Wan Yurui terbangun kembali saat usianya masih belia. Ingatan di dua kehidupan itu melekat kuat tidak bisa di hilangkan. Satu kehidupan telah mengajarinya banyak hal. Cinta, benci, kehancuran, kehilangan, penghianatan dan luka.
Di kehidupan sebelumnya dia selalu diam di saat takdir menyeretnya dalam kehampaan. Dan sekarang akankah semua berbeda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siasat dalam perang
Pasukan Liangyu berangkat di sore hari setelah persiapan telah selesai.
Di dalam kereta kuda Wan Yurui juga sudah duduk tenang bersama pelayannya dan keretanya di kendalikan pengawal pribadinya. Meskipun dia telah keluar dari kota perbatasan namun tetap memantau setiap pergerakan dari dua pasukan besar. Dia tentu tidak ingin ada informasi yang terlewatkan sehingga membuat kekacauan.
Di perbatasan kedua Kekaisaran di bagian selatan. Dua pasukan besar saling bertemu. Di kedua sisi pasukan terus menyuarakan perang dan tabungan genderang terus di bunyikan.
"Lakukan. Hanya ini yang bisa menutup mata dunia agar dua penguasa itu merasakan kepuasan." Panglima Wan Ding dengan zirah yang telah melekat kuat di tubuhnya menatap jalur perbatasan. "Tutup rapat semua informasi saat perang berlangsung. Dan pastikan setiap laporan yang keluar dari perbatasan selatan mengabarkan jumlah para korban."
"Baik." Ujar serentak semua Jenderal yang ada di bawah kendalinya.
Di sisi lain Perdana menteri pertahanan Zhi Dao juga tengah menyusun siasat agar perang yang akan di langsungkan bisa berjalan seperti keinginannya.
Hari itu perang berlangsung sangat menegangkan. Semua pasukan berseru tanpa henti membuat getaran mematikan di kedua sisi. Perang terus berlanjut hingga lima hari bahkan berita kematian prajurit di medan perang terus di suarakan. Lumbung-lumbung padi terbakar habis, masyarakat berhamburan tak tentu arah mencoba mencari tempat berlindung yang lebih aman.
Dua kekuatan besar di dua kekaisaran itu seperti dua Raja hutan yang tengah bertarung mati-matian. Tidak ingin menyerah sebelum salah satunya terbunuh.
Semua berita menyebar luas memperkirakan ratusan ribu pasukan di kedua kubu telah berjatuhan tanpa henti.
Di salah satu penginapan, suara langkah kaki cepat terdengar dari luar bergegas masuk kedalam sebuah penginapan di pinggiran kota. Pengawal Qin Feng terlihat tergesa-gesa membawa sebuah surat yang ia selipkan pada saku bajunya. "Nona muda."
Pelayan Ayun membuka pintu kamar penginapan.
Pengawal Qin Feng masuk sedangkan Pelayan Ayun yang bergantian menjaga di depan pintu memantau situasi. "Surat dari Perdana menteri Zhi Dao."
Wan Yurui bangkit dari tempat duduknya. Dia membuka surat itu.
..."Semua berjalan seperti yang anda inginkan."...
Tulisan dalam surat itu membuat Wan Yurui menghela nafas lega. Dia berjalan menuju meja yang ada di tengah ruangan kamar penginapan. Lalu menempatkan kertas kecil di tangannya di atas nyala lilin. Kertas terbakar dengan cepat hanya menyisakan abu kecil yang langsung berhamburan di udara.
Di salah satu ruangan lain di penginapan Yu Xiao juga telah mendapatkan kabar dari perang yang telah berlangsung selama satu minggu.
Pengawal Hui An memberikan surat rahasia. "Panglima, Perdana menteri Zhi Dao telah memenangkan perang dengan mengorbankan dua puluh ribu nyawa prajurit di garda depan. Sedangkan Panglima Wan Ding harus menerima kekalahan telak. Dia telah kehilangan dua ratus ribu prajurit utama dalam pertempuran."
Kerutan kening terlihat di wajah Yu Xiao.
"Apa panglima merasa ada kejanggalan dalam perang ini?"
"Aku juga tidak bisa memastikannya. Perdana menteri Zhi Dao menutup rapat informasi. Bahkan aku sendiri tidak bisa mendapatkan kabar apapun saat perang di langsungkan." Yu Xiao mengaitkan kedua tangannya di punggung.
"Anda ingin mencari informasi lebih mendetail saat perang di langsungkan?"
"Tidak perlu. Perang telah berakhir. Kemenangan juga telah di miliki. Saat ini kita hanya perlu berfokus pada satu hal. Mencari dalang di balik kekacauan yang terjadi lima tahun silam." Kedua mata itu seperti elang yang tengah mencari mangsanya. Tajam dan jernih. "Percepat pergerakan. Aku tidak ingin waktu terbuang lebih banyak lagi," ujar Yu Xiao.
"Panglima, Nona Wan masih demam. Jika kita melakukan perjalanan hari ini juga. Mungkin tubuhnya tidak akan tahan. Bagaimana pun juga dia seorang gadis muda yang lemah." Pengawal Hui An berusaha memberikan masukan.
Yu Xiao hanya bisa menghela nafas dalam. "Baiklah. Kita berangkat sampai keadaannya membaik."
"Baik." Pengawal Hui An keluar dari ruangan kamar.
Yu Xiao juga ikut keluar dari kamar menuju kelantai bawah penginapan. Karena keadaan dari Wan Yurui. Dia harus mencarikan penginapan agar wanita muda itu bisa beristirahat lebih baik lagi. Saat tengah duduk tenang di salah satu kursi. Dia melihat Wan Yurui perlahan turun di bantu pelayannya. Keadaannya juga sudah terlihat jauh lebih baik. Hanya wajah pucatnya yang masih terlihat kuat.
"Panglima," ujar Wan Yurui sembari memberikan hormatnya.
Yu Xiao hanya mengangguk memberikan tanggapan. Teh hangat di tuangkan perlahan pada cangkir kosong di meja.
"Teri..." Belum sempat Wan Yurui menyelesaikan kata-katanya. Dia langsung menekan suaranya. Dia berpikir teh itu akan di berikan kepadanya. Namun anggapan itu masih saja salah. Teh yang di tuangkan pria itu kedalam cangkir ia minum sendiri. Hanya teko yang di geser lebih dekat kearah Wan Yurui.
Pelayan Ayun dengan sigap mengambil teko menuangkan teh kedalam cangkir yang masih kosong dan bersih. Setelah penuh dia meletakkan cangkir di depan Nona mudanya.
"Terima kasih panglima sudah memahami keadaan saya. Sehingga harus menunda keberangkatan. Saat ini tubuh saya sudah jauh lebih baik. Saya bisa mengikuti pengaturan dari Panglima," ujar Wan Yurui dengan formal.
Seringaian melintas di bibir samping Yu Xiao. Dia meletakkan cangkir di meja, "Malam ini kita akan berangkat."
Wan Yurui menatap kearah Yu Xiao. "Baik."
Pria itu bangkit pergi keluar dari penginapan.
Seperti yang di katakan Yu Xiao. Malam itu pasukan Liangyu melakukan pengemasan dan kembali melanjutkan perjalanan.
Di dalam kereta yang melaju Wan Yurui merenggangkan tubuhnya beberapa kali. "Berpura-pura menjadi orang sakit benar-benar sangat melelahkan."
Pelayan Ayun tertawa ringan.
Wanita itu menyandarkan tubuhnya pada pembatas kereta di bagian dalam. "Kekalahan pasukan Qiang akan membuat gejolak di pemerintahan. Tapi juga akan menempatkan ayah di posisi teraman untuk saat ini. Meksipun banyak mata memantaunya dari kejauhan. Namun mereka tidak akan mengawasi terlalu jauh lagi. Karena bagi mereka pasukan yang telah jatuh tidak akan mungkin memiliki tempat untuk bangkit lagi."
"Meskipun pengaturan Nona muda terdengar sangat beresiko. Tapi bagi kedua belah pihak entah itu Panglima Wan ataupun Perdana menteri Zhi Dao. Mereka sama-sama mendapatkan keuntungan dari pertempuran ini. Tidak ada korban jiwa hanya berita palsu yang tersebar tanpa bisa di kendalikan lagi." Pelayan Wan mengupaskan buah delima kesukaan Wan Yurui.
Kedua tangan di silangkan di dada dengan santai Wan Yurui berkata. "Untung saja semua bisa berjalan sesuai rencana."
"Nona muda." Pelayan Ayun memberikan mangkuk yang telah di isi dengan butiran delima.
Wan Yurui mengambilnya. Dia memakan satu demi satu butiran kecil delima yang terlihat seperti serpihan kristal berwarna merah muda.
pergi jauh jauh.....
jangan menempel sama mereka berdua.....