NovelToon NovelToon
EXONE Sang EXECUTOR

EXONE Sang EXECUTOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Dunia Lain
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aegis zero

Seorang penembak jitu tewas kerena usia tua,dia mendapatkan dirinya bereinkarnasi kedunia sihir dan pedang sebagai anak terlantar, dan saat dia mengetahui bahwa dunia yang dia tinggali tersebut dipenuhi para penguasa kotor/korup membuat dia bertujuan untuk mengeksekusi para penguasa itu satu demi satu. Dan akan dikenal sebagai EXONE(executor one) / (executor utama) yang hanya mengeksekusi para penguasa korup bahkan raja pun dieksekusi... Dia dan rekannya merevolusi dunia.



Silahkan beri support dan masukan,pendapat dan saran anda sangat bermanfaat bagi saya.
~Terimakasih~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis zero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sorry, we late.

Maaf, kami terlambat 

Sore itu, mentari mulai merunduk ke ufuk barat, memancarkan cahaya keemasan yang menembus celah dedaunan. Hutan tempat mereka berkemah diselimuti nuansa hangat yang tenang. Kelompok Arya tengah bersantai, menanti malam tiba untuk menjalankan eksekusi mereka.

"Baiklah, sudah selesai!" seru Arya sambil menepuk tangannya setelah menyiapkan sebuah permainan papan.

Dina menoleh heran. "Terus, cara mainnya gimana?"

"Ini kan... catur?" ucap Venus dengan nada yakin.

Arya dan Dina serempak menoleh. "Kau tahu catur, Venus?" tanya Arya terkejut.

Venus mengangguk. "Ya. Permainan ini sering ada di ruang kerja Raja. Dia biasanya memainkannya sendirian."

"Oh? Berarti sudah ada ya? Tapi aku tak pernah melihat orang memainkannya di jalan-jalan," Arya tampak heran.

"Karena ini permainan para bangsawan," jelas Venus. "Permainan strategi seperti ini dianggap terlalu rumit untuk rakyat biasa, jadi tidak diedarkan secara umum."

"Begitu ya..."

"Kak, coba dong! Aku mau lihat cara mainnya!" seru Gamma dengan antusias.

"Baiklah. Karena Venus sudah mengenalnya, ayo kita main berdua dulu," kata Arya sambil duduk di depan papan.

"Baik. Tapi aku tidak terlalu paham soal aturannya," balas Venus sambil ikut duduk.

"Tidak masalah. Ini namanya pion, kuda, bishop, rook, queen, dan king," Arya menunjuk setiap bidak satu per satu sambil menjelaskan cara pergerakannya.

"Sudah paham, kan? Aku mulai duluan ya." Arya menggerakkan pion pertamanya.

"Baiklah," jawab Venus, mulai mengikuti.

Beberapa menit kemudian...

"Aku kalah..." keluh Venus dengan nada murung.

"Hahaha!" Arya tertawa puas.

"Seru sekali!" seru Dina dengan semangat.

"Aku mau main juga, bro!" sahut Gamma, bersemangat.

"Hahaha! Ini, kalian berdua bisa main di papan yang satu lagi." Arya mengeluarkan papan cadangan.

"Baiklah! Ayo kita main, Gamma!" ujar Dina dengan senyum menantang.

"Aku tidak akan kalah, sis!"

"Hoo... sombong sekali kamu ya!"

Permainan pun dimulai.

Beberapa menit berlalu.

"A-aku... kalah? Sama Gamma?" wajah Dina tampak syok.

"Hahaha! Aku hebat, kan?!" seru Gamma dengan bangga.

"Wahahaha! Dina kalah sama Reisa-chan?!" Venus tertawa terpingkal.

"Hebat juga kamu, Gamma!" Arya ikut tertawa. "Sekarang gantian main denganku!"

"Enggak mau! Ngalahin bro Arya susah! Aku mau main sama sis Venus!" seru Gamma, membalikkan tubuh ke arah Venus.

"Kamu... sombong juga ya, Gamma..." gumam Dina, masih kesal.

"Baiklah. Aku tidak akan kalah seperti Dina yang pecundang itu, Reisa-chan!" Venus menatap papan dengan penuh tantangan.

Beberapa menit berlalu.

"Haaah... sis Venus kuat juga, ya..." Gamma terengah-engah.

"Kamu juga hebat, Reisa-chan!" balas Venus tersenyum.

"Hoo... permainan yang sengit," Arya menyeringai puas.

"Kenapa nggak selesai-selesai sih? Malah dilama-lamain!" gerutu Dina kesal.

"Hahaha! Justru itu serunya, Dina! Semakin lama, semakin menguras pikiran!" Arya tertawa lepas.

Malam mulai merambat turun, menggantikan cahaya jingga yang perlahan menghilang di balik pepohonan. Udara menjadi lebih sejuk, sementara suara dedaunan yang tertiup angin dan suara kicauan burung menyatu dengan tawa ringan kelompok Arya. Mereka masih asyik bermain catur di tengah aroma teh dan makanan yang tersisa dari sore tadi.

Namun, dari keempatnya, satu orang tampak tak menikmati kebersamaan itu sepenuhnya. Dina duduk dengan wajah murung, menatap papan catur dengan tatapan kosong. Ia telah kalah berkali-kali, dan hanya sekali mencicipi kemenangan, itu pun melawan Gamma.

"Baiklah, sudah malam sekarang. Saatnya kita berangkat," ucap Arya sambil berdiri dan mulai bersiap.

Gamma menoleh ke arah Dina yang masih duduk lesu. "Sis Dina, jangan sedih lagi dong!" ujarnya mencoba menghibur.

"Aku… cuma menang sekali," gumam Dina, masih menunduk, suaranya nyaris tak terdengar.

"Tapi kan tetap menang, Sis! Sister itu hebat juga, kok!" Gamma mencoba tetap ceria.

Venus menyilangkan tangan dan menyeringai kecil, menambahkan dengan nada menggoda, "Ara~ padahal waktu itu menang karena Reisa-chan kasihan."

"Begitu, ya…" Dina semakin terpuruk mendengarnya.

"Ti-tidak, Kak! Kakak menang karena memang hebat, bukan karena kasihan!" Gamma tampak panik, buru-buru membantah perkataan Venus.

Arya menepuk pundak Dina dengan senyum hangat. "Sudahlah, bisa main lagi nanti. Nanti kubuatkan steak kesukaanmu."

Mendengar kata "steak", wajah Dina langsung berbinar. "Steak? Janji ya? Baiklah, ayo kita pergi sekarang!"

Gamma menoleh dengan ekspresi datar. "Sis Dina, kalau soal makanan cepat banget cerianya."

"Hahaha!" Arya dan Venus tertawa bersamaan, menikmati momen ringan sebelum misi malam dimulai.

Mereka menuju ke mansion penguasa untuk eksekusi, melewati rumah rumah yang pintunya sudah tertutup rapat, angin malam berhembus melewati mereka, Langkah kaki pembawa kematian terdengar di antara lorong sunyi kota. Klak. Klak. Klak.

Dor! peluru menembus kepala penjaga.

Srett! Dagger meluncur, menyayat leher dengan presisi mematikan yang membuat kepala penjaga terjatuh. Brukk.

Membuka gerbang didepan mereka, Krettt... terbuka perlahan, seperti tahu siapa yang datang.

Aroma besi dari darah yang belum mengering menusuk hidung.

Asap samar dari lentera minyak menyatu dengan bau tanah basah setelah hujan sore.

"Aku masuk dulu ar." Dina berlari ke arah penjaga pintu mansion.

Suara derap langkah berhenti di depan pintu utama. Para penjaga saling pandang, tangan mereka gemetar saat menggenggam senjata.

“Pe-penyerang! Berkumpul! Ada penyerang!” teriak salah satu dari mereka, napasnya memburu, seperti berharap suaranya cukup keras untuk menyelamatkan nyawanya.

Bau keringat dan ketakutan dari para penjaga menguar di udara malam.

"Pe penyerang! Berkumpul! Ada penyerang!" Ucap penjaga pintu depan ketakutan.

Suara tenang dan lembut terdengar dari mulut dina. "Selamat tinggal."

Sreettt. Memotong pintu.

"Penyerang!" Suara teriak penjaga yang menutup suara detakan jantung mereka yang ketakutan.

"Mati kau!" Menyerang dina bersama sama.

Menyeringai. "Ara~ pria-pria jahat yang suka keroyokan biasanya mati duluan, tahu?” sambil tersenyum lalu mengeluarkan Water.

Blughhrr. Suara keluar dari mulut penjaga yang kehabisan nafas.

Gamma, urusanmu tahanan. Bebaskan mereka. Sisanya biar kami bersihkan.” ucap arya datar.

Tanpa menunggu jawaban, tubuh Gamma menghilang.

Arya perlahan maju. "Dina, venus, aku ke ruangan penguasa dulu." Melangkah melewati tubuh para penjaga yang tergeletak dan gemetaran.

"Baik!" Ucap serentak.

"Apa?! Kau pikir kau siapa?! Tidak akan kami biarkan!" Penjaga menerjang arya.

Dor! Peluru menembus kepala penjaga itu.

Dengan suara pelan arya berkata. "Aku bukan siapa siapa. Kami adalah pembawa kematian bagi para bajingan."

"Krekk...krekk..krekk." penjaga yang lain bergemetaran melihat banyak dari mereka yang tewas.

"Urus mereka dina." Arya melangkah pergi.

"Baiklah. Whooshh, Srett!" Dina melesat maju dan menebas sisa penjaga.

Lorong tiba tiba sunyi dan hanya terdengar Klak.klak.klak suara langkah kaki mereka bertiga.

"Disini ya." Pikir arya.

Krettt. Membuka pintu.

"Halo." Nada datar.

Gemetar dan mencoba berbicara. "A apa maumu...?!"

"Nyawa kalian."

"Hiiihh! Ja jangan bunuh aku!" Keringat bercucuran dari tubuh penguasa. "Oh iya! Emas! Aku punya banyak emas! Silahkan ambil sesukamu!" Ucapnya sambil ketakutan. "Ka kalau kurang, aku punya banyak wanita cantik! Si silahkan ambil saja!"

"Haa..." Arya mendesah. "Bahkan sebelum kematian pun kau tetap sampah ya." 

"To tolong ampuni aku!" Menangis dan mengompol.

Dor! Peluru menembus kepalanya. "Tidak ada belas kasih ke kalian. Jika kalian yang sudah hilang kemanusiaannya apakah aku harus memberikan kalian kemanusiaan?". Arya pergi dari ruangan itu.

Arya menyusul arya. "Bagaimana dengan keluarganya ar?"

"Ini mau kesana."

"Kata katamu keren juga nak!" Ucap venus tersenyum tipis. "Tidak ada belas kasih ke kalian. Jika kalian yang sudah hilang kemanusiaannya apakah aku harus memberikan kalian kemanusiaan? Wahahaha!" Venus tertawa keras.

"Hahaha! Meski kau memuji tidak akan dapat apa apa venus! Hahaha!" Arya ikut tertawa.

Dina bicara dalam hati. "Mereka berdua gila ya? Tiba tiba ketawa.." dengan wajah datar.

"Kalian ke tempat gamma dulu sana nenangin para tahanan ada di lantai 3 paling ujung kayaknya." Ucap arya menuju ruangan keluarga penguasa.

"Baiklah." Mereka berdua pergi ke tempat gamma.

"Ini kah ruangannya." Tanya arya.

"Kreett." Suara pintu terbuka.

"A apa itu?!" Istri penguasa panik. "A anak kecil?! Mau apa kau kesini?! Tunggu. Wajah mu tampan juga, maukah bermain dengan tante?" Ucapnya menggoda sambil menunjukkan tubuhnya.

"Hah?!" Wajah kaget.

"Ayo dong, main sama tante." Suara manja perlahan mendekat.

Dor! Menembak kaki. "Kau pikir kau siapa nenek tua?!" Ucap arya dengan nada datar dan kesel.

"Arghhh sa sakit!" Teriak kesakitan.

"Aku tidak punya nafsu kepada bajingan."

"Bajingan! Beraninya kau! Kau pikir siapa kau?!" Teriak marah.

Dor! Menembak kepalanya. Arya perlahan pergi.

"Ini kamar anaknya ya?".

Kretttt... Suara pintu terbuka.

"A ampuni aku! Kumohon jangan sentuh aku tuan!" Teriak seorang wanita.

"Ayolah,kita senang senang kamu! akan keenakan nanti." Mencoba merayu.

"Hei bajingan! Sedang apa kalian?!" Teriak arya.

"Hah?! Siapa kau?! Mengganggu saja!" Teriak anak penguasa.

"A anak kecil?! Larilah nak! Jangan kesini!" Teriak wanita itu.

"Butuh bantuan nona?" Tanya arya menawarkan bantuan.

"Bantuan? Kau siapa hah? Apa kau tidak tahu aku siapa?!" Teriaknya sambil mendekati arya.

"Pe pergi saja nak! Jangan ganggu dia nanti kamu dihukum mati!" Ucap wanita itu sambil menangis dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Dor! Menembak kaki anak penguasa.

"ARGHHH! Sialan sakit sekali! Kau! Kau berani berani melukaiku!" Teriak marah kesakitan.

"Berani kok." Nada datar. Dor! Menembak kaki satunya lagi.

"Arghh!!! Sialan! Penjaga! Penjaga! Ada penyerang!" Teriak putus asa.

"Silahkan teriak sepuasnya, para penjagamu yang 50 orang itu sudah mati." Menyeringai.

"Apa?! Tidak mungkin! Kau tidak akan lolos dari ini!" Teriak menangis.

"Nak? Jangan melawannya! Larilah nak!" Memohon ke arya.

Arya melirik ke wanita itu. "Tidak apa apa nona, tenang saja. Kami adalah EXONE yang membantai para penguasa korup." 

Dor! Menembak kepala anak penguasa sambil melihat kearah wanita itu.

"A apa?! Jadi begitu ya." Wanita itu lega.

"Baiklah, sudah selesai. Kamu sudah bebas kak, silahkan pergi dari sini." Arya perlahan pergi.

"Baik nak, terimakasih banyak!" Memakai baju dan pergi.

"Baiklah, aku ke tempat gamma dulu." Bicara dalam hati.

Arya pergi ketempat gamma, melewati lorong dengan karpet merah, aroma darah, lampu gantung dan patung berjajar dilorong lorong. Klak.klak.klak.

"Brother!" Teriak Gamma mendekat.

"Sudah selesai ar?!" Tanya dina.

"Lama sekali nak." Venus mengeluh.

"Maaf." "Apa ini?!" Arya kaget.

"Bro... A ada dari mereka yang mati..." Gamma menangis.

Arya tertunduk. "Begitu ya... Maafin kami karena terlambat ya... " Ucapnya meminta maaf dengan tulus.

Suasana diruangan itu sangat suram... Banyak wanita dan anak anak totalnya 23 orang... Tetapi, ada 3 wanita muda yang kehilangan nyawa diruangan tersebut karena disiksa terus menerus... Semua orang diruangan tersebut tidak kalah menyedihkannya, tubuh mereka penuh luka sayatan, lebam, mata dan anggota tubuh lainnya hilang, badan kurus, baju lusuh dan sobek sobek...

"Maafin kami... Karena terlambat..." Ucap arya sedih.

"Extra heal!" Arya menyembuhkan mereka semua satu persatu dengan extra heal yang mengembalikan kondisi tubuh mereka semua seperti semula.

"Aaa... Aku... Sembuh?!" Ucap seorang anak kaget dan menangis.

"Aku sembuh..." 

"Huaahhh!" 

Ruangan itu dipenuhi oleh tangisan kebahagiaan yang menandakan hari hari kelam mereka berakhir. Orang yang punya rumah dan orang tua dipulangkan ke rumah masing masing... Dan untuk yang tidak punya rumah ada 2 orang. Arya memutuskan untuk membawa mereka berdua ikut kedalam perjalanan kelompok arya...

Eksekusi kali ini selesai dengan tangisan kebahagiaan...

Dan disuatu ruangan..

"3 kota tempat beredarnya barang kita sudah jatuh ya." ??? Dengan suara datar.

"Ya, tidak bisa dibiarkan." ??? Suara berat.

"Siapa mereka?" ??? Suara dingin.

"Exone." ??? Suara berat.

"Exone?!" ??? Suara datar.

Ada 5 suara misterius yang terdengar diruangan misterius...

———

1
luisuriel azuara
Karakternya hidup banget!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
Ani
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!