Seorang mafia ayam 🐓
Renardo adalah seorang pria yang baru saja bekerja di perusahaan mafia yang aneh. sistemnya menggunakan ayam, jadi setiap pekerja punya rekan kerja ayam masing-masing untuk menjalankan tugas.
ayam-ayam bisa dilatih dan dilengkapi senjata. Para ayam juga bisa memakan obat tertentu untuk mendapat kekuatan.
Renardo yang saat itu hanya disuruh membawa ayam tanpa informasi tambahan membawa ayam jagonya yang berasal dari perternakan biasa bernama Kibo.
Akankah Renardo dan Kibo melakukan pekerjaan mereka dengan baik?
🥚 Peringatan Organisasi Ayam: Segala perdagangan obat-obatan ayam, undian ayam, atau pemerasan peternak dalam cerita ini hanya terjadi di dunia fiksi. Jika Anda mencoba di dunia nyata, Anda bukan mafia ayam… Anda hanya mencari masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemilik Sang Ayam Biru
"acara hari ini berakhir. Dengan kode A1 dimenangkan oleh Gelf. Kode B1 yang dimenangkan oleh Vex. Kode C1 yang dimenangkan oleh Fres. Dan kode D1 dimenangkan oleh Zaz." pembawa acara memberitahu pemenang setiap kode pertandingan, lalu ia naik ke atas arena.
"masih banyak pertandingan lain yang menanti dari kode E, F, G, dan H. Dan itu akan mulai dua hari lagi setelah makan siang." kabar pembawa acara yang berdiri di tengah arena.
Setelah itu penonton mulai bubar. Aku dan teman-temanku bangkit dari kursi masing-masing.
Tanganku masih mengangkat Kibo agar dia tidak tertinggal di keramaian seperti ini.
Suasana sesak terlihat di keempat pintu keluar stadion. Aku dan teman-temanku memilih menunggu agar bisa lebih leluasa keluarnya.
Tapi Lola sudah lari duluan, ikut di kerumunan yang keluar dari pintu. Dia terlihat semangat hendak melidah sesuatu.
"kenapa dia buru-buru?" Tanyaku ke Bruno.
"palingan dia mau cepat-cepat liat hasil dari arena duel lain dari kelompok nomor 2. Biasanya ditampilkan di dinding luarnya." jawab Bruno.
"oh..." aku mengangguk paham.
Lalu kami semua mulai keluar saat kerumunan yang menumpuk di pintu sudah mulai sedikit.
Saat diluar aku memeriksa ponselku. Sekilas tadi sepertinya aku mendengar notifikasi tugas. Tapi kuabaikan dulu karena kasih fokus menonton pertandingan.
Saat aku menyalakan ponselku, benar saja itu notifikasi tugas.
"pergilah ke ruangan [C] - 08." begitulah isi tigas itu.
Kode [C]? Sepertinya aku belum pernah ke ruangan dengan kode itu. Jadi aku mencoba mencari informasinya di peta ponselku.
Setelah di cek, ternyata itu ruangan untuk melihat kelangkaan ayam. Disana juga ada informasi tentang sejenis itu.
Sekarang jam setengah dua. Berarti aku menonton pertandingan tadi dua jam lebih.
Aku melihat sekitarku. Teman-temanku tadi sudah bubar, ke kegiatan masing-masing. Karena kami juga belum punya ide mau melakukan kegitan apa lagi.
Aku melihat Kibo yang ada di dekat kakiku, tersenyum. Setidaknya aku masih punya teman keliling.
"ayo Kibo." kataku sambil mulai jalan.
Kibo langsung mengikutiku. Di layar peta ponselku aku sudah menandai ruangannya. Ada garis merah yang mengarahkanku di petanya.
Jalannya lumayan jauh. Tapi aku tidak masalah, lagipula aku sedang punya waktu luang.
Langkah kaki para pekerja lain lalu lalang di sekitarku dan Kibo. Mereka juga membawa ayam masing-masing.
Sampai ditengah perjalanan. Langkahku terhenti di dalam sebuah ruangan pelatihan ayam lanjutan 1.
Pandanganku menoleh ke sesuatu menarik yang ada di ruangan itu. Kibo juga tertarik untuk melirik hal itu.
Lihatlah! Itu Lyz, si ayam biru yang tadinya bertanding. Dia sedang berlatih bersama pelatihnya.
Ada beberapa orang lain juga bersamanya, sepertinya itu teman pelatihnya.
Pelatih atau pemiliknya itu tetap fokus melatih Lyz. Walau ada teman-temannya disekitar dan tadi sempat kalah pertandingan.
Lyz juga terlihat serius berlatih. Tubuh berbulu biru tuanya itu sedang naik ke atas sebuah tiang parkur kecil khusus ayam.
Aku dan Kibo juga memutuskan disini sebentar. Karena ini momen langka, pas sekali aku baru selesai melihat pertandingannya.
Dari sini aku bisa melihat lebih jelas. Bahwa pria yang melatih Lyz juga punya aksen biru muda di rambutnya. Itu terlihat serasi dan keren dengan Lyz.
Sampai akhirnya satu menit kemudian hanya berdiri. Aku memutuskan melanjutkan perjalanan bersama Kibo.
Kami melangkah ke pintu untuk pergi ke ruangan selanjutnya.
"Hei!" suara itu lebih dulu terdengar.
Aku dan Kibo langsung menoleh. Pelatih Lyz memanggil seseorang.
Aku menoleh kesekitarku. Tidak ada orang atau ayam lain lagi yang berada di dekatku selain Kibo.
"ya kamu." pelatih Lyz ternyata menunjukku.
Aku akhirnya mengangguk, berjalan dengan kaku mendekatinya. Kibo juga ikut, dia masih lancar berjalannya karena dia tidak mengenal gugup.
Sampai aku berada di dekat pria itu dan teman-temannya. Lyz juga turun dari arena parkur ayam yang dinaikinya, memilih melihat Kibo.
"sepertinya kamu tertarik dengan pelatihan Lyz ya? Apakah kamu tadi melihat pertandingannya?" tanya pelatih Lyz dengan antusias.
Aku mengangguk pelan sebagai jawaban.
"hebat! Mau coba melihat pelatihan Lyz di alat lain lagi? Tidak apa-apa, aku mengizinkan." kata pelatihnya.
Kepalaku mengangkat. "serius?" begitulah arti dari ekspresiku.
"iya, tenang saja." jawab pelatih Lyz, mulai berjalan ke bagian lain ruangan. Lyz mengikutinya.
Aku dna Kibo akhirnya mengikuti orang-orang itu. Begitu juga dengan teman-temannya.
Kali ini kami menuju ke sebuah pelatihan ayam yang ada semacam bantal guling hitam dengan tiang yang menyambungnya ke lantai.
Jelas itu bukan guling untuk dipeluk. Karena itu lebih mirip seperti target tinju untuk manusia.
"Lyz, maju." pelatihnya berkata.
Lyz langsung maju ke target pukulan itu. Ayam tidak bisa memukul, jadi disini Lyz mematuk-matuk targetnya.
Busa dari targetnya itu sobek di beberapa bagian. Aku tidak menyangka patukan Lyz sampai sekuat ini.
"ngomong-ngomong perkenalkan namaku Blion." pelatih Lyz berkata, tangannya terulur.
"Namaku Renardo." jawabku, menjabat tangan Blion yang terulur.
Setelah selesai menjabat tangan, aku kembali memperhatikan Lyz. Sepertinya tiang targetnya itu juga bergetar halus saat dipatuk.
Gerakan Lyz cepat dan kuat. Kukira dengan bulu yang kaku itu akan memberatkan Lyz bergerak, rupanya gerakannya tetap lincah.
Sesekali Lyz juga mengepakkan sayapnya. Jadi yang terpatuk pada target itu tidak hanya bagian bawahnya.
Kibo mulai ikut mendekat. Tampaknya juga tertarik dan kagum dengan kemampuan Lyz.
"Kibo..." aku hendak menegur Kibo.
Tapi terlambat, Kibo yang tertarik langsung maju. Kibo mematuk-matuk target itu, yang hanya menimbulkan kusut pada busa targetnya.
Untungnya Lyz tidak masalah. Jadi Kibo lanjut mematuk-matuk target itu. Kibo belum sepandai Lyz, jadi Kibo hanya bisa mematuk bagian bawahnya.
"oh ya, kamu anggota baru ya dimafia ayam? Karena kulihat sepertinya di pakaianmu tidak ada simbol H." tanya salah satu teman Blion.
Aku mengangguk. "ya, aku baru beberapa hari disini." jawabku karena aku mulai akrab dengan mereka, jawabanku tidak terlalu gugup lagi.
"apakah kamu sudah dapat pelatih ujiannya Renardo?" tanya Blion.
Aku mengangguk. Grek sudah melatihku bersama dengan teman-temanku.
"oh... Begitu..." jawab Blion sambil mengangguk paham.
Aku melirik ponselku. Sepertinya tugasku tidak bisa kutunda, kalau kelamaan aku takutnya menumpuk.
Jadi aku memanggil Kibo agar dia mendekat.
"kami pergi dulu ya, soalnya dapat tugas." kataku, lalu setelah itu mulai berjalan bersama Kibo.
"tunggu, boleh aku tau itu tugas apa?" tanya Blion.
"itu tugas ke ruangan [C] - 08. Karena aju belum pernah ke ruangan kode itu." jawabku.
"boleh aku ikut? Sepertinya aku bisa sedikit mengajarimu disana." balas Blion.
Aku tersenyum lalu mengangguk.
"oke." kata Blion membalas anggukanku.