PENGORBANAN Mantan NARAPIDANA

Setelah mengantarkan Lada keapartemen, Vinder mampir kesalah satu cabang Krisan Restoran, yang lokasinya tak jauh dari komplek perumahan tempat ia, Lada dan om Yacob. Disana sudah ada Jerry yang menunggu.

Netra Jerry memicing, menelisik wajah sang sepupu yang baru saja mendaratkan bokong dikursi berseberangan dengannya.

"Mendungnya tebal sekali, akan ada badai sepertinya...?"

Alis Vinder terangkat, matanya membalas tatapan adik sepupunya.

Jerry menunjuk wajahnya sendiri, lalu membuat pola lingkaran sebagai insyarat "kenapa...?"

Vinder membuang nafas dengan kasar "Lada besok menikah."

"What....!" pekik Jerry.

Vinder melempar kunci mobilnya kepada Jerry yang langsung ditangkap oleh pria itu.

"Sama siapa...?"

"Lelaki yang dia sukai."

"Sudah diterima kembali oleh ayahnya..?"

Vinder menggeleng, lalu menceritakan kegelisahannya soal Rey Andra.

"Berprasangka yang baik-baik saja, mungkin itu efek dari sakit hatimu...?"

"Ya, bisa jadi...!"

"Perlu aku temani besok..? aku takut kamu tidak sanggup menahan dan pingsan." goda Jerry dengan air muka yang dibuat-buat.

"Apa selemah itu aku dimatamu..?"

Jerry mengangkat kedua bahunya "iblis yang mampu berpindah tempat dalam satu detik saja bisa lenyap cuma dengan istigfar, apa lagi kamu yang seorang manusia biasa."

"Dan aku bisa membuatmu menyusul iblis itu hanya dalam satu detik." balas Vinder berseloroh.

Jerry tertawa kecil.

Dua lelaki tampan itu terus bertukar kata hingga dua jam lamanya, sampai dimana mata Vinder menangkap siluet yang ia kenali, berjalan menuju kepintu keluar restoran.

Vinder bangkit dari duduknya lalu berlari kecil mengejar siluet itu. Jerry yang dibuat bingung akan sikap sepupunya, ikut melakukan hal yang sama.

"Om...!" seru Vinder yang berhasil menghentikan langkah sosok yang tak lain adalah Hendarto bersama istri dan putri bungsunya.

"Selamat malam om, tante, Umbra." sapa Vinder yang dibalas oleh ibu dan Umbra.

Sementara Hendarto hanya diam sembari menghunuskan tatapan membunuh.

"Om, Lada besok menikah." ucap Vinder yang membuat ibu dan Umbra memberikan reaksi terkejut.

Sedangkan Hendarto masih tetap sama saja diam.

"Calon suaminya dari keluarga terhormat, berpendidikan tinggi dengan karier yang bagus. Lelaki yang sesuai dengan kriteria yang om inginkan."

"Terus apa perduliku..?"

"Ayah...!" seru ibu dan Umbra.

"Saya harap om dan ibu bisa datang untuk memberikan restu. Lada pasti akan sangat senang."

Hendarto berbalik "ayo kita pulang." ajaknya kepada ibu dan Umbra.

"Ayah...!"

"Pulang...!"

"Lada sangat berharap om yang menikahkannya, merestuinya." ucap Vinder sedikit berteriak karena Hendarto sudah melangkah menjauh.

"Lada menikah diKUA Jakarta xxxx, saya harap om mau datang dan menerima Lada kembali." suara Vinder naik dua oktav seiring Hendarto yang masuk kedalam mobil.

Vinder melihat kepergian mobil yang dikemudikan Hendarto dengan nanar. Dalam hati ia berdoa, semoga Hendarto besok datang memberi restu untuk putri sulungnya.

Jerry yang berjarak lima meter mendekati Vinder, menepuk perlahan bahu kiri sepupunya itu.

Jerry yang sangat paham dengan sifat perangai Vinder, tentu amat merasa terharu. Sebegitu cintanya ia kepada Lada, hingga bisa melakukan apapun walau itu menyakiti diri sendiri.

Ya, begitu lah Vinder. Banyak rahasia yang lelaki itu simpan dan hanya beberapa orang saja mengetahuinya.

Dibalik backgroudnya yang bertato, suka mabuk, kadang suka selengean bak brandalan. Tersimpan sesuatu yang kelak akan membuat orang- orang menatapnya terkesima.

"Mereka besok akan datang kan Jer...? om Hendarto sendiri yang akan menikahkan Lada...?" tanya Vinder sembari menekan dadanya, yang berdenyut nyeri.

"Iya, besok mereka pasti datang." jawab Jerry mencoba menyemangati, walau ia sendiri tidaklah yakin.