Dilarang keras memplagiat karya!!!
Mencintaimu bagai menggenggam kaktus yang penuh duri. Berusaha bertahan. Namun harus siap terluka dan rela tersakiti. Bahkan mungkin bisa mati rasa. - Nadhira Farzana -
Hasrat tak kuasa dicegah. Nafsu mengalahkan logika dan membuat lupa. Kesucian yang semestinya dijaga, ternoda di malam itu.
Sela-put marwah terkoyak dan meninggalkan noktah merah.
Dira terlupa. Ia terlena dalam indahnya asmaraloka. Menyatukan ra-ga tanpa ikatan suci yang dihalalkan bersama Dariel--pria yang dianggapnya sebagai sahabat.
Ritual semalam yang dirasa mimpi, ternyata benar-benar terjadi dan membuat Dira harus rela menelan kenyataan pahit yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mengandung benih yang tak diinginkan hadir di dalam rahim dan memilih keputusan yang teramat berat.
'Bertahan atau ... pergi dan menghilang karena faham yang tak sejalan.'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 30 Pupus
Aku memang sangat mencintaimu, tapi aku tidak akan merebut mu dari Tuhan-mu.
-Dariel Ananta-
Dariel menyambar kunci sepeda motor milik Andra yang tergeletak di atas meja, lalu berjalan dengan langkah lebar menuju garasi.
Tekadnya sudah bulat. Menemui Dira malam ini dan berbicara serius dengan-nya.
Dariel sengaja pergi diam-diam, tanpa berpamitan pada kedua orang tuanya yang masih beradu argument di dalam kamar.
Ia juga tidak berpamitan pada Arga yang mungkin sudah terbuai di alam mimpi.
Toh, percuma berpamitan. Bisa dipastikan mereka akan mencegah dan tidak akan membiarkannya pergi. Terlebih mamanya.
Natalie masih bersikeras dengan kehendaknya. Ia meminta Anton dan kedua putranya untuk tidak lagi berhubungan dengan keluarga Dira. Bahkan, ia meminta Dariel untuk melupakan Dira dan menerima Maria sebagai calon istri.
Bukan hanya itu saja. Natalie juga meminta Anton untuk segera mentransfer sejumlah uang ke rekening Firman, sebagai penebus kekhilafan yang pernah dilakukan oleh Dariel dan untuk biaya menggugurkan kandungan Dira.
Natalie terlupa jika Firman tidak butuh uang mereka, sebab ia seorang miliarder. Perusahaan yang dimilikinya tak kalah besar dengan perusahaan yang mereka miliki.
Dira's Jewels, bukan hanya memiliki anak cabang di satu kota. Tetapi di lima kota.
Bisa dibayangkan, seberapa banyak kekayaan yang dimiliki oleh Firman dan keluarganya.
Tentu saja Anton menolak dengan tegas kehendak Natalie. Ia tidak ingin bertindak gegabah, apalagi jika harus membunuh makhluk kecil yang tak berdosa.
Semalaman mereka beradu argumen dan belum menemukan keputusan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan Dariel yang cukup rumit, seperti benang kusut yang sukar terurai.
Mereka tidak menyadari jika Dariel sudah pergi dari rumah. Mungkin untuk sementara, atau ... selamanya.
Dariel terus melajukan kuda besi, menerobos kegelapan malam dan mengabaikan hawa dingin yang kian memeluk erat tubuh.
Satu keinginannya. Segera bertemu dengan Dira--sosok Hawa yang teramat dicinta.
Sial, ia berpapasan dengan sejumlah anak muda yang tergabung dalam geng motor.
Dariel enggan meladeni mereka yang seakan mencari perhatian dengan menggeber-geber mesin sepeda motor sambil mengayunkan pedang ke udara.
Bukan karena takut. Dariel hanya tidak ingin membuang waktunya untuk sesuatu yang un-faedah. Terlebih ada hal penting yang harus dia selesaikan bersama Dira. Malam ini juga.
"Woe, berhenti!" Salah satu dari mereka berteriak sambil mengejar Dariel yang melajukan sepeda motor semakin kencang. Sebut saja dia ... Gombloh. Ketua Geng Clingus.
Geng Clingus merupakan geng motor yang sangat terkenal di kota ini dan menjadi momok menakutkan bagi para pengendara sepeda motor atau pengendara mobil di malam hari.
Anak buah Gombloh tidak tinggal diam. Mereka turut berteriak dan mengejar Dariel.
"Woe, berhenti! Atau ku tebas lehermu." Lagi, Gombloh berteriak. Kali ini sambil memainkan pedang dan mengayunkannya ke arah Dariel, seolah-olah ia sangat lihai memainkan benda tajam itu.
Gombloh menganggap dirinya teramat hebat dan sanggup menaklukan pria yang dikejar.
Namun Dariel berhasil menghindar dan berhasil mengelabui mereka dengan memperdengarkan suara sirene polisi, sehingga mereka berhenti mengejar.
Dariel berusaha fokus melihat jalan di depan yang tidak lagi rata dan berkelok-kelok. Ia baru tersadar jika jalan itu bukan jalan menuju rumah Dira.
"Sial!" umpatnya sambil menambah kecepatan kuda besi.
Ia berhasil terlepas dari Gombloh dan anak buahnya. Namun mengambil jalan yang salah. Bukan jalan yang seharusnya dituju. Melainkan jalan menuju Desa Pule.
Aral tak dapat dicegah. Malang tak dapat ditolak.
Naas, roda kuda besi yang ditungganginya mengalami selip, sehingga keluar dari jalur yang semestinya dilalui dan terperosok ke dalam jurang.
Dariel berteriak--menyebut nama Dira, sebelum tubuhnya tergelincir bersama sepeda motor milik Andra.
Keinginannya untuk bertemu Dira malam ini telah pupus, bersama tubuhnya yang terhempas.
"Astaghfirullah hal adzim." Dira menekan dadanya yang tiba-tiba terasa nyeri. Seolah ada benda tajam yang menghujam ulu hati.
Pikirannya tak tenang. Teringat pada seseorang yang ingin sekali dilupakan dan ingin dihempas dari hidupnya.
"Please, Ra. Lupakan dia! Dia bukan untuk-mu dan kamu bukan untuknya." Dira bermonolog lirih sambil memejamkan sepasang mata. Menghempas seraut wajah tampan yang terus menari di pikiran.
🌹🌹🌹
Bersambung
Baru paham gue rasanya.