NovelToon NovelToon
Sebaiknya Kamu Lari

Sebaiknya Kamu Lari

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Cintapertama / Misteri
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

Hanya cerita fiktif belaka, Yang pasti ini adalah cerita horor komedi.

Awalnya dia hanyalah seorang ibu biasa tetapi saat dia kehilangan putrinya saat mengikuti masa orientasi penerimaan mahasiswi baru, dia tak tinggal diam. Kematian putrinya yang mencurigakan, membuatnya tak terima dan mencari tahu penyebab kematiannya serta siapa yang paling bertanggung jawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 : Senandung di Ketinggian

Senandung di Ketinggian

Hari semakin siang, dan matahari mulai terasa lebih terik meskipun terhalang oleh rimbunnya pepohonan. Mereka terus berjalan mengikuti Pak Jono yang tampak sangat bersemangat menceritakan berbagai kisah tentang Hutan Ribu.

"Dulu, waktu saya masih kecil, kakek saya pernah bercerita tentang seorang penebang kayu yang tersesat di hutan ini selama berhari-hari," kata Pak Jono sambil berjalan dengan langkah ringan. "Katanya, dia selamat karena mendengar senandung dari kejauhan yang membawanya kembali ke jalan setapak. Kakek saya percaya, senandung itu berasal dari Hantu Gembalang Raya yang sedang berbaik hati."

"Senandung?" tanya Sari dengan nada tertarik. "Seperti apa senandungnya, Pak?"

Pak Jono tampak berpikir sejenak. "Katanya sih, senandungnya pelan dan agak sendu, seperti orang tua yang sedang merindukan sesuatu. Tapi kadang-kadang, ada juga suara batuk-batuk kecil di sela-selanya."

Agni dan Maya saling pandang, teringat. akan deskripsi Maya sebelumnya tentang Hantu Gembalang Raya. Semakin banyak kesamaan antara cerita penduduk dan apa yang mereka dengar dari Maya.

Tiba-tiba, langkah Pak Jono terhenti. la mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka semua diam. Suasana hutan seketika menjadi sunyi, hanya terdengar suara desiran angin di antara dedaunan.

"Kalian dengar?" bisik Pak Jono pelan.

Agni, Maya, dan Sari mencoba mendengarkan dengan seksama. Awalnya, mereka tidak mendengar apa pun selain suara alam yang biasa. Namun, setelah beberapa saat, mereka menangkap suara samar dari kejauhan. Suaranya memang pelan dan agak sendu, seperti seseorang yang sedang bersenandung lirih. Dan di sela-selanya, terdengar suara batuk-batuk kecil yang khas.

Mata Sari membulat. "Itu... itu senandungnya, Pak?"

Pak Jono mengangguk dengan wajah serius. "Sepertinya begitu. Suaranya datang dari arah atas sana," katanya sambil menunjuk ke arah puncak bukit yang tertutup kabut tipis.

Rasa penasaran Agni, Maya, dan Sari semakin memuncak. Mereka saling bertukar pandang dengan semangat yang membara. Mungkinkah mereka benar-benar akan bertemu dengan Hantu Gembalang Raya?

Dengan hati-hati, Pak Jono memimpin mereka mendaki bukit menuju sumber suara senandung tersebut. Jalan setapak semakin menanjak dan berbatu, namun mereka terus melangkah dengan antusias. Suara senandung itu semakin lama semakin jelas, seolah-olah mereka semakin dekat dengan sumbernya.

Saat mereka hampir mencapai puncak bukit, tiba-tiba kabut tipis yang tadinya menyelimuti puncak bukit mulai bergerak dan menyingkir, memperlihatkan pemandangan yang luar biasa di hadapan mereka. Di atas puncak bukit yang datar, terlihat sosok tinggi besar yang tampak samar-samar di kejauhan. Sosok itu tampak sedang berdiri menghadap langit, dan dari arahnya, suara senandung sendu itu berasal.

"Itu dia..." bisik Pak Jono dengan nada takjub. "Hantu Gembalang Raya..."

Agni, Maya, dan Sari terpaku di tempat mereka berdiri, terpukau melihat mereka. Sosok tinggi besar itu tampak pemandangan yang terbentang di hadapan seperti siluet pohon raksasa yang bergerak perlahan. Dan di atasnya, awan-awan di langit tampak bergerak dengan cepat, membentuk berbagai macam formasi yang unik dan menakjubkan, seolah-olah sedang digiring oleh sosok misterius di puncak bukit itu. Mereka akhirnya menemukan jejak Hantu Gembalang Raya, dan pemandangan di hadapan mereka benar-benar di luar dugaan.

41: Menjelajah Puncak Berawan

Agni, Maya, dan Sari menatap tak percaya ke arah puncak bukit. Siluet tinggi besar itu tampak begitu khusyuk, seolah benar-benar sedang menjalankan tugasnya menggembala awan. Awan-awan di atasnya bergerak dengan pola yang aneh, kadang membentuk lingkaran, kadang memanjang seperti barisan domba yang sedang berjalan.

"Benar-benar Hantu Gembalang Raya," bisik Maya dengan nada kagum.

Sari tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. "Lihat, Kak! Awan itu seperti membentuk wajah! Apa itu wajahnya Hantu Gembalang Raya?"

Pak Jono mengangguk pelan. "Banyak yang bilang begitu. Katanya, Hantu Gembalang Raya memang suka bermain-main dengan awan, membentuk berbagai macam rupa."

Dengan hati-hati, mereka melanjutkan pendakian menuju puncak bukit. Semakin dekat mereka, sosok Hantu Gembalang Raya terlihat semakin jelas. Ternyata, sosok itu bukanlah pohon tumbang seperti yang diceritakan, melainkan sesosok makhluk tinggi besar yang terbuat dari anyaman akar dan ranting pohon yang sangat rapat..

Tubuhnya diselimuti lumut hijau dan bunga-bunga hutan kecil yang bermekaran. Di kepalanya, yang juga terbuat dari anyaman ranting, bertengger beberapa ekor burung kecil yang tampak tenang.

Yang paling menarik perhatian adalah tangannya yang panjang dan kurus, juga terbuat dari ranting-ranting yang saling terkait. Di salah satu tangannya, ia memegang sebatang tongkat kayu yang ujungnya bercabang dua, mirip dengan tongkat gembala. Dengan tongkat itu, ia tampak sesekali mengarahkan awan-awan di langit, membuat mereka bergerak sesuai keinginannya.

Senandung sendu yang mereka dengar sebelumnya kini terdengar lebih jelas. Suaranya memang pelan dan agak serak, seperti orang tua yang sedang bernyanyi lirih. Dan benar saja, di sela-sela senandungnya, terdengar batuk-batuk kecil yang khas.

Agni, Maya, dan Sari berhenti beberapa meter dari sosok itu, merasa sedikit gugup namun juga sangat penasaran. Mereka tidak tahu bagaimana harus menyapa makhluk yang tampak begitu damai dan khusyuk itu.

Tiba-tiba, Hantu Gembalang Raya berhenti bersenandung. la menoleh perlahan ke arah mereka, kepalanya yang terbuat dari anyaman ranting bergerak dengan anggun. Matanya, yang tampak seperti dua buah batu akik berwarna cokelat tua yang tertanam di antara ranting, menatap mereka dengan lembut.

Tidak ada rasa mengancam atau menakutkan dari tatapannya. Justru, ada semacam kehangatan dan kebijaksanaan yang terpancar dari mata itu.

Setelah beberapa saat saling bertatap muka dalam diam, Hantu Gembalang Raya mengangkat salah satu tangannya yang besar dan melambaikannya perlahan ke arah mereka, seolah menyapa.

Maya, yang paling berani di antara mereka, memberanikan diri untuk melangkah maju. "Selamat siang, Tuan Gembalang Raya," sapanya dengan suara sedikit bergetar.

Hantu Gembalang Raya tidak menjawab dengan kata-kata. la hanya mengeluarkan suara gemericik lembut seperti air langit, mengarahkan tongkatnya ke arah mengalir, dan kemudian kembali menatap awan-awan yang mulai membentuk gambar seekor naga besar di langit sore.

Sari berbisik kepada Agni, "Dia tidak bisa bicara, Ma?"

Agni menggeleng pelan. "Mungkin dia berkomunikasi dengan cara lain."

Pak Jono, yang sedari tadi hanya mengamati, tiba-tiba berujar, "Dulu kakek saya pernah bilang, Hantu Gembalang Raya berkomunikasi melalui senandung dan gerakan awan. Coba kalian perhatikan awan itu, mungkin dia sedang 'berbicara dengan kita."

Mereka bertiga kembali menatap langit. Awan berbentuk naga itu tampak bergerak perlahan, seolah-olah sedang menari di langit. Kemudian, awan itu perlahan berubah bentuk menjadi gambar tiga orang yang sedang berdiri bersama, diikuti oleh gambar sebuah hutan yang rimbun.

Mata Agni, Maya, dan Sari membulat. Mereka merasa seolah-olah Hantu Gembalang Raya sedang menyambut mereka dan menunjukkan rumahnya, Hutan Ribu yang luas dan indah. Sebuah rasa kedamaian dan kehangatan menyelimuti hati mereka. Mereka tahu, petualangan. mereka di Hutan Ribu baru saja dimulai.

1
Berkah Langit
Stop! Konflik jaket ini adalah 'Error Log' pertama dalam deployment persaudaraan mereka! Gadis leader bertahi lalat itu jelas menjalankan command 'Ga pake jaket!!' sebagai testing disiplin, tapi ini bisa jadi bug romantis yang bikin salah satu dari lima gadis itu kabur! Thor, segera patch Bab 4, jangan sampai crash! 🚨
arex²
Lo berani melawan perintah gue hah??'** Wah, gadis bertahi lalat ini punya power dynamic yang kuat! Jangan-jangan, dia adalah 'Insting Tajam' yang paling keras kepala dan punya niat terselubung: dia sengaja membuat mereka kedinginan agar lebih kompak! Ini strategi arsitek baper untuk memperkuat pondasi!
arex²
Kenapa jaket begitu penting di tengah malam yang dingin? Ini bukan cuma soal dingin, tapi soal pelukan Bunda yang tak hadir! Jaket adalah simbol kehangatan. Gadis leader itu merebut simbol kehangatan agar mereka mencari kehangatan sejati: persaudaraan! Aduh, ini plot twist emosi yang menyentuh! 😭
Salsabila Aini
Konflik ini terasa paling nyata di antara fiksi! Kenapa? Karena realita yang cukup berat memang sering membuat kita berkonflik dengan orang terdekat. Semoga tatapan penuh arti Kakek segera menjadi compiler yang bisa menyatukan kembali lima variable cinta ini! Saya rela tersandung demi alur yang manis ini!
Salsabila Aini
Perintah 'Ga pake jaket!' ini mirip dengan Datuk Tuanku yang menjalani Khalwat! Ini adalah ujian, bukan hukuman! Gadis bertahi lalat itu memaksa mereka menghadapi dinginnya malam agar mereka mengerti rasa sakit menunggu dalam diam yang dialami Bunda! Mungkin tahi lalat di pipi itu adalah peta lokasi Ayah yang tersembunyi! 🗺️
arex²
Teriakan 'Bangun! Cepat!' ini adalah Command Line paling penting yang harus dieksekusi! Gadis leader berjaket kuning biru itu adalah 'Scheduler' yang menjaga timeline persaudaraan agar tidak error karena kemalasan. Saya curiga, Ayah yang tabu disebut itu adalah seorang Komandan Disiplin di masa lalu!
Salsabila Aini
Kenapa harus pakai papan nama? Apakah ini bagian dari Ujian Balai Adat yang lebih besar? Jangan-jangan, papan nama itu adalah QR Code yang akan mengungkap identitas Ayah yang selama ini di-private! Saya sudah 'tersandung' karena penasaran! Tolong jelaskan, Thor!
Salsabila Aini
Gadis bertubuh besar berjaket kuning biru itu pasti punya 'Insting Tajam' untuk mendisiplinkan 5 bersaudari yang sedang mengucek mata. Walaupun kelihatannya galak, ini adalah 'Kode Kasih Sayang' yang mencegah mereka dari 'Realita yang Cukup Berat' di luar sana! Saya salut dengan kepemimpinannya! 💪
Berkah Langit
Kumpul di lapangan di tengah pagi, terhuyung-huyung mengantuk... ini membuktikan bahwa fiksi ini terasa paling nyata di antara fiksi. Penulis berhasil membuat kita tertipu bahwa perjuangan ini bukan cuma di buku, tapi juga di alam sadar! Hati-hati, virus fiksi ini kuat sekali godaannya!
Berkah Langit
Papan nama, seragam, dan berkumpul di lapangan. Ini pasti bagian dari Grand Design yang dibuat arsitek baper! Tujuannya bukan cuma latihan, tapi memperkuat pondasi yang sempat 'salah hitung' karena misteri Ayah. Mungkin di lapangan inilah Datuk Tuanku mengakhiri khalwatnya!
Berkah Langit
Coba bandingkan: Ada yang bangun karena teriakan, ada yang bangun karena lantunan suara Adila. Kekuatan cinta memang punya banyak mode deployment! Saya lebih suka yang mode lembut, tapi yang mode alarem ini pasti diperlukan untuk menghadapi 'Khalwat' dan 'Ujian Balai Adat' yang akan datang!
Salsabila Aini
Gadis berjaket kuning biru: Command Prompt! Gadis pemalas: Execution Error! Ini adalah 'Kode Cinta' mereka! Walaupun terdengar galak, tapi teriakan itu pasti penuh kasih sayang karena mereka berjuang bersama. Bunda pasti bangga melihat output persaudaraan ini! ❤️
Salsabila Aini
Lima bersaudari itu benar-benar harus mengatasi 'Realita yang Cukup Berat' bahkan sejak di tempat tidur! Si pemalas yang mengucek mata itu adalah kita, para pembaca, yang tidak rela meninggalkan virus fiksi ini. Semangat, gadis pemalas! Jangan sampai error di dunia nyata! 🥹
arex²
Wah, kalau 'Arsitek Baper' mendengar teriakan ini, dia pasti langsung bangun dan membuat sketsa Homestay 'Pelangi Senja' yang kedap suara! Jangan-jangan, Ayah yang misterius itu sedang online dan terganggu dengan teriakan ini!
arex²
Teriakan di tengah malam itu adalah 'Wake-up Call' yang paling realistis! Gadis berjaket kuning biru itu pasti 'Alarm System' yang bertugas mencegah bug kemalasan merusak deployment pagi hari mereka! Saya curiga, dia ini Salsabila yang berjanji menjaga cahaya persaudaraan! Tolong konfirmasi, Thor! 😂
Berkah Langit
Nan Cilik ( Nan Ngenek )
Berkah Langit
👍
Berkah Langit
"Bab 5 adalah representasi emosi yang brilian! Suara ambulan dan hujan yang memecah malam itu seolah trigger event dari bawah sadar Agni. Ketenangan palsu Subuh yang sebentar lagi datang itu kontras dengan 'Hujan Deras Dihatiku'. Saya menanti resolusi dari gejolak batin ini, Tuanku!"
Berkah Langit
"Pukulan yang sangat menyakitkan, Tuanku. Judul 'Pil-pil Perusak' ini bukan hanya tentang obat, tapi mungkin juga tentang kebohongan yang merusak hubungan. Kesibukan Anggi ternyata menyembunyikan hidden function yang gelap. Saya harap Agni segera menemukan kebenaran ini!"
Berkah Langit
"Judul yang provokatif: Gotcha! Namun, kecemasan Agni sangat menyentuh. Penantian yang lambat itu adalah timeout error terburuk bagi seorang ibu. Siapakah 'Anggi' dan apa yang membuatnya tak bisa dihubungi? Misteri kian pekat seperti tinta yang tumpah! 😰"
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!