NovelToon NovelToon
PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Pengantin Pengganti / Pengantin Pengganti Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Rubiana Adams, seorang perempuan jenius teknologi dan hacker anonim dengan nama samaran Cipher, terjebak dalam pernikahan palsu setelah dipaksa menggantikan saudari kembarnya, Vivian Adams, di altar.

Pernikahan itu dijodohkan dengan Elias Spencer, CEO muda perusahaan teknologi terbesar di kota, pria berusia 34 tahun yang dikenal dingin, cerdas, dan tak kenal ampun. Vivian menolak menikah karena mengira Elias adalah pria tua dan membosankan, lalu kabur di hari pernikahan. Demi menyelamatkan reputasi keluarga, Rubiana dipaksa menggantikannya tanpa sepengetahuan Elias.

Namun Elias berniat menikahi Vivian Adams untuk membalas luka masa lalu karena Vivian telah menghancurkan hidup adik Elias saat kuliah. Tapi siapa sangka, pengantin yang ia nikahi bukan Vivian melainkan saudari kembarnya.

Dalam kehidupan nyata, Elias memandang istrinya dengan kebencian.
Namun dalam dunia maya, ia mempercayai Cipher sepenuhnya.

Apa yang terjadi jika Elias mengetahui kebenaran dari Rubiana sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27. TAK ADA AMPUN

Siang itu, Raven bekerja di ruang bawah tanah rumah Elias, ruang khusus dengan peralatan forensik digital, komputer berlapis sistem enkripsi, dan layar-layar besar yang menampilkan data berkecepatan tinggi. Ia memeriksa ulang semua CCTV di sekitar area, termasuk milik tetangga sebelah.

Dari rekaman lain, ia menemukan sesuatu yang lebih mencurigakan: sebuah mobil SUV hitam berhenti di ujung jalan dua jam sebelum ledakan, dan seseorang di dalamnya tampak sedang mengamati rumah dengan kamera panjang.

Raven memerbesar gambar.

Meski wajah orang itu tidak terlihat jelas, tato kecil di lehernya cukup khas, simbol naga melingkar. Klasik.

Raven mengernyit. "Itu milik orang-orangnya Edward."

Raven menyimpan tangkapan layar dan naik ke atas untuk menemui Elias.

Elias sedang berdiri di balkon, menatap sisa halaman yang hancur karena ledakan. Raven menghampiri tanpa suara.

"Dia kirim pengintai duluan untuk melihat keadaan rumah," ujar Raven sambil memperlihatkan foto di tablet. "Orang ini ada di bawah Edward. Namanya Silas Cole. Dulu kepala keamanan pribadinya."

Elias menatap foto itu, bibirnya menegang. "Jadi dia awasi rumah sebelum serangan?"

"Ya. Dua jam sebelum mobil datang. Mereka pastikan Ruby ada di rumah," jawab Raven.

Raven menatap Elias lekat-lekat. "Edward ingin membuatmu takut kehilangan sesuatu. Tapi aku rasa dia lupa, kau tidak bekerja dengan rasa takut."

Elias menatap jauh ke depan, suaranya rendah tapi tajam seperti pisau. Ia menatap Raven, matanya gelap dan tenang. "Tidak. Aku bekerja dengan perhitungan. Kita akan balas. Tapi bukan dengan bom, bukan dengan darah di halaman. Kita balas dengan kehancuran yang tidak bisa dia perbaiki."

Raven menatapnya lama, lalu berkata pelan, "Aku tahu ekspresimu itu. Kau sudah punya rencana."

Elias tersenyum kecil, dingin, nyaris tak terlihat. "Aku akan membiarkan dia berpikir dia menang. Lalu perlahan, aku akan ambil segalanya. Reputasinya, perusahaannya, bahkan nama keluarganya."

Raven menatap Elias dengan ekspresi campuran antara kagum dan ngeri.

"Kau benar-benar akan menghancurkan dia dari dalam."

Elias berbalik ke arah layar besar di ruang tamu, menatap berita terbaru yang menampilkan wajah Edward Adams sedang diwawancarai media. Senyum angkuh pria itu terpampang lebar, seolah tak ada yang bisa menyentuhnya.

Elias mengangkat segelas air, menatapnya seperti menatap musuh yang jauh.

"Selamat menikmati kebebasanmu sementara, Edward," bisiknya pelan. "Karena ini hanya awal."

Malamnya, Raven kembali ke ruang bawah tanah, menutup semua berkas dengan label merah: CONFIDENTIAL - Operation Phoenix.

Ia tahu, itulah nama kode yang selalu dipakai Elias ketika ia merencanakan pembalasan besar. Orang-orang sepertinya tidak tahu kalau Elias adalah orang yang pendendam, siapa saja yang merugikannya akan pria itu balas sepuluh kali lipat.

Elias berdiri di balik kaca, mengamati Raven bekerja. Di wajahnya tidak ada emosi, hanya ketenangan yang terlalu hening untuk disebut manusiawi. Namun di balik ketenangan itu, ia tahu satu hal pasti: kali ini, ia tidak hanya membela nama baiknya. Ia sedang melindungi satu-satunya orang yang membuatnya merasa hidup kembali.

Dan untuk itu, ia akan menyalakan perang yang tak akan mudah dipadamkan.

...***...

Siang di kediaman Spencer masih beraroma besi dan debu, tapi di ruang bawah tanah kediaman Spencer, udara jauh lebih dingin dari luar.

Lampu putih menyala terang, memantulkan bayangan dua pria di balik kaca tebal: Raven berdiri tegak di dekat meja interogasi, dan di hadapannya duduk seorang pria dengan tangan terikat, kepala sedikit tertunduk; Harvey Quinn.

Bekas luka di pipi kirinya masih terlihat jelas, tapi kini wajah itu tampak jauh lebih tua, lebih rusak. Bibir pecah, napas berat, dan mata gelisah yang tak berani menatap lurus.

Dua pengawal pribadi Elias menjaga di kedua sisi ruangan, senyap, nyaris tak bergerak, hanya memantau setiap tarikan napas Harvey.

Raven meletakkan map berisi foto-foto puing mobil di atas meja. "Kau tahu ini mobil siapa, Harvey?"

Harvey menelan ludah, suaranya serak. "Aku ... aku hanya-"

"Jawab pertanyaanku," potong Raven, nadanya dingin. "Kau tahu mobil siapa itu?"

Harvey menarik napas berat, tapi tidak menjawab.

Raven menatapnya sejenak, lalu menarik kursi dan duduk berhadapan, kedua tangan bersilang di atas meja logam.

"Aku akan memberimu satu kesempatan," kata Raven perlahan. "Kalau kau berbohong, aku pastikan kau tidak akan pernah lagi melihat cahaya matahari."

Harvey menggigit bibir bawahnya. Keringat menetes dari pelipisnya meski ruangan itu ber-AC.

"Aku ... aku cuma disuruh," kata Harvey akhirnya. "Aku tidak tahu kalau mobil itu akan meledak-"

Raven mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. "Salah," potongnya.

Lalu Raven menyalakan layar kecil di samping meja, menampilkan rekaman CCTV yang sudah diperbesar. "Kau keluar dari mobil tiga detik sebelum ledakan. Tidak ada orang bodoh yang tidak tahu apa yang akan terjadi setelah itu. Jadi, Harvey, siapa yang menyuruhmu?"

Keheningan menekan udara.

Suara dengung mesin pendingin terdengar lebih keras dari napas siapa pun di ruangan itu.

Harvey akhirnya berbisik, nyaris tak terdengar. "Mr. Adams."

Raven bersandar di kursinya, tatapannya datar. "Edward Adams?"

Harvey mengangguk cepat, takut. "Dia ... dia meneleponku seminggu lalu. Katanya ada urusan lama yang harus 'diselesaikan'. Aku pikir itu cuma urusan logistik-"

"Dan kemudian?" tuntut Raven.

"Dia kirim orang bernama Silas Cole membawa paket logam berat. Aku tidak tahu isinya, tapi dia suruh aku masukkan ke bagasi mobil. Silas yang menyiapkan pemicunya. Aku cuma disuruh bawa mobil itu ke depan rumah Lorenzo dan pergi begitu saja," jawab Harvey jujur.

Raven memiringkan kepala sedikit. "Begitu saja?"

"Ya," kata Harvey dengan napas berat. "Dia bilang ... dia bilang itu cuma pesan peringatan. Tidak akan ada yang terluka."

Raven menatapnya lama, kemudian tertawa pendek, dingin, tanpa humor. "Pesan peringatan yang bisa membunuh siapa pun yang lewat pagar itu? Kau pikir aku percaya?"

Harvey menunduk, bahunya bergetar. "Aku tidak punya pilihan! Dia bilang kalau aku menolak, keluargaku akan dibunuh."

Suasana sunyi kembali.

Hanya langkah sepatu yang mendekat dari arah pintu, Elias Lorenzo masuk dengan jas hitam, wajah tegas tanpa ekspresi. Semua orang di ruangan otomatis diam.

Elias tidak langsung bicara. Ia berjalan perlahan ke arah Harvey, memutar kursi lalu duduk di depannya. Tatapannya tajam, tenang, tapi penuh tekanan.

"Harvey Quinn," katanya akhirnya. "Kau dulu sopir Edward, bukan?"

Harvey mengangguk cepat. "I-ya, Sir."

Elias menatap matanya lurus. "Kau tahu aku siapa?"

Harvey menelan ludah. "Tentu saja, Mr. Spencer. Semua orang di Adams Group tahu nama Anda. Anda juga menikahi Miss. Vivian."

Elias mengangguk tipis. "Bagus. Maka kau juga tahu, aku tidak menyukai kebohongan."

Harvey mencoba menunduk, tapi Elias mencondongkan tubuh, suaranya menurun satu oktaf, menekan.

"Kau menyiapkan bom itu?"

"Tidak, Sir! Aku cuma mengantar-"

"Dan kau tahu wanitaku ada di rumah kemarin?" geram Elias.

Harvey terdiam. Tangannya bergetar.

Elias memersempit matanya. "Jawab."

Harvey menarik napas berat, lalu mengangguk pelan. "Silas bilang, kalau targetnya bukan Anda. Tapi, seseorang yang ada di rumah itu."

Raven menatap tajam, sementara Elias diam selama beberapa detik.

Ketika ia bicara lagi, suaranya lebih lembut, tapi jauh lebih menakutkan. "Kau tahu siapa orang itu?"

Harvey menggeleng cepat, berbohong. Tapi Elias mencondongkan diri, jarak mereka kini hanya beberapa inci. "Jangan main aman denganku, Harvey. Aku bisa tahu kapan seseorang berbohong hanya dari denyut nadinya."

Harvey akhirnya pecah. "Gadis itu!" katanya cepat. "Dia bilang gadis itu, putri Edward! Katanya kalau dia tidak dibungkam, semua orang akan tahu kebenarannya!"

Kata-kata itu menggantung di udara.

Raven menatap Elias, yang kini duduk tegak kembali dengan wajah tanpa ekspresi. Tapi di balik diamnya, amarah itu nyata, mengalir tenang seperti bara di bawah es.

Elias berdiri, mengancing jasnya perlahan. "Keluarkan dia. Bawa ke lokasi aman. Jangan bunuh dulu, aku ingin dia hidup sampai Edward tahu kita tahu," katanya berusaha menahan amarah.

Raven memberi isyarat, dua pengawal menarik Harvey keluar dari ruangan.

Begitu pintu tertutup, Elias memejamkan mata sejenak. "Dia ingin membungkam anaknya sendiri," katanya pelan, seperti bicara kepada dirinya sendiri. "Betapa menjijikkannya."

Raven mendekat, menatap Elias dengan hati-hati. "Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"

Elias menatap lurus ke dinding kaca. "Aku akan ambil segalanya dari dia. Tapi untuk sekarang, aku hanya ingin memastikan Ruby aman."

Malam menjelang.

Rumah besar itu kembali tenang, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Tapi bagi Elias, setiap langkah menuju pintu depan terasa berat, seperti membawa sisa gelap dari ruang interogasi bersamanya.

Ketika ia membuka pintu, aroma lembut segera menyambutnya, aroma wortel rebus dan sedikit madu. Hangat. Manis. Menenangkan.

Ia berjalan perlahan ke arah dapur, dan di sanalah ia melihatnya.

Ruby.

Gadis yang sekarang seolah menjadi angin segar di hidup Elias.

1
Jelita S
akhirnya ketahuan jga,,,tpi GK PP lh
Deyuni12
hahaha
antara kasian n seneng liat ekspresi Rubi.
kasian karena d bohongin kondisi Elias,seneng karena akhirnya Elias tau siapa Rubi sebenarnya.
😄
Mineaa
wuaaaahhh.... Ruby......hayo lho ketauan....
hemmmm....kira kira Ruby mo di kasih
" HADIAH ' apa ya sama Elias....😁🔥
Archiemorarty: Hadiah nggak tuh /Facepalm/
total 1 replies
Miss Typo
sudah ku dugong, Ruby hanya di bohongin karna mau membongkar, kalau dia dah ketahuan seorang Chiper, dari bolak balik Revan dan Elies tlpn ke dua kontak Ruby, sebagai Ruby dan Chiper 😁.
tapi tak kirain tadi Elies pura² terluka ternyata enggak 😁
Miss Typo: eh setelah aku buka ig, ternyata udah follow 😁
total 5 replies
Ma Em
Akhirnya Elias dan Raven tau bahwa Ruby adalah Chiper yg selalu membantu Elias .
Pawon Ana
aku jadi ingat novel pertamamu Thor (Lily dan Rion) tapi yang paling menguras emosi tentang novel Rosetta ( chapter2 akhir tentang pembalasan Rion) 😍
Pawon Ana: iya aku bacanya juga lebih banyak nangisnya, tapi keren banget novelnya
dulu aku bacanya di apk noveltoon💪
total 2 replies
Miss Typo
akhirnya Elias tau kalau Ruby tuh Chiper orang yg selama ini membantunya
PengGeng EN SifHa
PECAH GENTONG juga akhirnya...ELIAS mengetahui siapa CHIPER...POINT PENTING yang q tunggu dr awal cerita.
Archiemorarty: Ehmm...gimana ya /Chuckle/
total 3 replies
Pawon Ana
wes selanjutnya kutunggu 😍💪
Archiemorarty: Update selanjutnya udah ready di jam 6 nanti ya kak 🥰
total 1 replies
Pawon Ana
narasi terakhir,apa mungkin Elias sudah curiga tentang Rubiana si chiper
Archiemorarty: Nah...bisa jadi itu /Slight/
total 1 replies
Deyuni12
huaaa
Elias tau Rubi adalah chiper,,hm
apa yg akan Rubi katakan setelah ini semua
Miss Typo
gmn ekspresi Elias dgn Raven dan apa yg akan mereka lakukan setelah tau Chiper itu ternyata Ruby
Miss Typo: waaah jadi penasaran 😁
total 4 replies
Deyuni12
haaa
Rubiiii tolong jujurlah sama Elias,apa susahnya sh.
biar xan jadi punya planning lebih untuk menghadapi si adams family itu,,hadeeeh
syusah banget sh Rubi 🥺
Jelita S
dasar si adonan anak sendiri mau dihancurkan
Archiemorarty: Adonan itu siapa lagi? Edward? bisanya jadi adonan /Facepalm/
total 1 replies
Ir
kediaman Spencer kak Archie sayang dan Elias Spencer, move on dulu dari bapak Rion, dirimu mau di jadiin manusia geprek sama Rosetta
Archiemorarty: astaghfirullah ya Allah maapkan othor gagal move on ini dari bapak Rion, mana kalau ngetik pas ngantuk /Sob/
total 1 replies
Ir
seorang anak ga boleh durhaka sama orang tua, kaga bisa!! apalagi modelan ortu nya kaya Edward ini, rasanya pengen aku maki² bila perlu aku seret aku tenggelamkan ke laut Selatan biar di caplok sama nyi blorong sekalian
Archiemorarty: Bener, sampai iblis aja sungkem sama kelakuan manusia sekarang ini/Smug/
total 3 replies
Miss Typo
semoga Ruby,Elias,Raven gak akan ada yg terluka.
makin penasaran dgn lanjutannya
Archiemorarty: Sabar yah menunggu update othor /Slight/
total 1 replies
Ariany Sudjana
ruby, Ayo kamu jujur sama Elias dan raven, siapa kamu sebenarnya, sehingga kalian bisa kerja dalam satu tim. kasihan Elias dan raven tidak bisa fokus, karena harus menjaga kamu juga
Deyuni12
tolong jaga Rubi y Elias,jangan biarkan dia terluka untuk yg k sekian xnya
Deyuni12: waaah
terima kasih y bapak Elias gak pake Pical tapi y 🤭🤭🤭🤣
total 2 replies
Miss Typo
makin menegangkan tapi makin seru dan makin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!