawn harus percaya.
Sedangkan Aldo dia selalu menghindari dia sedari dulu, entah ada apa, Fawn pun tidak paham.
Jadi hanya Dana tumpuan dia satu-satunya saat ini, semoga dengan bersama dalam melobi klien, bisa membuat mereka semakin dekat hingga rasa cinta mereka bisa tumbuh. Itulah yang di harapkan Fawn.
Sedangkan Dana hanya tersenyum merasakan kemenangan yang jelas paham ke mana tujuannya.
"Bagaimana? mau mencoba ke klien berikutnya bersamaku?" tanya Dana.
"Boleh," sahut Fawn patut mencoba.
"Baik kapan?" tanya Dana padahal dia sudah membuat schedule.
"Coba lihat jadwalnya," pinta Fawn dan Dana pun memberikan jadwalnya nya untuk di lihat Fawn beserta berkas laporannya.
"Oh iya Fawn, maaf kenapa kamu harus bingung? padahal kamu kan bisa mengajak kakakmu untuk bekerjasama dalam mencapai target ini?" tanya Dana.
"Hah dia ..., dia selalu menjauhiku, entah kenapa? padahal dia itu kakakku," sahut Fawn tidak paham.
"Tapi orang-orang mengatakan kalian kembar?" tanya Dana.
"Haha, iya kembar beda Ibu juga Bapak, dan dia lebih awal lahir beda beberapa bulan dariku, jelas berbeda, kalian saja yang tertipu," tawa renyah dari Fawn yang cukup menggelegar.
"Kamu lihat bagaimana sekarang dia bekerja? bukan CEO? tapi hanya sebatas marketing," jawab Fawn santai.
Dana tidak mengomentari apapun, dia tersenyum simpul, Begitu mudah mengendalikan Fawn apalagi merayu atau memberikan pertanyaan untuk mengetahui sesuatu hingga akhirnya Fawn bisa berkata jujur.
Sekarang dia paham kenapa Aldo mengajaknya bekerjasama, pantas saja Fernando pilih kasih jelas mereka bukan adik kakak.
Dana akhirnya bisa mengambil keputusan tepat hanya karena satu ucapan jujur Fawn.
*****
Beberapa jam kemudian, setelah bertemu klien, Dana bertemu dengan Aldo, mereka bersantai di sebuah kantin, dengan mengisi perut mereka.
Mereka mengobrol santai, bak seorang teman lama yang sudah lama tidak berjumpa, lalu di sela obrolan itu mereka bertukar nomor telepon.
Dan mereka menggunakan bahasa isyarat untuk bekerjasama untuk menjatuhkan Fernando.
"Aku minta siapa saja anak buah Fernando," pinta Dana dengan berbisik.
"Ok tenang saja, gue pastikan kamu akan mendapatkan foto mereka semua," jawab Aldo mengacungkan jempolnya.
Di sisi lain ada yang memperlihatkan mereka, namun tidak dapat mendengar apapun dari pembicaraan mereka. Bahkan obrolan yang terdengar samar pun tidak tahu maksudnya.
Seakan kedua pria itu hanya sedang berbicara ngasal dan hanya bercanda. Ya dia adalah anak buah Fernando.
Dan telah di ketahui oleh Aldo dengan dari postur tubuh berupa gaya menunjukkan ada seseorang yang sedang menguntit mereka.
Dana melirik ke arah yang di tujukan Aldo, dengan cara memicingkan matanya.
Dan ternyata benar saja pria bertubuh besar dengan tato besar itu sedang mengarah ke arah dirinya.
Dana tersenyum kali ini bertambah 3 orang yang mematai mereka, namun untuk sekarang Dana tidak mengetahui apakah orang ini mematai Dana ataukah hanya Aldo?
Lantas kenapa Aldo harus di mata-matai, padahal Aldo juga keluarganya, maksudnya bukan orang jahat meski berniat jelas tidak baik untuk Fernando.
Tapi mana mungkinkan Fernando tahu niatan Aldo untuk menurunkan derajat dirinya? ataukah Fernando ingin tahu apa saja yang di kerjakan oleh Aldo untuk perusahaan ini?, hanya Fernando dan Aldo yang mengetahui itu semua.
Dana melihat jam yang tengah melingkar di lengannya, dia berpamitan terlebih dahulu, mereka akan melanjutkan pembicaraannya itu lain waktu, karena tempat ini sudah mulai tidak kondusif.
Namun sebelum beranjak, Aldo mengingatkan ada yang menguntit Dana, dan itu mata-mata berasal dari Fawn, karena Fawn menyukai Dana, Dana di suruh berhati-hati karena pastinya Dana akan terus di awasi.
Dana tentu tahu hal itu, Dana cerdas. namun soal di kantin ini Dana merasa lebih berkeyakinan kemungkinan besar Aldolah yang sedang di kuntit, kenapa? memang apa yang Fernando curigai? itu hal yang membuat Dana penasaran.
Dana kembali ke ruangannya namun tak lama dia di panggil ke ruangan Fawn. Dana pun menuju ruangan Fawn berada.
Ketika memasuki ruangan Fawn, Dana melihat Fawn berada di sofa, dengan kertas berada di hadapannya.
Dana menghampiri Fawn namun memilih duduk di kursi lain. Saat Dana hendak duduk Fawn menghentikannya, dan menyuruh Dana duduk disampingnya.
Dana mengerutkan keningnya, kenapa Dana harus harus berpindah ke dekatnya padahal di sini dia pun bisa membantu Fawn mengecek berkas-berkas ini.
Dana tidak ingin menentang Fawn dengan sebuah pertanyaan, karena tahu jika sekali menentang Fawn maka rencana bisa gagal.
Akhirnya Dana mengalah dan duduk di samping Fawn. Tapi siapa sangka setelah Dana duduk Fawn malah merebahkan kepalanya di atas paha Dana.
Jelas membuat Dana terkesiap, karena kaget akan sikap Fawn ini. Entah apa yang terjadi, Fawn merasa seperti butuh sandaran, dan butuh menenangkan hati.
Dana tidak banyak bertanya, karena setiap apa yang di lakukan Fawn akan Dana dukung sebagai bentuk kepedulian dan perhatian Dana, agar dengan mudah Dana memasuki rumah itu.
Maka oleh sebab itu, Dana pun akhirnya mengulurkan tangannya untuk menyentuh kepala Fawn, mengusap perlahan seakan menyalurkan kasih sayang Dana kepada Fawn.
Cara ini Dana berharap Fawn akan merasa semakin dekat dengan dirinya, sebagai rencana awalnya.
Bagai Tuhan telah meridhoi dirinya akan rencana ini, Apa yang Dana inginkan Tuhan begitu memudahkan jalannya melalui Fawn juga Aldo.
Dan Dana jelas akan memanfaatkan semua ini agar semakin lancar dalam bertindak.
Dana persis seorang kekasih Fawn yang sedang menenangkan Fawn dengan mengusap kepala Fawn.
Fawn begitu menikmati momen ini, entah kenapa ada kenyamanan tersendiri, Fawn tiba-tiba merasa tenang.
"Apakah ini aman Fawn? apakah Ayahmu tidak akan memasuki ruangan ini secara tiba-tiba?, aku takut Fawn jika Ayahmu tahu aku akan di pecat," kilah Dana berpura-pura.
"Biarkan saja Dana, aku merasa nyaman berada di pangkuanmu, jangan tinggalkan aku Dana, aku nyaman dan tenang berada di dekatmu,"ucap Fawn.
"Mau ke mana aku Fawn, aku tidak memiliki pekerjaan lain, di sini aku siap menemanimu apapun itu," jawab Dana pasti.
Membuat Fawn bangun dari rebahannya di paha Dana, dan ....
Bersambung ...