"Menikahlah segera jika ingin menepis dugaan mama kamu, bang!."perkataan sang ayah memenuhi benak dan pikiran Faras. namun, bagaimana ia bisa menikah jika sampai dengan saat ini ia tidak punya kekasih, lebih tepatnya hingga usianya dua puluh enam tahun Faras sama sekali belum pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mending jujur.
Setelah mengantarkan mama Kinan kembali kerumahnya, Mama Thalia pun pamit melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. sebenarnya mama Kinan mengajak mereka untuk mampir, entah sekedar basa-basi atau seperti apa, yang jelas mama Thalia menolak tawaran itu dengan halus.
Setibanya di rumah, dari balik kaca mobil Inara dapat melihat Za berjalan menghampiri mobil mama Thalia.
"Baru pulang, mah?." tanya Za sekedarnya.
"Iya sayang."
Setelahnya, Za langsung menarik tangan Inara untuk ikut bersamanya. "Menantu kesayangan mama, Za pinjam dulu ya." ujar gadis itu sambil cengengesan ketika mama Thalia melihat ia menarik tangan Inara agar ikut bersamanya.
Mama Thalia hanya mengangguk sambil terus berjalan ke arah pintu Utama.
"Ada apa sih, Za." Inara bingung dengan sikap aneh Za.
"Kamu darimana saja tadi?."
Inara mengeryit. pasalnya adik iparnya itu sudah tahu jika ia dan mama Thalia hari ini menghadiri acara penggalangan dana, dan lagi Za sendiri melihatnya turun dari mobil ibu mertua. Lalu, mengapa gadis itu masih saja bertanya, Sangat membingungkan.
"Sepertinya Abang bisa memantau lokasi keberadaan kamu lewat GPS ponselmu deh, Ra. buktinya, tadi Abang menanyakan sebuah lokasi perumahan ke aku, dan kamu tahu rumah siapa yang kamu datangi tadi?."
Inara langsung menggelengkan kepala.
"Itu rumahnya Yumi, Ra. Masa kamu nggak ingat sih? Lagian kamu ngapain sih di sana? Kalau tadi aku jawab jujur ke Abang kalau lokasi itu menunjukkan lokasi rumah Yumi, aku yakin Abang pasti langsung menyusul kamu ke sana." meskipun Faras berteman dengan Gilang namun belum pernah sekalipun Faras datang berkunjung ke rumah Gilang yang notabenenya serumah dengan Yumi, saudara kembarnya. Maka tak heran jika Faras tak tahu menahu tentang keberadaan rumah Gilang dan juga Yumi. Saat ulang tahun Gilang saja Faras enggan untuk hadir.
Pantas saja Inara merasa kawasan tersebut seperti tidak asing baginya, ternyata itu rumahnya Yumi. Dahulu sewaktu masih duduk di bangku kelas sebelas Inara pernah pergi ke rumah itu sekali guna menghadiri undangan ulang tahun Gilang. Gilang yang kala itu mengundangnya secara langsung membuat Inara sungkan untuk terus menolak.
"Aku benar-benar nggak ingat kalau itu rumah kak Yumi, Za. Tadi aku dan mama hanya mengantarkan salah seorang teman mama ke rumah itu. Kalau nggak salah namanya Tante Kinan." balas Inara.
"Tunggu...." sepersekian detik kemudian Inara seperti menyadari sesuatu. Di acara penggalangan dana tadi ada seorang wanita yang menyinggung tentang anak sambung nyonya Kinan yang pernah mengalami depresi. Apa mungkin anak sambung dari Tante kinan itu adalah Yumi, begitu Inara mencoba menduga-duga.
"Ada apa?." desak Za penasaran.
"Di hotel tadi ada yang menyinggung tentang anak sambungnya Tante Kinan yang katanya mengalami depresi dan........" Inara pun menceritakan semua apa yang didengarnya di hotel tadi kepada Za, termasuk mama Kinan yang dianggap sebagai penyebab depresinya anak sambungnya tersebut.
Setelah mendengar semua cerita Inara, Za pun jadi berpikiran yang sama dengan kakak iparnya itu. bisa jadi anak sambung dari teman mama Thalia tersebut adalah Yumi, Terlebih tadi mereka sempat mengantarkan mama Kinan ke alamat rumah Yumi.
"Sebaiknya kamu ceritakan deh ke Abang! Bukan apa-apa, kamu kan tahu sendiri bang Faras kayak apa orangnya. Kalau Abang tahu sendiri kamu pergi ke tempat yang membahayakan diri kamu, bisa dicabut izin kamu buat kerja, Ra."
"Memangnya kamu mau di rumah sepanjang hari tanpa beraktifitas? Kalau sudah punya anak sih nggak papa, ada hiburan jagain anak. tapi sekarang kan kalian belum punya baby, bisa boring kamu seharian di rumah saja, Ra." sambung Za yang sangat peduli pada sahabat sekaligus kakak iparnya itu.
"Iya deh, nanti aku coba ngomong ke mas Faras." balas Inara sebelum pamit meninggalkan kamar Zaliva.
Di kamarnya.
"Sudah pulang, sayang?." Faras mematikan laptopnya dan meletakkannya di atas nakas.
"Cerita.... enggak.... cerita.... enggak..... cerita .... enggak......" batin Inara yang kini masih berdiri mematung tak jauh dari ambang pintu yang sudah kembali ditutup olehnya.
"Mas....." seruan Inara terdengar berirama. Langkahnya pun mulai terayun mendekat ke arah sofa, di mana saat ini Faras tengah duduk sambil menatap padanya.
Bukannya menjawab, Faras justru terlihat mengerutkan dahinya. Seakan menyadari ada yang berbeda dengan sikap istrinya.
Inara duduk di sisi kiri Faras, meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha sang suami, memberanikan diri menatap manik mata hitam suaminya.
"Sebenarnya aku mau ngomong sesuatu, tapi mas janji jangan marah dulu ya! Dengarkan dulu sampai aku selesai ngomong!."
"Hem."
"Jangan Hem doang, Jawab iya dulu!." pinta Inara memelas.
"Baiklah. Iya, mas janji."
"Tadi aku dan mama nggak sengaja ke rumah kak Yumi." baru segitu saja Inara berkata mimik wajah Faras sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Namun, ia tak langsung menyela, membiarkan Inara terus melanjutkan ceritanya. "Sebenarnya bukan mau ke rumahnya Kak Yumi sih, cuma mau nganterin teman mama pulang soalnya mobilnya lagi dibengkel katanya. Eh tidak taunya rumah teman mama itu adalah rumah yang sama dengan rumahnya kak Yumi. Tapi beneran, kami nggak mampir kok, mas."
"Inara juga baru tau kalau rumah itu rumahnya kak Yumi dari Za barusan." astaga...Inara langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya, ia baru sadar telah menyebut nama adik iparnya. Secara tidak langsung ia sudah menyeret Za dalam hal ini.
Faras bukan orang bodoh. dari cerita Inara barusan, itu artinya saat ia menanyakan sebuah alamat pada Za tadi, adiknya itu tahu jika itu alamat rumah Yumi, hanya saja gadis itu berpura-pura tidak tahu. sebenarnya Faras kesal pada Za yang pura-pura tidak tahu, tapi untuk kali ini Faras dapat memaafkannya mengingat saat Inara pergi ke tempat itu bersama sang mama.
"Maafkan aku ya mas!." sebenarnya dalam hal ini Inara sama sekali tidak bersalah karena ia hanya ikut bersama ibu mertuanya untuk mengantarkan salah seorang teman arisannya pulang. namun begitu, Inara tetap meminta maaf pada Faras, karena sebelumnya suaminya itu sudah memperingatkan dia untuk tidak berurusan dengan Gilang terlebih Yumi.
Faras mengangguk. Ia menghargai kejujuran istrinya. Faras menarik pelan tubuh Inara dan mendudukkan dipangkuannya.
"Tidak perlu di bahas lagi, takutnya kalau terus membahas tentang Yumi, mas yang ikut depresi." seloroh Faras.
"Amit-amit." Inara sampai mengetuk kepala beberapa kali.
"Ini masih siang, mas. Apa nggak lihat di luar sinar matahari saja secerah itu." Inara seakan memperingatkan Faras saat tangan pria itu mulai bergerilya ke dalam pakaian yang dikenakannya.
"Memangnya kenapa kalau masih siang, Hem?." menatap Inara sambil menaikan dagunya sekilas.
Inara hanya bisa mendengus napas mendengar jawaban suaminya. Kalau sudah begini, bisa dipastikan akan berakhir dengan mandi wajib.
Lakukan apa yang ingin anda lakukan pak suami, kira-kira seperti itu artinya tatapan pasrah Inara pada Faras, dan itu justru terlihat lucu Dimata Faras.
Suami Tampanku baru saja ganti cover ya. Sekiranya ada yang penasaran dengan visual Faras dan Inara, boleh di buka cover barunya seperti itulah kira-kira visual keduanya. Jika tidak puas dengan visual yang author berikan, maka silahkan berimajinasi sendiri ya sayang sayangku 😘😘😘😘😘
ingat diriku yang hanya dibukain pintu mobil ketika punya baby karena paksu takut anaknya jatuh 🤣🤣🤣🤣
Kereeen.. gentle! 👍🏻😍
Dan kayaknya ngga butuh waktu lama buat Arga jatuh cinta sama Margin
Margin juga begitu
Dan keliatan bibit2 bucinnya 😅😅😅