Kembali Ke Masa Lalu

Di sinilah kita, dunia seolah hening,

Hanya semilir angin berbisik perlahan.

Cahaya lembut memeluk ruang bening,

Di matamu, kutemukan ketenangan.

Tak perlu kata yang merangkai janji,

Cukup genggam tanganmu yang hangat.

Hening ini jauh lebih berarti,

Dari riuh rendah suara yang terlewat.

Senyummu adalah peta hatiku,

Menuntun pada damai yang begitu berarti.

Dalam kebersamaan yang utuh selamanya,

Semua bimbang perlahan pergi.

Setiap hela napas adalah anugerah,

Merayakan hadirmu di sisiku kini.

Momen sederhana penuh gelora indah,

Cinta tak bersyarat, di sini, aku ingin semua abadi.

Keheningan dalam kereta kuda itu menyimpan makna tersendiri untuk Ciara juga Pangeran Jordan.

Mereka saling menatap tanpa ada ada kata yang terucap, namun dari tatapan mereka masing-masing, begitu menyimpan banyak kata yang ingin terucap.

"Istri ku... " gumaman kecil Pangeran Jordan seperti menghentikan waktu untuk mereka berdua.

Ciara menatap manik hijau Pangeran Jordan yang saat ini juga menatap nya dengan penuh damba.

Tes..

Tes..

Tes..

Setelah mengerti dengan gumaman kecil Pangeran Jordan air mata Ciara berderai deras dengan sendiri nya.

Greeepppp... pelukan hangat penuh kerinduan tak bisa di tahan lagi, Pangeran Jordan memeluk erat tubuh Ciara yang saat ini bergetar karna isak tangis nya.

"Istri ku.. maafkan aku.. maafkan aku karna dulu tak bisa melindungi mu, maaf kan aku karna dulu membiarkan seseorang membunuh mu.. maafkan aku karna dulu aku belum sempet memperlakukan mu dengan benar" Pangeran Jordan terus meminta maaf pada Ciara.

Sementara Ciara.. dia kehabisan kata-kata, Ciara pikir hanya dirinya yang kembali ke masala lalu, Ciara pikir dirinya akan berjuang seorang diri.

"Istri ku.. aku berjanji.. mulai saat ini aku akan selalu ada untukmu, aku akan selalu melindungi mu, aku akan membunuh siapapun saja yang telah menyakiti mu dulu, aku akan membalas semua rasa sakit mu" Pangeran Jordan terus memeluk tubuh Ciara tanpa mau melepaskan nya.

"Sejak kapan kamu mengingat semuanya??" hanya pertanyaan itu saja yang Ciara pertanyakan.

"Sejak kamu kembali, aku pun sama kembali seperti dirimu" tanpa melepaskan pelukan nya Pangeran Jordan menjawab pertanyaan Ciara.

Ciara melepaskan pelukan nya dari Pangeran Jordan, lalu menatap mata Pangeran Jordan lekat.

"Jika kamu sudah tau aku kembali.. kenapa kamu berpura-pura tak mengenal ku??" Ciara agak kesal karna merasa di permainkan.

"Maafkan aku.. aku hanya ingin tau, apakah istri ku ini akan sama seperti dulu, tapi ternyata sekarang Istri ku ini sangat pintar" Pangeran Jordan memuji kepintaran Ciara.

"Orang bodoh kamu sebut pintar!!" Ciara heran dengan penilaian Pangeran Jordan.

"Jangan ucapkan kata bodoh di hadapan ku, karna yang aku tau Istri ku ini sangat pintar.. karna Istri ku sangat pandai mengelabui orang-orang" Pangeran Jordan berucap sambil mencubit gemas pipi mulus Ciara.

"Sakit.... " Ciara meringis karna pipinya benar-benar sakit.

"Maaf maaf, aku terlalu gemas padamu sayang" dengan lembut Pangeran Jordan mengelus-elus pipi mulus Ciara.

Bluusss... seketika pipi Ciara memerah, Ciara salah tingkah atas perlakuan Pangeran Jordan terhadap nya.

"Istri ku apa kamu sakit!! kenapa pipi mu memerah?" dengan polos nya Pangeran Jordan menanyakan perihal pipi Ciara yang memarah.

Tentu saja pertanyaan nya itu membuat Ciara semakin salah tingkah.

"Dasar pria tak peka" Ciara menenggelamkan wajah nya di dada bidang Pangeran Jordan.

"Sayang jangan berulah.. " tiba-tiba saja suara Pangeran Jordan berubah serak.

Ciara mendongak, menatap Pangeran Jordan yang saat ini menatap nya juga, pandangan mata mereka bertemu.

Dan entah sejak kapan wajah mereka semakin berdekatan, hembusan nafas menerpa wajah mereka masing-masing.

Hingga tinggal beberapa senti lagi bibir mereka akan menempel, membuat udara di dalam kereta kuda berubah menjadi panas.

"Pangeran kita telah sampai.. " mendengar panggilan Dru Ciara refleks memundurkan wajah nya, namun Pangeran Jordan masih di posisi yang sama dengan mata tertutup.

"Pangeran aku harus turun.. " Ciara menyadarkan Pangeran Jordan, hingga matanya terbuka kembali.

Ciara pelepasan tubuh nya dari pelukan Pangeran Jordan, dan dia segera bersiap-siap untuk turun dari kereta kuda.

Greeppp... tiba-tiba saja Pangeran Jordan memegang tangan nya, lalu menarik Ciara kembali masuk dalam pelukan nya.

"Pangeran.. aku harus segera kembali.. "Ciara merasa jantung nya sudah tidak aman.

"Panggil aku Suami ku, " pinta Pangeran Jordan pada Ciara.

"Tapi kita belum men..

Cup.. satu kecupan mendarat tepat di bibir tipis Ciara, hingga Ciara tak dapat melanjutkan ucapan nya.

Pangeran Jordan hanya mengecup nya saja, karna tak ada gerakan lain di kecupan itu.

"Kita sudah menikah.. kamu adalah Istri ku, mau itu dulu atau sekarang.. hanya kamu satu-satunya yang akan menjadi Istri ku" bisik lembut Pangeran Jordan tepat di telinga Ciara.

"Bisa kan panggil aku dengan sebutan itu??" Pangeran Jordan tetap ingin di panggil dengan sebutan suami ku oleh Ciara.

Tanpa bisa menolak serta melawan Ciara pun menyetujui nya.

"lepas kan aku.. aku harus segera pergi.. Suami ku" bisik pelan Ciara di saat mengatakan kata suami ku.

Pangeran Jordan puas karna Ciara menuruti keinginan nya, maka dengan enggan dia melepaskan Ciara, dan mengijinkan nya untuk segera pulang.

"Istri ku.. ingat lah, ini adalah rahasia kita berdua" setelah mengucapkan kata tersebut, Pangeran Jordan segera mengijinkan Ciara untuk segera turun dari ketera kudanya.

………………………………………………

"Aaaaaarrrggghhh.... kurang ajar.. kenapa semua nya gagal kembali, kenapa semua rencana ku selalu saja gagal?" Mariana kini sedang mengamuk di kamar nya.

Praankk

Praankk

Pyaaarrr..

"Bisa-bisa gadis bodoh itu di selamat kan oleh Pangeran Jordan, sial sial sial.. " Mariana melemparkan barang apa saja di hadapan nya.

"Bisa-bisa Abra marah besar padaku karna masalah ini, aaaaarrrrrggghhhh... " Mariana terus menggerutu kemudian menjerit-jerit.

Sudah dapat di pastikan Abra akan marah besar kepada nya, karna Abra selalu memintanya untuk selalu hati-hati.

Tapi kali ini ulah nya malah di ketahui oleh Pangeran Jordan, nanti pasti nya Abra akang sangat marah besar kepadanya.

"Gadis bodoh itu kenapa akhir-akhir ini selalu beruntung? aku harus menemui peramal hebat, aku tidak mau jika terus seperti ini, aku tidak mau rencana yang sudah ku susun rapi itu gagal, aku tidak ingin jika gadis bodoh itu mendapatkan dukungan dari Pangeran Jordan" Mariana terus mondar-mandir marah-marah tak jelas.

dia juga berbicara sendiri bagai kan orang gila, belum lagi dia menghancurkan semua isi kamar nya.

Jika kejadian di kamar nya ini di lihat oleh Abra, sudah dapat di pastikan dia akan mendapatkan kemarahan lebih besar lagi dari Abra.

Karna Abra begitu membenci orang yang tak bisa mengontrol emosi nya.

Yah... bersambung.