Di jantung hutan misterius, terdapat sebuah kuil kuno yang tersembunyi dan dirahasiakan dari dunia luar. Konon katanya, Kuil tersebut menyimpan sebuah kekuatan dahsyat yang bisa menggemparkan dunia.
Sampai saat ini banyak yang mencari keberadaan kuil kuno tersebut, namun sedikit orang yang bisa menemukannya.
Akan tetapi, tak ada satupun yang berhasil kembali hidup-hidup setelah memasuki kuil kuno itu.
Sebenarnya, kisah apa yang tersimpan di dalam kuil kuno tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lien Machan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Bab 28~Pertarungan di Lembah Kabut.
Zhang Yuze memutuskan kembali ke Kuil Naga untuk menyembuhkan Tie Chie terlebih dahulu. Lukanya sulit disembuhkan karena dirinya tidak terlalu paham akan ilmu alkemi, terlebih racun yang bersarang di tubuh Tie Chie.
Biasanya binatang spirit tak mudah terpengaruh oleh efek racun apapun, tapi ternyata ada racun yang membuat binatang spirit tak berdaya bahkan menguras tenaga sampai habis.
Dipikirkan berkali-kali tetap saja tak menemukan jawaban, malah membuat kepalanya sakit.
Ada sedikit sesal dalam diri Zhang Yuze, mengapa dulu ia tak mempelajari ilmu alkemi dari kakek Ming Ji. Andai saja dirinya sedikit lebih lama mempelajari cara-cara meracik obat herbal untuk penawar racun, mungkin ia bisa menolong Tie Chie tanpa menyulitkan Shizen.
Walaupun Zhang Yuze paham tentang tanaman obat, tetap saja itu tak berguna saat ini sebab kasus yang dialami Tie Chie lebih sulit.
"Haish, andai saja waktu itu ... Eh, kenapa jalannya berbeda dari sebelumnya?!" Zhang Yuze terkejut karena jalan yang dilaluinya kini berbeda dari sebelumnya.
Sepertinya ia salah mengambil jalan ketika di persimpangan tadi. Mau tak mau Zhang Yuze harus mencari jalan kembali agar cepat sampai ke hutan misterius tempat Kuil Naga berada.
Tapi masalahnya, ia tak tahu harus melewati jalan mana agar cepat sampai.
Tak ingin berpikir terlalu lama dan menunda perjalanan, akhirnya Zhang Yuze mengikuti intuisinya. Mungkin dengan mengikuti jalan setapak yang dilaluinya saat ini bisa membawanya ke jalan yang benar.
Ketika di pertengahan jalan Zhang Yuze merasa ada kejanggalan yang terus mengikuti, tapi apa itu ia pun tak tahu.
Sampai ia mendengar percakapan dua orang di tempat tersebut, lebih tepatnya sedang berdebat.
Penasaran akan hal itu, Zhang Yuze memutuskan untuk melihat apa yang sedang terjadi sebab suara keduanya menyita perhatian.
Lembah Kabut
Kabut menggantung di Lembah Kabut, menyelimuti pepohonan purba dan sungai-sungai yang berkelok.
Dari kejauhan terlihat dua sosok berdiri berhadapan, saling melempar tatapan sengit dan kata-kata ancaman.
Walaupun posisi keduanya sedikit jauh, tapi Zhang Yuze masih bisa mendengar jelas apa yang sedang diperdebatkan mereka.
"Nyalimu besar juga, Feng Chen, datang ke tempat ini seorang diri. Apa kau sudah siap mati di tanganku?!" Pria dengan baju Jirah seperti layaknya seorang jendral perang itu tertawa mengejek, terlihat sombong.
Feng Chen hanya menyeringai menanggapi perkataan jendral Zu. "Aku datang untuk menghentikanmu, Jendral Zu ," balasnya sengit.
"Menghentikan ku? Apa kau bisa?!" Jendral Zu terus meremehkan.
Feng Chen kembali berkata, "Aku pasti bisa memberikan keadilan bagi penduduk Desa. Ingat, setiap perbuatan pasti ada balasannya, Zu! Kekejamanmu itu pasti akan berimbas buruk padamu!"
Jenderal Zu tertawa keras. "Keadilan? Itu hanya ilusi. Kekuatan adalah segalanya,"
"Kau?" Feng Chen menggertakkan gigi sambil menggenggam erat pedangnya, "Awan Pemisah," Pedangnya memancarkan aura dingin.
Slash
Jenderal Zu hanya menyeringai, tombak di tangannya meraung lapar.
Dengan segera ia menangkis tebasan pedang Chen Feng hingga senjata keduanya berbenturan satu sama lain, menimbulkan suara nyaring.
Klang ... Klang ...
Slash ...
Jendral Zu menyeringai menangkis serangan Chen Feng. "Lembah ini akan menjadi kuburan bagimu, Chen Feng. Hyaaaaa!"
Srek ... Srek ...
Chen Feng bergerak cepat, pedangnya menari-nari seperti kilat. Setiap tebasan membawa serta kekuatan angin dan awan.
Slash ... Slash ...
Jenderal Zu menangkis dengan tombak, senjata keduanya saling benturan mengguncang lembah tersebut.
Klang ...
Duaaaaaarrrr
Pertarungan keduanya berlangsung lama dan terlihat sengit sebab kekuatan mereka seimbang.
Chen Feng menggunakan kelincahan dan teknik pedangnya, sementara Jenderal Zu mengandalkan kekuatan dan pengalaman tempurnya.
Slash ...
DUAAAARRR
Melihat serangan Chen Feng, Jenderal Zu bergerak cepat, melompat mundur sambil mengayunkan tombaknya. Pusaran api yang dahsyat terlihat ketika jendral Zu memutar tombaknya.
Chen Feng bergegas menghindar sebab merasakan panas yang membakar kulitnya.
"Kau tidak bisa mengalahkanku, Chen Feng! Rasakan ini, hyaaaaaaa!" teriak Jenderal Zu.
BLAAAAAAAAARRRRRR
Pusaran api itu semakin besar dan terus bergerak cepat ke arah Chen Feng. Walaupun begitu, ia tetap berdiri tegak dengan mata menyala disertai tekad kuat untuk mengalahkan jendral Zu.
Tak tinggal diam, ia segera mengalirkan seluruh energi ke dalam pedangnya membuat pedang Awan bersinar terang dan memancarkan aura suci.
"Aku adalah awan yang akan memadamkan apimu!" balas Feng Chen sengit. "Hyaaaaaaa!"
Slash ...
Zraaaaaaatttt
Dia menyerang dengan kekuatan penuh. Pedangnya menebas pusaran api, membelahnya menjadi dua. Energi pedang itu melesat ke arah Jenderal Zu, menghantamnya dengan kekuatan dahsyat.
Zraaaaaaaaatttt
Jenderal Zu terhuyung mundur sampai jatuh berlutut. Tombaknya terlepas dari tangan dan napasnya tersengal-sengal, bahkan darah keluar dari mulutnya.
Seolah tak menerima kekalahan, jendral Zu hendak beranjak ingin menyerang. Tapi, tubuhnya mati rasa dan tak bisa digerakkan sedikitpun. "Tidak mungkin..." gumamnya tak percaya.
Feng Chen berjalan menghampiri sembari menghunus pedangnya. "Ini adalah akhir darimu, Jendral Zu!"
Jendral Zu menggeleng sambil melambaikan tangan. "Tidak, jangan bunuh aku, Feng Chen! Aku tahu di mana putramu berada. Jika kau mau melepaskan diriku, maka akan ku bawa kau menemuinya." ucapnya putus asa.
Namun Feng Chen sudah tak peduli dengan hal itu. Karena kekejaman dan keserakahan jendral Zu membuat dirinya kehilangan segalanya termasuk istri dan anaknya.
Jendral Zu bahkan tega menghabisi penduduk desa yang tak bersalah demi menyenangkan hati raja Xiu Juan dan mendapatkan posisi tertinggi di pasukan militer.
"Kau pikir aku akan mempercayai perkataanmu lagi? Cih, tak akan!" Feng Chen segera mengayun pedang.
Walaupun jendral Zu memohon ampun, tapi ia tak peduli. Dengan satu tebasan saja, Feng Chen mengakhiri riwayat Jenderal Zu dan membuat kepalanya terpisah dari badan.
Zraaaaaatttt
"Ergh!"
Kepalanya menggelinding di atas bebatuan lalu tercebur ke dalam sungai. Darah mengalir bercampur air sungai, mencemari hingga berwarna merah.
Tubuh yang terpenggal pun jatuh ke dalam air setelah ditendang oleh Feng Chen.
"Kau selalu mengancam dengan nyawa Putraku, tapi nyatanya dia tak ada bersamamu. Dasar penipu!" geramnya.
Lembah Kabut kembali sunyi setelah sempat digegerkan pertarungan sengit dua orang tadi. Kini, hanya terdengar suara angin yang berbisik di antara pepohonan.
Feng Chen berdiri di sana, kepalanya mendongak dan tangannya masih menggenggam erat pedang yang berlumuran darah.
Pikirannya semakin kalut saat ini, terlebih keberadaan sang anak tidak bisa dipastikan sebab jendral Zu terus mempermainkan dirinya hingga ia pun muak dan tak percaya atas ucapannya lagi.
Feng Chen tahu, ini hanyalah awal dari perjuangan yang panjang. Tapi dia bersumpah akan melindungi penduduk desa dari segala bentuk kejahatan, termasuk kerajaan.
"Kau bisa keluar, Nak!"
Zhang Yuze terkejut karena Feng Chen tiba-tiba memanggilnya. Sepertinya pria paruh baya itu sudah mengetahui keberadaannya sejak pertama.
"Oh, maafkan aku, Tuan! Aku kebetulan lewat dan tak sengaja melihat pertarungan kalian," alibinya.
Feng Chen menyeringai lalu memasukan kembali pedang awan setelah dibersihkan dari noda darah. Kakinya melangkah lebar, menghampiri Zhang Yuze yang berdiri di bawah pohon.
Tap ... Tap ... Tap
Setelah melompati bebatuan sungai, ia pun sampai di hadapan Zhang Yuze. Matanya mengawas tajam.
"Siapa kau? Sepertinya, kau bukan penduduk Desa sini!" tebaknya.
"Ah, benar Tuan. Aku berasal dari Desa Changming," jawanya jujur.
Tiba-tiba saja Feng Chen menghunus pedang setelah mendengar tempat asal Zhang Yuze.
Sring ...
Matanya mendelik tajam disertai nada bicara yang ketus. "Keluarga Zhang?!"
"I-Iya,"
...Bersambung ......