Di balik senyum manis dan mata indah Narynra, terdapat kesedihan mendalam yang disebabkan oleh pernikahan ayahnya dengan ibu tirinya. Sebelum pernikahan itu, Narynra membuat perjanjian rahasia dengan ibu tirinya yang hanya diketahui mereka berdua. Apakah isi perjanjian itu? Sementara itu hubungan Narynra dengan Kaka tirinya tidak pernah akur, dan situasi semakin buruk setelah ayahnya terkesan selalu membela kakak tirinya, membuat Narynra merasa tidak betah di rumahnya. Akankah Narynra dan kakak tirinya bisa berdamai?
Narynra kemudian bertemu Kayvan, seorang pria yang tampan dan perhatian. Setelah pertemuan pertama, Kayvan terus berusaha mendekati Narynra, dan mereka akhirnya menjalin hubungan asmara.
Sementara itu, seorang pria misterius selalu memperhatikan Narynra dari kejauhan dan terus mengirimkan pesan peringatan kepada Narynra bahwa Kayvan tidak baik untuknya. Siapa pria misterius ini? Apa tujuannya? Akankah Narynra bahagia bersama Kayvan atau atau bersama yang lain?,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Midnight Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ngerjain skripsi bareng Tiffany
Waktu berlalu dengan cepat dan kini sudah siang hari. Rumah Elisya dipenuhi dengan sinar matahari yang cerah dan hangat. Elisya sendiri sibuk menyiapkan hidangan untuk menyambut tamunya yang akan datang.
Tiba-tiba, pintu rumah diketuk dengan keras. Elisya bergegas menuju pintu dan membukanya dengan senyum hangat. Di depan pintu, Elisya melihat Tiffany, teman anak tirinya, dengan senyum cerah di wajahnya dan rambut yang tergerai dengan rapi.
"Hai, Tante!" ucap Tiffany sambil menyalami Elisya dengan hangat dan menempelkan pipi kirinya ke pipi Elisya sebagai tanda sapaan. Elisya membalas sapaannya dengan hangat dan mengembalikan senyumnya.
"Naryn-nya ada, Tante?" tanya Tiffany sambil memandang ke dalam rumah dengan mata yang bersemangat. Elisya mengangguk dan mempersilahkan Tiffany masuk ke rumah.
"Ada, dia di kamar. Ayo, langsung masuk," ucap Elisya sambil membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan Tiffany masuk. Tiffany masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa, menunggu Narynra.
"Bentar ya, Tante panggil Naryn-nya," ucap Elisya sambil berjalan menuju kamar Narynra.
Elisya mengetuk pintu kamar Narynra dengan tiga ketukan lembut. "Tok... Tok... Tok..."
"Sayang, temen kamu udah datang," ucap Elisya dari balik pintu dengan suara yang lembut dan hangat. Elisya mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah pintu kamar Narynra, sambil menempelkan telinga ke pintu untuk mendengar jawaban Narynra.
"Iya, bentar lagi saya turun," jawab Narynra dari dalam kamar dengan suara yang agak lirih. Elisya tersenyum dan mengangguk, meskipun Narynra tidak bisa melihatnya. Setelah mendengar jawaban Narynra, Elisya meninggalkan kamar Narynra dan berjalan menuju ruang tamu untuk menghampiri Tiffany.
Saat tiba di ruang tamu, Elisya tersenyum dan bertanya kepada Tiffany, "Katanya bentar lagi turun, kamu mau minum apa?" sambil duduk di sebelah Tiffany dan menatapnya dengan hangat.
"Air putih aja, Tante," jawab Tiffany dengan senyum yang manis.
Elisya mengangguk dan berdiri untuk mengambil air putih dari dapur. "Bentar ya, Tante ambilin," ucap Elisya sambil berjalan menuju dapur.
Tiffany mengangguk dan menjawab, "Iya, Tante," sambil memandang Elisya yang berjalan menjauh.
Setelah Elisya pergi, tak lama kemudian Narynra datang menghampiri Tiffany di ruang tamu dan duduk di sampingnya dengan gerakan yang santai.
"Lo mau minum apa?" tanya Narynra sambil menatap Tiffany dengan mata yang bersemangat dan senyum yang cerah. Narynra menyandarkan tubuhnya ke sofa dan menunggu jawaban Tiffany.
"Lagi di ambilin sama Tante Elisya," jawab Tiffany sambil tersenyum dan menatap ke arah Elisya yang sedang berjalan menuju dapur.
Narynra yang duduk di sebelahnya mengangguk dan mengucapkan "Owh" sambil berdiri dan memegang laptop serta beberapa buku dengan gerakan yang santai. "Yuk, kita pindah ke sofa depan TV," ajak Narynra sambil menunjuk ke arah sofa yang letaknya di sebelah ruang tamu.
Tiffany menatap Narynra dengan sedikit bingung dan menjawab, "Kenapa pindah? Gue udah klop duduk di sini,"
Narynra menjawab dengan singkat, "Ntar mau ada tamunya itu," sambil memandang ke arah lain.
Tiffany penasaran dan bertanya, "Tamunya itu, itu siapa? Tante Elisya?" sambil menatap Narynra.
Narynra hanya mengangguk dan menjawab singkat, "Iya," sambil berjalan ke sofa depan TV yang letaknya berada di sebelah ruang tamu. Tiffany mengikuti Narynra dan mereka berdua duduk di sofa depan TV. Narynra meletakkan laptop dan beberapa buku di atas meja yang tidak terlalu panjang.
Tidak lama kemudian, Elisya datang membawa segelas air putih dan segelas es susu matcha serta beberapa camilan. Elisya meletakkan minuman dan camilan di meja dengan senyum yang hangat. "
"Makasih, Tante," ucap Tiffany sambil tersenyum dan menatap Elisya.
"Iya, di makan ya," ucap Elisya sambil tersenyum hangat dan menatap Tiffany.
"Pasti, Tante," ucap Tiffany sambil tersenyum dan mengangguk dengan antusias.
Elisya mengangguk lalu pergi meninggalkan Narynra dan Tiffany di sana. Sementara Narynra membuka laptopnya dan mulai mengetik.
Tiffany memanggilnya dengan suara yang lembut, "Ryn..."
Narynra menoleh ke arah Tiffany dengan mata yang sedikit teralihkan dari laptopnya. "Kenapa?" tanya Narynra sambil menatap Tiffany dengan mata yang penasaran.
"Kemaren lo ke rumah Kayvan, ketemu orang tuanya gak?" tanya Tiffany sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Narynra.
Narynra berhenti mengetik dan menatap Tiffany dengan mata yang berpikir sejenak sebelum menjawab. "Ketemu ibunya," jawab Narynra sambil mengangkat bahu dan menatap Tiffany dengan mata yang santai.
"Trus?" tanya Tiffany dengan mata yang penasaran.
"Trus apaan, ya udah emang apa lagi," Jawab Narynra sambil menggelengkan kepala dan tersenyum sedikit, lalu kembali menatap laptopnya.
"Ya obrolannya apa?" Tanya Tiffany sambil memiringkan kepala ke samping dan menatap Narynra dengan mata yang ingin tahu.
"Gue cuma bilang kalo Kayvan nolongin gue, trus kita kenalan udah," jawab Narynra sambil mengangkat tangan kanannya dan menghitung dengan jari-jarinya.
"Udah itu aja? Lah kirain ada yang lain," ucap Tiffany sambil mengangkat alisnya dan menatap Narynra dengan mata yang skeptis.
"Ya itu aja, udah ah, ayo kerjain skripsinya, gue butuh beberapa pendapat lo," ucap Narynra sambil kembali fokus pada laptopnya.
Tiffany mengangguk dan mereka pun mulai mengerjakan skripsi masing-masing, sesekali saling memberikan pendapat dan berdiskusi dengan santai.