NovelToon NovelToon
Amor Tenebris (Oh Lord Vampire, I Am Your Mate.)

Amor Tenebris (Oh Lord Vampire, I Am Your Mate.)

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Vampir / Cinta Beda Dunia
Popularitas:355
Nilai: 5
Nama Author: Eisa Luthfi

Amor Tenebris (Cinta yang lahir dari kegelapan)

“Di balik bayangan, ada rasa yang tidak bisa ditolak.”


...

New Book, On Going!


No Plagiat❌
All Rights Reserved August 2025, Eisa Luthfi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eisa Luthfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

...◾▪️Amor Tenebris ▪️◾...

Bab 22 – Malam di Balik Cahaya dan Rindu

Satu minggu telah berlalu sejak Lyra terakhir meninggalkan situs arkeologi. Apartemennya terasa hampa, sunyi, dan setiap sudut seakan menunggu sesuatu yang tidak ia mengerti. Ia menaruh tas dan perlengkapan catatannya, memandang jendela dengan pandangan kosong. Meski sibuk dengan dokumen dan simbol yang terus dipelajari, pikirannya tetap terseret pada sosok Theron, bayangan yang selalu menempel sejak malam itu di gurun.

Di istana Valecrest, Theron duduk di balkon besar, menatap langit malam yang gelap pekat. Bulan purnama hampir sempurna, cahayanya memantul di marmer aula. Ia memikirkan Lyra yang jauh di kota—sendirian, mungkin tengah membaca simbol-simbol yang mengikatnya ke dunia vampir dan masa lalu yang misterius.

Tugas yang diberi Lord Valecrest menumpuk: pengawasan wilayah, pemeriksaan artefak, koordinasi faksi-faksi. Semua itu membuatnya tidak bisa meninggalkan istana. Tapi malam ini… rasa rindunya terlalu besar. Ia menelan gelisahnya, lalu mengaktifkan kemampuan untuk bergerak diam-diam melalui bayangan. Tanpa suara, tanpa jejak, ia menembus kota, menuju apartemen Lyra.

...

Lyra duduk di meja, menyalakan laptop, membolak-balik catatan simbol. Angin malam menderu dari jendela terbuka, membuat lilin bergetar. Saat itulah ia merasakan sesuatu yang aneh—tarikan halus, seperti udara bergetar di sekitarnya, kehadiran yang sangat familiar.

Tanpa peringatan, bayangan mendekat dari balik pintu. Theron muncul di ruang tamunya, nyata untuk pertama kali sejak minggu lalu, mata perak menatapnya penuh rindu. Lyra terkejut, tubuhnya kaku, napas tertahan.

“Theron…?” suaranya bergetar.

Ia melangkah mendekat, tapi impulsnya mengalahkan kontrol. Secara refleks, ia menggigit leher Lyra, darahnya terasa hangat dan kuat—Lyra menjerit, rasa sakit dan syok membuatnya terhuyung, kemudian pingsan.

Theron tersentak, panik. Ia segera menunduk, menahan tubuh Lyra yang lemas di lengannya. “Lyra… Astaga, maafkan aku… aku tak bermaksud—” Suaranya pecah, matanya membara antara rasa bersalah dan cemas. Ia menarik Lyra lebih dekat, memeluknya dengan lembut, menahan tubuhnya, menekan pipi Lyra ke dadanya agar merasa aman.

Di dadanya, Lyra mulai sadar perlahan, napasnya tersengal-sengal. Tangannya menggenggam lengan Theron, menyeimbangkan diri. “Theron… sakit… tapi… aku baik-baik saja,” bisiknya, suara lemah tapi menahan air mata.

Theron membelai rambutnya, menundukkan wajah ke kepalanya, menekankan perlindungan. “Aku… aku terlalu larut. Aku minta maaf. Aku hanya ingin memastikan kau aman… dan… aku terlalu rindu padamu.” Suaranya hampir pecah.

Lyra menutup matanya sejenak, membiarkan kehangatan itu meresap. Saat ia membuka kembali, sorot mata Theron penuh ketulusan—rasa bersalah, cinta, dan proteksi bercampur menjadi satu.

Setelah beberapa saat, mereka duduk di sofa, saling menatap dalam diam. Theron memegang tangan Lyra, lembut tapi menegaskan, “Aku janji, aku tidak akan melukaimu lagi. Kau harus percaya padaku.”

Lyra menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Aku… aku mengerti. Aku tahu kau tak bermaksud jahat. Tapi… ini pertama kalinya aku merasakan… sensasi itu.” Senyum tipis terlukis di wajahnya. “Sakit, tapi… anehnya… juga… terasa… dekat.”

Theron mengangguk, menyadari seberapa besar tanggung jawabnya. “Setiap langkahku harus hati-hati. Kau manusia… dan aku… aku vampir. Tapi aku tak bisa lagi menahan perasaanku.”

Malam itu berlanjut dengan pembicaraan yang dalam—tentang simbol yang Lyra pelajari, rahasia yang mulai terbuka, dan dunia vampir yang perlahan menembus hidupnya. Theron menceritakan sebagian tentang aturan istana, faksi yang mengawasi manusia, dan larangan Lord terhadap pertemuan dekat mereka. Namun ia berjanji, selama mungkin, ia akan tetap berada di sisinya—meski bayangan atau nyata, ia akan menjaga Lyra.

...

Hari-hari berikutnya, Theron hanya muncul diam-diam, tetap mematuhi batas-batas yang ditentukan Lord. Lyra mulai terbiasa, tidak pingsan lagi saat gigitan dilakukan dengan persetujuan dan hati-hati, meski masih ada rasa sakit. Perlahan, ia belajar mengatur napas, fokus, dan menerima kehadiran Theron sebagai bagian dari hidupnya.

Mereka berdua menemukan ritme baru: malam-malam penuh cahaya lilin di apartemen Lyra, diskusi simbol, latihan ketahanan Lyra terhadap gigitan, dan ikatan emosional yang kian kuat. Setiap kali Theron menghilang kembali ke istana, Lyra merasakan tarikan halus, bayangan yang tetap menuntunnya, menuntun pemikiran dan perhatiannya pada rahasia simbol dan dunia yang menunggu untuk ia jelajahi.

Lyra memandang langit malam dari jendela, simbol di catatannya mulai berpendar samar. Theron, dari jarak jauh, memusatkan energi vampirnya, merasakan getaran yang sama. Dua dunia—manusia dan vampir—kian bersinggungan, dan takdir mereka kian menegaskan bahwa jarak hanyalah penghalang fisik, bukan penghalang hati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!