Belva Kalea harus menelan kekecewaan saat mengetahui calon suaminya berselingkuh dengan saudara tirinya tepat di hari pernikahannya. Bukan hanya itu saja, Glory diketahui tengah mengandung benih Gema Kanaga, calon suaminya.
Di sisi lain, seorang pengusaha berhati dingin bernama Rigel Alaska, harus menelan pil pahit saat mengetahui istrinya kembali mengkhianatinya. Disakiti berulang kali, membuat Rigel bertekad untuk membalas rasa sakit hatinya.
Seperti kebetulan yang sempurna, pertemuan tak sengaja nya dengan Belva membuat Rigel menjadikan Belva sebagai alat balas dendam nya. Karena ternyata Belva adalah keponakan kesayangan Roland, selingkuhan istrinya sekaligus musuhnya.
Akankah Rigel berhasil menjalankan misi balas dendam nya?
Ataukah justru cinta hadir di tengah-tengah rencananya?
Mampukah Belva keluar dari jebakan cinta yang sengaja Rigel ciptakan?
Ataukah justru akan semakin terluka saat mengetahui fakta yang selama ini Rigel sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 𝟯𝟮
"𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘱𝘢, 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦 𝘬𝘢𝘯𝘵𝘰𝘳 𝘈𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢 𝘊𝘰𝘮𝘱𝘢𝘯𝘺!"
Kalea menggeram kesal saat lagi-lagi Roland mengirim nya pesan singkat. Sudah lebih dari sepuluh kali om nya itu mengirimi Kalea pesan yang sama, yaitu mengingatkan jadwal Kalea untuk pergi ke kantor Alaska Company.
Roland benar-benar sudah melepaskan Kalea untuk memimpin perusahaannya sendiri. Ia hanya akan berada di balik layar jika sewaktu-waktu Kalea membutuhkannya.
Roland memiliki perusahaan sendiri yang kini dipegang Farez, rencananya ia akan mengambil alih perusahaan itu dan mengembalikan lagi namanya seperti semula, Aldero Corporation Entertainment. Sementara Farez, tentu saja ia akan kembali menjadi asisten Farez.
Sampai saat ini Kalea belum mengetahui jika Farez bukanlah pemilik sesungguhnya ACE. Entah bagaimana reaksinya nanti jika Kalea mengetahui selama ini perusahaan yang berkontribusi memajukan perusahaannya ternyata Omnya sendiri, bukan Farez.
"Tandangan doang, harus banget ya datang ke kantor nya?" Gerutu Kalea. "Kenapa gak sekalian kemarin aja, Dia emang niat banget ngerjain orang!"
Penandatanganan kontrak kerja sama mereka harusnya memang saat meeting kemarin, namun Rigel beralasan surat kontraknya ketinggalan dan tidak memungkinkan untuk ia mengambilnya. Entah itu alasan sebenarnya atau hanya sekedar alasan, hanya Rigel yang tahu.
Di sinilah Kalea saat ini, Alaska Company. Ia berdiri di depan kantor megah itu dengan mata yang menatap sekeliling. Tidak ada yang berubah, masih sama seperti tiga tahun yang lalu.
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘦 𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘭𝘢𝘨𝘪?"
Sangat berat untuk Kalea kembali lagi ke tempat itu. Banyak kenangan manis yang tercipta saat bersama Rigel. Walaupun singkat tapi sangat membekas. Namun kenangan buruk pun tak lekang dari ingatan, bahkan rasa sakitnya masih terasa hingga saat ini.
Kalea sangat ragu untuk melangkahkan kakinya. Bahkan sempat terbersit di kepalanya untuk pergi saja dari kantor itu. Namun, lagi-lagi ucapan Roland seperti menampar dirinya.
"𝘑𝘶𝘵𝘢-𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘺𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘱𝘶𝘯𝘥𝘢𝘬𝘮𝘶. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘦𝘨𝘰 𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪, 𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢! 𝘈𝘭𝘥𝘦𝘳𝘰 𝘎𝘳𝘶𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪, 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘭𝘰𝘺𝘢𝘭𝘪𝘵𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘥𝘪𝘬𝘢𝘴𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢."
Huhffff
Kalea menghela napasnya lalu perlahan menghembuskannya. "Aku pasti bisa!" Ucapnya menyemangati diri sendiri.
"Apa sesulit itu datang kembali ke tempat lama? Atau ... Kamu masih mengingat kenangan yang terjadi di sini?"
Kalea menoleh dengan cepat saat suara seseorang mengusik pendengarannya. Matanya mendelik tajam saat orang yang paling ia benci berdiri tepat di belakangnya.
"Hmmm ... Anda benar. Bahkan aku masih mengingat setiap kata penghinaan yang seseorang lontarkan untukku, di tempat ini."
Ucapan Kalea terdengar sangat lembut, namun sangat menyesakkan untuk Rigel. Setiap kata yang Kalea ucapkan bak godam yang menghancurkannya berkali-kali.
Rigel sangat paham, kesalahannya di masa lalu begitu besar. Tapi, tidakkah Kalea mau memberinya kesempatan? Tidak cukupkah selama tiga tahun ini ia terhukum rindu, bahkan nyaris terbunuh perasaannya sendiri.
Meeting room
Kalea menandatangani kontrak kerja sama antara Alaska Company dan Aldero Grup, begitu juga Rigel sebagai pihak ke-dua. Semuanya berjalan lancar di saksikan kuasa hukum kedua belah pihak yang ahli dibidangnya.
"Minggu depan kita akan melakukan cek lapangan," ucap Rigel.
"Baiklah, asisten ku yang akan mengurusnya nanti," balas Kalea.
Kalea tidak datang bersama asistennya saat ini, ia hanya ditemani kuasa hukum perusahaan yang datang menyusulnya.
"No, harus Kamu sendiri yang mengeceknya langsung!"
"Kenapa begitu? Bukannya bisa diwakilkan?"
Kalea memicingkan matanya, ia yakin pasti ini hanya akal-akalan Rigel saja.
Rigel menggelengkan kepalanya. "Harus Kamu!" Ucapnya tanpa bantahan.
"Tapi---"
"Tidak ada alasan, aku mau Kamu sendiri yang mengecek lapangan. Atau---" Rigel terlihat menyeringai.
"Atau apa?"
"Kerja sama ini kita batalkan."
Keduanya hening cukup lama. Sebenarnya Rigel hanya menggertak saja, padahal dalam hatinya ia takut jika Kalea akan mengiyakan ucapannya untuk membatalkan kerja sama mereka.
"𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘵𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘙𝘪𝘨𝘦𝘭.
Untung saja ketakutan Rigel tidak terjadi, karena wanita cantik itu menyetujui peraturan dari Rigel, walaupun terlihat terpaksa.
"Baiklah."
Kalea hanya bisa pasrah, karena lagi-lagi ia harus mengesampingkan egonya.
"Good girl's! Senang bekerja sama dengan Anda, 𝘕𝘰𝘯𝘢 𝘈𝘣𝘦𝘭." Rigel mengulurkan tangannya, seringai di wajahnya membuat pria itu terlihat menyebalkan di mata Kalea.
"Senang juga bekerja sama dengan Anda."
Rigel tergelak karena ekspresi Kalea yang terlihat sekali memaksakan senyumnya. Namun di matanya terlihat sangat menggemaskan.
Kalea sempat tertegun dengan tatapan yang sulit diartikan. Wajah Rigel yang sedang tertawa puas itu membuat jantungnya berdebar kencang.
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘵𝘢𝘮𝘱𝘢𝘯?" 𝘎𝘶𝘮𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳. "𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢, 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘒𝘢𝘭𝘦𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘮𝘱𝘢𝘯𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶𝘧𝘭𝘢𝘴𝘦, 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘵𝘶𝘱𝘪 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘴𝘶𝘬."
Kalea berlalu meninggalkan ruang meeting itu, sebelum Rigel menyadari wanita cantik itu sempat menatapnya terpesona. Namun sayangnya Rigel menyadari tatapan wanitanya itu.
"𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘬𝘶, 𝘈𝘣𝘦𝘭."
...----------------...
"Bi, Apa Om tidak pulang?"
Gema baru saja turun dari kamarnya, namun tidak melihat keberadaan om nya di mana pun.
"Pulang kok, Mas. Tapi pagi-pagi sekali Tuan sudah pergi lagi."
Gema menganggukkan kepalanya. Wajahnya terlihat sedikit kecewa karena tidak bisa bertemu dengan omnya, padahal banyak sekali hal yang ingin Gema tanyakan pada omnya itu.
"Apa dia tahu aku di sini, Bi?"
Bibi menganggukkan kepalanya. "Tahu kok, Mas. Bibi udah kasih tahu."
Gema menghembuskan napasnya kasar. Selalu seperti itu. Omnya itu selalu mengabaikannya. Bukan hanya mengabaikan Gema saja , semua keluarganya tidak pernah ia anggap keberadaannya.
"Sebenarnya dia kenapa, perasaan dulu tidak sedingin ini?"
Dulu, keduanya sangat dekat. Jarak usia Gema dengan om nya yang tidak terlalu jauh membuat keduanya terlihat seperti adik dan kakak. Namun entah penyebabnya apa, tiba-tiba omnya menjauh dan memutuskan untuk tinggal sendiri.
"Sebaiknya aku ke kantor nya saja."
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
rigel udh lega setelah meluapkan emosinya dan akupun jg ikutan lega krn semuanya telah terbongkar.., 😇
🤭👍❤🌹
Lalu ... awas aja kalau Gema berusaha untuk ngerebut Kalea dari Om Rigel/Curse/
Biar dia menua di penjara
om oland jodohmu datang itu 🤣🤣