Niatnya ingin bertemu teman lama, Anne malah salah masuk kamar. Bukan bertemu teman malah bertemu lawan.
Sky dalam pengaruh obat merasa tenang saat seorang wanita masuk ke kamarnya. Ia pikir wanita ini telah di atur oleh asistennya untuk melepaskan hasratnya.
Anne memberontak saat Sky menarik dan menciumnya secara paksa. Tenaganya jelas tidak sebanding dengan pria ini. Sekuat tenaga memberontak pada akhirnya Anne hanya bisa pasrah. Kesuciannya diambil oleh orang yang sangat ia benci.
**
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Apa yang akan Sky lakukan saat tahu Anne hamil anaknya? Menikah atau ada opsi lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Tanpa Cinta
Sejak malam Sky tidak bisa tidur, hatinya gelisah memikirkan hari esok dimana pernikahannya akan berlangsung. Tidak ada rasa senang dihatinya, yang ada rasa kecewa kenapa dirinya harus terjebak dalam hidup seperti ini.
Selain karena pernikahannya, rasanya ada hal lain yang mengganjal. Seperti akan ada sesuatu yang kembali menimpanya.
"Anne... " ucapnya lirih. "Dia tidak mungkin melahirkan saat aku menikah kan?" pikir Sky mendadak takut sekali anaknya lahir saat dirinya tengah menikah.
"Tidak, semoga itu tidak terjadi. Anakku pasti akan membenciku seumur hidupnya jik benar dia lahir saat aku menikahi wanita lain."
Sky mencoba menenangkan diri. Menyakinkan itu hanya overthinking nya saja. Lagi pula ini belum waktunya Anne melahirkan. Dokter kandungan Anne mengatakan paling tidak sekitar 3 minggu lagi anak mereka lahir.
CLEKKKKKKK
Pintu kamar Sky terbuka, ia pikir itu ibunya. Karena biasanya sebelum anak menikah , orang tua akan menemani anaknya sebelum acara tiba.
"Sky, anak mama... " Indira, ternyata dia yang datang bersama dengan Gleen.
Sky tersenyum kecut, harus menerima kekecewaan karena bukan ibu kandungnya yang datang. Tapi ia tetap bersyukur, ada Mama Indira yang sejak kemarin selalu memperhatikannya. Malah wanita ini yang seolah ibu kandung Sky, mempersiapkan bak dirinya yang akan akan berbesan dengan ibu kandung Sky.
"Ibu mana, ma?" tanya Sky.
Indira menatap suaminya lalu dengan pelan menjawab. "Ibumu menemani Lilia. Oleh sebab itu mama dan papa yang akan menemani dan mendampingimu. Tidak apa kan?"
"Tidak masalah. Aku juga lebih nyaman ditemani mama."
"Sky, kamu yakin siap menikah dengan Lilia?" tanya papanya, sejak kemarin papanya tidak bosan menanyakan hal yang sama. "Jika kamu ingin membatalkannya, papa akan mendukungmu. Urusan ibu mu, papa bisa meminta bantuan dari dokter dan psikolog untuk merawatnya. Memberikan suntikan obat tidur tidak akan membunuh ibu mu, nak."
Sky mengulas senyum, senyum yang dipaksakan pada semua orang. "Aku akan menikahi Lilia, ma. Aku sudah berjanji pada ibu. Seperti yang ibu inginkan, aku menjaga anak kesayangannya dengan baik."
Indira memeluk Sky. "Rasanya mama tidak bisa merelakan kamu menikahinya, Sky. Seperti ada yang mengganjal di hati. Mungkin karena mama tahu pernikahan ini bukan keinginan mu sendiri."
Sky membalas pelukan mamanya, mengusap bahu wanita yang lebih mengerti isi hatinya dibandingkan ibunya. "Ma, jangan bersedih. Aku tidak apa, ini hanya pernikahan biasa untukku. Berdo'a saja setelah menikah ibu dan Lilia tidak menuntut lebih padaku." ujarnya menenangkan hati Indira.
"Oh ya, dimana Ronal? Apa dia tidak datang di hari pernikahan ku?" tanya Sky sejak kemarin tidak melihat keberadaan kakaknya.
"Entahlah mama juga tidak tahu apa yang sedang di sibukkan. Tapi Ronal mengatakan saat kamu akan mengucapkan janji pernikahan dia pasti akan datang tepat waktu." jawab Indira yang sebenarnya agak kesal dengan Ronal. Bisa-bisanya saat adiknya anak menikah, Ronal masih sibuk sendiri.
"Papa akan memarahinya jika sampai Ronal datang terlambat atau bahkan tidak datang sama sekali." kata Gleen ikut heran kemana perginya anak sulungnya.
Mereka tahu Ronal adalah salah satu orang yang menolak Sky menikahi Lilia. Bahkan secara terang-terangan berani membantah semua perkataan Sania. Tapi ini sudah hari pernikahan Sky, mau tidak mau dia harus tetap datang sebagai bentuk menghargai keputusan adiknya.
TOK TOK TOK
Pintu di ketuk dari luar. Ternyata seorang petugas WO yang menyampaikan acara akan segera di mulai.
"Ayo kita keluar. Siapa tahu Ronal memilih menunggu dibawah." kata Indira dengan merapikan jas anaknya. "Memang anak mama sangat tampan. Dulu masih suka menangis minta di gendong. Sekarang sudah bisa berdiri tegap dan akan menjadi seorang suami."
Hati Indira sejak semalam sudah dibuat mellow memikirkan anak bungsunya. Meski Sky lahir bukan dari rahimnya tapi anak ini sejak lahir sudah bersamanya.
"Mama, jangan menangis. Mama harus tetap terlihat cantik. Aku baik-baik saja, ma. Tenang, oke!" Sejujurnya Sky juga ingin menangis, tapi ia tahan karena tidak mau membuat mama dan papanya semaki berat melepaskannya.
"Iya sudah, ayo kita keluar. Acara akan dimulai." Gleen sendiri sudah memerah matanya. Merasa gagal menjadi orang tua yang bisa melindungi anaknya.
Sania, orang yang dulu Gleen kira tidak akan menyakiti dirinya, kini malah menghancurkan hati anak mereka.
**
Tamu undangan dari pihak keluarga besar sudah memenuhi kursi. Sky memilih melangsungkan pernikahan di gereja, yang letaknya persis di depan hotel tempat Sky menginap dan melangsungkan resepsi pernikahan.
"Loh kenapa Ronal belum juga datang? Kemana perginya anak ini?" Indira semakin resah karena tidak menemukan keberadaan Ronal.
"Coba telepon lagi, ma. Tidak biasanya Ronal seperti ini. Anak itu sangat tepat waktu di acara apapun." kata Gleen khawatir terjadi sesuatu pada Ronal.
Sky juga mendadak ikut memikirkan Ronal. Benar kata papanya, Ronal selalu tepat waktu, jika ia belum datang pasti terjadi sesuatu padanya.
"Tidak aktif, pa. Nomor Cata juga tidak aktif. Apa mungkin mereka dinas luar kota? Keterlaluan jika itu sampai terjadi." ungkap Indira yang sudah menghubungi asisten Ronal juga.
Saat ketiganya tengah harap cemas dengan keberadaan Ronal. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi dan saatnya Sky maju ke depan, menunggu Lilia datang dan mengucapkan janji pernikahan
Tidak ada raut wajah bahagia di wajah Sky. Wajahnya tampak datar dan kosong. Di depan sana ada ibunya yang tampak bahagia, melihat ke arah pintu dimana Lilia akan muncul dan berjalan mendekati mereka.
"Bu, bahkan sampai waktunya tiba kamu tetap tidak melihat ke arahku." batin Sky menahan tangisnya. "Maaf Bu, mungkin ini terakhir kalinya aku menuruti keinginanmu."
Pintu yang tadinya tertutup kini terbuka. Terlihat seorang wanita dengan gaun putih menjuntai ke lantai berjalan lurus ke arah Sky. Wajahnya mengulas senyum bahagia, matanya berbinar menunggu hari ini akhirnya tiba.
"Seandainya itu Anne, mungkin aku sangat bahagia." Pikir Sky membayangkan wanita lain.
"Anne, apakah dia akan datang ke pernikahan ku?"
Sky sengaja mengundang Anne, agar bisa melihat wanita itu. Meski Sky tahu dengan mengundang Anne akan semakin membuat wanita itu semakin membencinya.
Lamunannya di kagetkan dengan keberadaan Lilia yang kini telah ada di depannya.
"Bolehkah aku berharap ini mimpi? Kenapa rasanya berat sekali harus menikahi Lilia? "
Sayangnya ini bukan mimpi, semua telah berjalan sesuai rangkain acara yang telah disusun rapi. Kini tinggal ke prosesi inti mereka.
Ketika pendeta baru akan membuka suara tiba-tiba pintu gereja terbuka lagi.
"Pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan. Pernikahan resmi dibatalkan."