NovelToon NovelToon
ISTRI MANDUL JADI IBU ANAK CEO

ISTRI MANDUL JADI IBU ANAK CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Pelakor jahat / CEO / Romantis / Ibu Pengganti / Duda
Popularitas:170k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Selama tiga tahun menikah, Elena mencintai suaminya sepenuh hati, bahkan ketika dunia menuduhnya mandul.

Namun cinta tak cukup bagi seorang pria yang haus akan "keturunan".
Tanpa sepengetahuannya, suaminya diam-diam tidur dengan wanita lain dan berkata akan menikahinya tanpa mau menceraikan Elena.

Tapi takdir membawanya bertemu dengan Hans Morelli, seorang duda, CEO dengan satu anak laki-laki. Pertemuan yang seharusnya singkat, berubah menjadi titik balik hidup Elena. ketika bocah kecil itu memanggil Elena dengan sebutan;

"Mama."

Mampukah Elena lari dari suaminya dan menemukan takdir baru sebagai seorang ibu yang tidak bisa ia dapatkan saat bersama suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26. RIUH DAN BAHAGIA

Elena dan Hans melanjutkan bulan madu mereka ke Spanyol, hadiah pernikahan dari orang tua Hans. Menikmati mereka waktu mereka berdua, jauh dari hiruk pikuk Los Angeles.

Sampai hari tenang mereka harus berakhir dan mereka kembali ke kota kelahiran mereka.

Pesawat itu belum benar-benar berhenti sempurna ketika Elena sudah menghela napas panjang, seolah udara di dalam kabin tidak cukup untuknya. Hans, yang duduk di samping, dengan wajah lelah namun tetap memancarkan keangkuhan bawaan seorang Morelli, menatap istrinya itu dengan sudut bibir terangkat.

"Sudah tidak sabar kembali ke rumah?" goda Hans.

Elena mendengus. "Aku tidak sabar kembali ke negara sendiri tanpa takut kau meledak atau aku yang meledak tiap lima menit."

Hans tertawa pelan. "Kita hanya bertengkar ... delapan puluh persen dari waktu."

"Yang dua puluh persen sisanya kau menjahiliku!" kata Elena.

"Dan kau menyukainya, akui saja, Love." Hans mencondongkan tubuh, menatap Elena dengan seringai yang sangat ia kenal.

Elena memutar mata, tapi pipinya memerah juga. "Berhenti bicara sebelum aku memutuskan untuk pulang naik taksi saja."

"Bagaimana bisa? Suami tampanmu ini yang membawa kopermu, ingat?" balas Hans enteng.

Elena mengangkat alis. "Dan koperku yang kau isi dengan oleh-oleh, padahal aku bahkan tidak sempat memilih."

"Itu salahmu karena selalu lari dariku setiap pagi." Hans menyandarkan punggung. "Aku hanya berusaha membuatmu sibuk."

"Dengan belanjaan? Hans, kau-"

"Terlalu tampan?" potong Hans.

Elena menepuk dahi. "Terlalu menyebalkan!"

Mereka saling pandang selama beberapa detik, kemudian tertawa kecil. Pertengkaran kecil itu hanya panah-panah mainan; tidak tajam, tidak melukai. Justru itu yang membuat bulan madu mereka aneh tapi manis ... sekaligus penuh keributan.

Setibanya di kediaman Hans, Elena mengharapkan ketenangan sesaat, minimal lima menit sebelum Hans mulai menggodainya lagi. Namun begitu Hans membuka pintu rumah, sesuatu menabrak kaki Elena dengan kecepatan penuh.

"MAMAAAAAAA!!"

Elena bahkan belum sempat menaruh kakinya di lantai sepenuhnya ketika Theo, bocah lima tahun dengan rambut coklat acak-acakan dan pipi bulat tembam itu sudah melompat ke arah Elena, tangan mungil itu melingkar di pinggang Elena seolah ia adalah bantal hidup.

"Mama! Mama pergi lama sekali!" Theo mendongak, wajahnya cemberut, bibirnya mengerucut kesal. "Kenapa Mama tidak ajak Theo? Mama liburan, kan? Kan? Kan?! Kenapa Papa saja yang bisa ajak Mama jalan-jalan, Theo juga mau!"

Elena langsung berlutut, tertawa terbahak sambil memeluk bocah itu erat. "Theo, kau tumbuh tambah berat atau Mama yang semakin lelah?"

Theo memukul pelan bahu Elena. "Theo marah! Mama jahat! Mama liburan sama Papa dan tidak ajak Theo! Padahal Theo tidak punya siapa-siapa di rumah, cuma Uncle Roland yang cerewet!"

"Roland cerewet karena dia Uncle Theo," sahut Hans sambil menutup pintu dengan kakinya. "Lalu Mama dan Papa juga tidak liburan kami-"

"Hans, kupikir kau kalau melanjutkannya," tegur Elena ketika tahu niat Hans yang ingin usil lagi.

Hans hanya menyeringai jahil.

"Tidak mau dengar!" Theo langsung menutup telinganya dengan dua tangan mungilnya. "Papa dan Mama jahat, lupa sama Theo, hmp."

Elena nyaris terguling karena saking gemasnya. "Theo ...." Ia menarik pipi bocah itu pelan, meremasnya sedikit hingga Theo mengerang. "Bagaimana bisa Mama lupa makhluk imut ini, hm?"

Theo tetap memasang wajah marah paling menggemaskan di dunia. "Mama tidak ajak Theo! Itu artinya Mama jahat!"

"Benar," Hans ikut menimpali. "Mama jahat. Sangat jahat. Itu sebabnya-"

"HANS!" Elena mendelik.

Terlambat.

Theo menatap Elena dengan mata membesar setengah terkejut setengah semakin yakin. "Benaran Mama jahat?"

Hans mendongak dramatis. "Tentu. Sangat jahat. Mama sampai kurung Papa di kamar dan tidak boleh kemana-mana di sana, Theo."

Elena memukul dada Hans. "Kau! Jangan ajari anak ini yang tidak-tidak!"

Hans hanya terkekeh.

Theo memandang Elena. Pipi bulat itu menggembung, bibirnya masih manyun, mata bulatnya berkedip dua kali. Lalu bocah itu bersedekap, mendekatkan wajah kecilnya ke wajah Elena.

"Kalau Mama jahat, Theo harus menghukum," gumam bocah itu.

"Hukum apa?" Elena memiringkan kepala.

Theo langsung memegang kedua pipi Elena.

Dan mencium pipi Elena tapi dengan cara seperti menggigit manis lalu Theo menarik pipi Elena ke sana kemari.

"Ini hukuman!" seru Theo menciumi pipi Elena.

"Theo!" Elena tertawa sambil berusaha melepaskan tangan kecil itu. "Pipiku! Oh Tuhan, pipiku ... Theo! Kau benar-benar seperti Papa-mu ya."

Hans menyandarkan tubuh ke pintu, menyaksikan adegan itu sambil tersenyum tipis. Ada sesuatu dalam tatapan Hans, sesuatu yang lembut, yang hanya muncul ketika ia melihat Elena dan bocah ini. Seolah Elena membangkitkan sisi manusia Hans yang sulit ditemukan orang lain.

Theo akhirnya berhenti menghukum dan langsung merangkul leher Elena, menempelkan wajahnya ke bahu Elena seperti anak kucing manja.

"Theo kangen Mama," katanya pelan.

Elena membalas pelukan itu tanpa ragu. "Mama juga kangen Theo."

"Lihat?" Hans menghela napas pura-pura kesal. "Dia hanya mendekat padamu ketika dia butuh perhatian."

Theo melirik Hans dengan tatapan sok dewasa. "Papa cemburu ya? Papa mau dipeluk juga?"

Hans batuk. "Tentu saja tidak."

"Katanya Papa ingin dicium juga pipinya dengan Theo," ujar Elena memanasi bocah itu.

Theo yang cerdas pun segera mengincar pipi Hans. "Sini Theo peluk!"

"TIDAK!" Hans langsung mundur satu langkah.

Theo mengejar sambil tertawa riuh. Elena terbahak menyaksikan suara ceria itu menggema di rumah.

Mereka belum sempat duduk ketika pintu belakang terbuka dan dua sosok muncul sambil membawa banyak kotak makanan.

"WE’RE BACKKKK! DAN KAMI MEMBAWAAAA PIZAAAAAA!" suara Roland menggema sebelum ia benar-benar terlihat.

"PIZZA!" sahur Theo riang.

"Roland Morelli," Hans memijat pelipis. "Kau mau membuatku tuli?"

"Hush," sahut Roland, memegang tumpukan kotak pizza yang hampir setinggi perutnya. "Ini dia pesta kecil penyambutan pengantin baru!"

Poppy menyusul dari belakang, membawa kantong besar penuh minuman. "Sebenarnya bukan pesta sih ... tapi Roland bilang kalau harus ada makanan banyak, jadi yaaa ..."

Hans menatap adiknya itu. "Itu alasan Roland saja ingin makan sebanyak mungkin."

Roland langsung menunjuk Hans. "Hei! Jangan bongkar niat baikku!"

"Baik dari mananya?" balas Hans.

Poppy, sebagai mediator alami, segera datang ke sisi Elena. "Kalian kelihatan segar setelah bulan madu. Walaupun, hmm ... kurasa kalian masih bertengkar?"

Elena tertawa lelah. "Mungkin kami harus diberi piala sebagai pasangan paling berisik."

Theo memeluk kaki Elena, ikut mengangguk. "Papa dan Mama berantem terus."

Hans mendengus. "Papa tidak berantem. Aku hanya ... memprotes."

"Memprotes apa?" Elena mengangkat alis.

Hans menatap istrinya dari atas sampai bawah. "Memprotes kenapa kamu terlalu cantik."

Roland langsung melempar bantal sofa ke arah Hans. "Gombalannya jelek!"

Poppy tertawa, Elena memukul lengan Hans sambil tersipu.

Theo kembali memanjat sofa sambil berteriak, "Aku mau pizzanya! Aku mau pizza pepperoni! Papa, mana pizzanya! Papa pelit!"

"Pelit dari mana? Itu pizza Roland!" Hans merengut.

"Berarti Roland pelit!" Theo menunjuk Roland pula.

"HEY!" Roland terkejut.

Ruang keluarga itu berubah menjadi arena kekacauan kecil yang hangat, tawa, saling mengejek, pertengkaran ringan, dan suara riang Theo yang seperti musik.

Poppy menyusun minuman, Elena membantu memindahkan kotak makanan, Hans menarik lengan Elena hanya untuk menggodanya lagi, Roland mengoceh tentang diet Hans yang pasti hancur hari ini, dan Theo berlari ke sana sini seperti roket kecil.

Itu rumah yang penuh kehidupan. Kehangatan. Kehebohan.

Bahkan Hans sendiri tidak pernah tahu kapan terkahir kali rumahnya seramai ini.

Setelah makan besar yang kacau dan penuh tawa itu, mereka pindah ke ruang tengah. Theo duduk di pangkuan Elena sambil memakan slice pizza keduanya. Hans duduk di sebelah Elena, pura-pura tidak peduli padahal matanya terus melirik ke arah istrinya dan bocah kecil itu.

Roland dan Poppy sedang berdebat soal mana pizza yang paling enak.

Theo menepuk pipi Elena. "Mama harus janji! Kalau liburan lagi, harus ajak Theo!"

Elena mengusap rambut bocah itu. "Baik, Sayang. Janji."

Theo memeluk Elena puas.

Hans mendengus. "Berarti Papa tidak diajak?"

"Tidak!" Theo menjawab cepat.

"Kenapa?" Hans memasang wajah pura-pura tersinggung.

"Karena Papa merebut Mama dari Theo!" seru si bocah.

Roland tertawa sampai jatuh dari sofa.

Poppy berseru sambil menutupi mulut, "Theo, kau jujur sekali!"

Hans menunjuk dirinya sendiri. "Papa suaminya!"

Theo menunjuk Elena. "Tapi Mama suka Theo! Theo anak Mama."

Elena tertawa begitu keras sampai matanya berair.

Hans terdiam. Lalu berkata serius, "Oke. Aku mengalah."

Theo merapikan berkacak pinggang penuh kebanggan. "Bagus."

Suasana itu hangat. Penuh canda. Penuh cinta. Penuh keluarga.

Tapi kemudian ...

Tok.

Tok.

Tok.

Ketukan keras itu menghentikan tawa Roland. Suara itu tidak ramah. Tidak sopan. Tidak seperti tamu biasa.

Hans menoleh.

Roland dan Poppy saling pandang.

Theo berhenti mengunyah.

Elena merasakan udara di ruangan menegang perlahan.

Tok. Tok. Tok.

Tiga ketukan lagi, lebih kasar dari sebelumnya.

Hans berdiri perlahan, rahangnya mengeras.

"Elena, tetap di sana," ucapnya.

Theo memeluk Elena erat-erat.

Hans berjalan menuju pintu utama. Roland ikut berdiri, mendekat dari sisi. Poppy menarik Theo dari pangkuan Elena, memeluknya dengan perlindungan naluriah.

Elena meremas ujung bajunya, jantungnya berdetak cepat.

Hans membuka pintu.

Dan sosok itu berdiri di ambang.

Dengan wajah marah. Napasnya naik turun.

Kedatangannya jelas bukan untuk menyampaikan kabar baik.

"Hans. Kita perlu bicara. Serius."

Dan saat itu Hans hanya bisa menelan ludah karena jika orang ini sudah marah maka akan ada perang dunia selanjutnya menurut Hans.

1
Dew666
🍦🍦🍦🍦🍦
Dew666
Theo 👄 dulu
Lisa
Wah udh ending nih..bagus banget ceritanya..terimakasih Kak Author..semangat y Kak..sukses y dgn karya² selanjutnya..🙏💪👍
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Yul Kin
terimakasih kak, semoga senantiasa diberikan kesehatan dan kesuksesan... 👍
Archiemorarty: Terima kasih kembali juga kak udah baca ceritanya 🥰
total 1 replies
Jessica
Cerita yang Manis
dengan konflik yang ringan
seru untuk di baca
karakter nya juga tidak lebay dan menye menye..

love the story very much
Archiemorarty: Terima kasih banyak kak udah baca ceritanya sampai akhir 🥰
total 1 replies
Miss Typo
happy ending 👏👍
terimakasih thor, sukses terus dgn karya-karyanya di novel dan ditunggu cerita selanjutnya. kalau aku mh ngikut aja mau ceritain siapa aja 😁
Miss Typo: Ama² thor 🤗
total 2 replies
Arw
cerita tentang Theo kak...😍
Archiemorarty: Noted /Determined/
total 1 replies
mimief
nice story'
Archiemorarty: Terima kasih semoga menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
mimief
oh...my God
ini kaya termanis mu Thor
no debat

nice ending
beautiful story'

terkadang takdir mempunyai cara untuk menertawai jalan hidup kita bukan?
walaupun kita selalu mengutuk takdir buruk kita.
tapi ternyata yg buruk itu membuka jalan untuk bertemu yg lebih baik.

jadi...siap nunggu karya selanjutnya Thor

walaupun berbalut perselingkuhan,cuman eksekusi mu lumayan membangongkan
ya.. bagaimana pun juga ya biasa ala detektif dan serial thiller
nulis romansa pure🤣🤣
tapi aku suka,tuntas bales dendam nya
dan..saling memaafkan yg paling bikin berkesan.
karena dendam hanya mendatangkan bencana yg lain
Archiemorarty: Siap kakak 🤭
total 3 replies
Jelita S
terimakasih thor atas ceritamu yg bagus,,ditunggu karya terbarunya😍😍
Archiemorarty: Terima kasih kak udah nemenin dari awal cerita seperti biasa 🥹
total 1 replies
aku
opa albert .... hidup memang penuh dg kekecewaan... 😭😭😭 jlebb 🤣🤣🤣
Archiemorarty: Terlalu real 🤣
total 1 replies
Ir
artur dulu kak pasti seru ini kerjaan nya ngejar penjahat mulu dia 🤣
Archiemorarty: astaga...jalan jalan gx tuh 🤣
total 7 replies
Evelyn1808 Grace
Di tunggu certa baru ttg Theo, Lucy dan Leo
Archiemorarty: noted /Determined/
total 1 replies
Nofi Ani
semoga bersambung seru.
Asyatun 1
lanjut
Anonymous
cerita baru/Determined/
Archiemorarty: Ohhh.... noted /Determined/
total 1 replies
Ir
kak setelah aku hitung² banyak juga yaa cucuku, pantes uban di kepala ku juga banyak 🥴🥴
Archiemorarty: ditambah sepasang kembar biang keributan semua 🤣
total 1 replies
Asyatun 1
lanjut
mimief
wah...wah
kalau banyak yg bantu menyenangkan
suami bisa diajak kerjasama.tapi...banyak dr istri dibiarkan menderita sendiri
sehingga momentum ini malah seperti 😔
Archiemorarty: Budaya kita udah mendarah daging patriarkinya.
alasan othor lebih suka ngambil latar luar negeri 😌
total 1 replies
mimief
😍😍😍😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!