NovelToon NovelToon
TAK AKAN KUKEMBALI PADAMU

TAK AKAN KUKEMBALI PADAMU

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / CEO / Janda / Cerai / Obsesi / Penyesalan Suami / Tamat
Popularitas:20k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Lucia Davidson hidup dalam ilusi pernikahan yang indah hingga enam bulan kemudian semua kebenaran runtuh. Samuel, pria yang ia percaya sebagai suami sekaligus cintanya, ternyata hanya menikahinya demi balas dendam pada ayah Lucia. Dalam sekejap, ayah Lucia dipenjara hingga mengakhiri hidupnya, ibunya hancur lalu pergi meninggalkan Lucia, dan seluruh harta keluarganya direbut.

Ketika hidupnya sudah luluh lantak, Samuel bahkan tega menggugat cerai. Lucia jatuh ke titik terendah, sendirian, tanpa keluarga dan tanpa harta. Namun di tengah kehancuran itu, takdir memertemukan Lucia dengan Evan Williams, mantan pacar Lucia saat kuliah dulu.

Saat Lucia mulai menata hidupnya, bayangan masa lalu kembali menghantuinya. Samuel, sang mantan suami yang pernah menghancurkan segalanya, justru ingin kembali dengan mengatakan kalau Samuel tidak bisa hidup tanpa Lucia.

Apakah Lucia akan kembali pada Samuel atau dia memilih cinta lama yang terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4. CANGKANG KOSONG

Keadaan yang kau dan menghancurkan seolah belum puas menghantam Lucia ketika suami yang ia cintai meremukkan hidup Lucia yang dijadikan alat balas dendam.

Suara ketukan keras di pintu membuat Lucia tersentak. Dadanya berdebar, berharap sejenak Samuel kembali untuk menarik ucapannya, mengatakan bahwa semua hanya salah paham. Namun, begitu pintu terbuka, bukan wajah pria itu yang muncul. Yang berdiri di ambang pintu adalah sosok wanita paruh baya dengan tatapan dingin menusuk, Astrid Barnett, ibunya sendiri.

"Akhirnya aku menemukanmu di sini," suara Astrid tegas, penuh amarah yang ditahan-tahan. Tanpa menunggu undangan, ia melangkah masuk, sepatu hak tingginya menghantam lantai marmer apartemen, menambah ketegangan di udara.

Lucia terdiam, tak sanggup menyambut.

Astrid menatap putrinya dengan sorot mata tajam. "Kau puas sekarang?! Lihatlah apa yang sudah kau lakukan. Semua ini karena kebodohanmu menikahi pria itu. Samuel Davidson ... dari awal aku sudah bilang, dia bukan orang yang bisa dipercaya!"

"Mom ...." suara Lucia bergetar, seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah.

"Jangan 'Mom' padaku!" Astrid membentak, suaranya bergema di ruangan. "Ayahmu sekarang ditahan polisi. Nama baik keluarga kita hancur. Perusahaan yang dia bangun puluhan tahun lenyap begitu saja, dijual oleh suamimu itu. Dan kau ..." ia menunjuk Lucia dengan telunjuk gemetar, "... kau adalah biang dari semua ini. Kau anak yang dibutakan cinta, Lucia! Anak tidak tahu diri!"

Setiap kata itu menusuk lebih dalam daripada pisau. Lucia merasakan tubuhnya bergetar, seakan fondasi terakhir yang menopangnya runtuh.

"Aku ... aku hanya percaya kalau dia pria baik," lirih Lucia, suaranya nyaris tenggelam dalam tangis.

Astrid menghela napas kasar, lalu menatap putrinya dengan getir. "Percaya? Percaya pada orang yang bahkan tidak kau kenal baik? Kau buta, Lucia. Kau pikir cinta bisa menyelamatkanmu dari kenyataan? Lihat dirimu sekarang. Kau sudah kehilangan segalanya."

Ya, Lucia kehilangan segalanya. Tidak ada yang lebih tahu hal itu dibandingkan Lucia sendiri.

Astrid berbalik, menahan air mata yang tak ingin jatuh di depan anaknya. "Kau memalukan. Aku tak bisa lagi melihatmu sebagai putriku. Kau hanya bayangan orang yang dulu pernah aku banggakan. Benar kata ayahmu, melahirkan anak perempuan itu adalah hal terbodoh. Kau tidak ada gunanya sama sekali. Seharusnya kau memang tidak pernah lahir ke dunia ini dengan begitu kau tidak menghancurkan kehidupan kami."

Ucapan itu lebih kejam dari pada makian apa pun. Lucia membeku, matanya kosong, menyaksikan punggung ibunya menjauh. Pintu apartemen tertutup keras, menyisakan keheningan yang begitu pekat hingga membuat napasnya sendiri terasa asing.

Sejak saat itu Lucia tidak pernah lagi mendengar tentang keberadaan ibunya. Aset terakhir dibawa oleh sang ibu dan pergi entah kemana, meninggalkan Lucia dalam kehampaan dan sendirian di tengah kehancuran ini.

Beberapa hari kemudian, kabar penangkapan ayahnya, Thomas Barnett, menghantam telinga Lucia melalui berita televisi dan surat kabar. Foto ayahnya yang digiring polisi dengan wajah penuh tekanan terpampang di layar kaca. Tuduhan penggelapan dana, manipulasi saham, dan penipuan publik menghiasi headline di seluruh Los Angeles.

Lucia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tangisnya pecah, tubuhnya gemetar tak terkendali. Ayah yang Lucia kenal selalu menatap tidak senang dirinya, yang selalu memukuli Lucia hanya karena kesalahan kecil, kini dicap kriminal di hadapan dunia.

Di dalam hatinya, ia tahu semua ini ulah Samuel. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Bukti-bukti sudah disusun rapi, opini publik sudah dibentuk. Siapa yang akan percaya pada dirinya, seorang istri yang bahkan tak bisa membaca tanda-tanda kebohongan suaminya sendiri?

Di mata dunia Lucia hanyalah perempuan bodoh. Anak dari seorang kriminal.

Lucia dipanggil ke kantor polisi sebagai saksi sekaligus eksekutif perusahaan Barnett Corporation. Ruang interogasi itu dingin, lampu putih menyilaukan menggantung di atas kepala. Dua polisi duduk di depannya, menatap dengan tatapan tajam seakan mencari celah kebohongan.

"Mrs. Lucia Davidson," salah satu polisi membuka berkas, "Anda menjabat sebagai direktur eksekutif selama enam bulan terakhir, benar?"

Lucia mengangguk pelan.

"Selama masa jabatan itu, apakah Anda mengetahui adanya aliran dana fiktif dan pemindahan aset ke rekening luar negeri?"

Lucia menelan ludah, kepalanya menunduk. "Saya ... tidak tahu. Semua itu diurus langsung oleh Thomas Barnett. Dia ayah saya, sekaligus ... presiden direktur."

Tatapan sinis melintas di wajah polisi lain. "Jadi Anda mengatakan bahwa Anda sama sekali tidak mengetahui tindakan ilegal ayah Anda? Padahal Anda ikut menandatangani beberapa dokumen?"

Lucia tertegun. Dokumen. Ya, ia memang menandatangani banyak berkas yang diberikan sang ayah, dengan percaya penuh tanpa membaca detail. Air matanya menggenang.

"Saya ... hanya pekerja di sana. Tidak tahu apa-apa," jawabnya lirih, hampir tak terdengar.

Polisi itu saling pandang, mencatat sesuatu. Sementara Lucia duduk membisu, merasa dunia benar-benar menelannya hidup-hidup.

Hari-hari setelah interogasi terasa panjang dan gelap. Lucia jarang keluar dari apartemen. Tirai ditutup rapat, lampu jarang dinyalakan. Piring kotor menumpuk di meja makan, gelas-gelas berisi sisa air mengering. Wajahnya pucat, matanya bengkak, tubuhnya kurus karena kehilangan nafsu makan.

Setiap malam ia duduk di sudut kamar, memeluk lutut, menatap kosong ke arah dinding. Suara-suara masa lalu menghantui kepalanya: tawa Samuel, janji-janji manisnya, panggilan lembut 'Honey' Semua itu kini terasa seperti ejekan kejam.

Kadang ia bermimpi Samuel kembali, mengetuk pintu, meraih tangannya, meminta maaf. Namun begitu terbangun, kenyataan menamparnya lebih keras. Apartemen tetap sepi, hanya dirinya seorang diri.

Lucia merasakan dirinya jatuh dalam jurang yang tak berujung. Ia tak lagi mengenali wajahnya di cermin, hanya ada sosok rapuh dengan tatapan kosong.

Suatu sore, di tengah keheningan yang pekat, suara bel pintu berbunyi. Jantung Lucia berdegup kencang. Harapan kembali menyala: mungkinkah Samuel? Apakah ia menyesal? Apakah ia kembali?

Dengan langkah gemetar, ia menuju pintu dan membukanya. Namun yang ia temukan hanyalah seorang kurir dengan seragam biru, memegang sebuah map cokelat tebal.

"Paket untuk Mrs. Davidson," katanya singkat.

Lucia menerima tanpa banyak bicara, lalu menutup pintu kembali. Ia menatap map itu lama, ada ketakutan yang merayap dari ujung jarinya. Dengan ragu, ia akhirnya membuka.

Isinya membuat seluruh tubuhnya membeku. Seakan pasokan oksigen menguap keluae seluruhnya dari paru-paru Lucia.

Surat cerai.

Di atas tumpukan kertas hukum itu, tergeletak selembar catatan kecil dengan tulisan tangan yang amat Lucia kenal.

'Tandatangani ini. Semuanya sudah berakhir. Jangan coba mencariku.'

Kertas itu bergetar di tangannya. Air matanya jatuh deras, membasahi huruf-huruf kejam itu. Dunia seakan runtuh sekali lagi, menghancurkan sisa-sisa kecil yang masih ia pertahankan.

Lucia terjatuh ke lantai, memeluk map cokelat itu erat-erat. Isak tangisnya pecah, memenuhi ruang apartemen.

Sejak detik itu, Lucia merasa dirinya hanyalah sekadar cangkang kosong. Tanpa jiwa, tanpa tujuan, hanya tubuh yang masih bernafas, sementara hatinya sudah mati bersama pengkhianatan Samuel.

1
Muna Junaidi
😍😍😍😍😍
Endang Sulistia
bagus Thor..
Archiemorarty: terima kasih kak udah baca ceritanya semoga menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Endang Sulistia
fix...Samuel jadi Samsul ya...🤣🤣🤣
Endang Sulistia
deg deg an..
Endang Sulistia
bikin darting..
Endang Sulistia
auto liat sinopsisnya lagi ..😂😂😂
Miss Typo
huaaaaaa aku terharu ikut merasakan kebahagiaan Lucia dan semua yg sayang padanya 😭
belum rela pisah dah tamat aja, dan bacanya telat lagi 🥹

terimakasih thor,,,selalu semangat dgn karya-karyanya di novel 💪
Archiemorarty: terima kasih kembali 🥰
total 1 replies
Miss Typo
nikah deh nikah biar lebih leluasa mau ngapain aja 😁
Miss Typo
terharu huaaaaaa 😭
Miss Typo
kok deg2an bacanya
Miss Typo
semangat semangat semangat Lucia, kamu hebat bisa melawan si Samsul itu
Ir
tapi kalo jadi Evan aku oga nerima investor yg kemarin nyabut Dana seenak udel nya untuk gabung sama samsul, giliran si samsul bangkrut gabung lagi sama Evan dihh ga like
Ir: hahaha pundung dia 🤣🤣🤣
total 4 replies
Jelita S
terimakasih Thor buat cerita indahnya,,sukses terus dalam berkarya Daan semoga cerita2 baru menyusul lagi
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya, maap kalau kurang memuaskan. ditunggu cerita selanjutnya yang lebih uwahhh ya 🥰
total 1 replies
Miss Typo
kapan Lucia akan kuat tahan banting berani melawan si Samsul
Miss Typo: dan ku tunggu saatnya itu datang
total 2 replies
Miss Typo
semangat Ervan Deren Clara dan Lucia, kalian pasti bisa menghadapi badai dan mengalahkan si Samsul
Miss Typo
apa sih sebenarnya maunya si Samsul itu, apa tujuan sebenarnya mendekati Lucia lagi, bikin geram aja tuh orang.
aku berharap Lucia lebih kuat lebih berani menghadapi si Samsul itu
Miss Typo: suruh nulis sendiri aja kalau gak sesuai dengannya 🫢
total 4 replies
Ir
woyyy samsul meskipun kalo di posisi Lucia gua juga ogah balikan sama lu, tapi setidaknya bersaing secara sehat, minta maaf yg tulus dan nyesel bener² nyesel, bukan malah pake kekerasan tulul, yg dengan cara tulus aja belum tentu mau balikan apa lagi pake emosi
Archiemorarty: Hooh, padahal mau dikasih alur yang boom itu bentar lagi. karena ya pada bilang mau to the point, ku akhirin aja. 🤣
total 3 replies
Ir
padahal kemarin aku cuma minta speakup ehh malah di ajak live streaming 😆
Archiemorarty: Kan dah kubilang on proses, soalnya bukan balas dendam temanya. ntar cerita selanjutnya kubuatin yang tema balas dendam, biar pada tahu balas dendam yang slay itu gimana... /Slight/
total 1 replies
Miss Typo
wah gila dasar tuh kapsul manusia serakah gak tau diri, dulu membuat Lucia menderita skrg gak mau melepaskan, bikin geram aja tuh manusia satu itu 😤
semangat Evan Deren, semoga kalau an bisa mengalahkan Samsul itu

baru bisa baca lagi 🥹
Ir
kak dia hari yg lalu kaka update seperti biasanya kan yaa 3bab nah di aku tuh ga muncul lho seharian, tau update kemarin pagi sekitar jam set 11an langsung 4bab gitu, satu bab nya yg update jam 9 pagi
Archiemorarty: Iya dari Minggu agak-agak app nya emang.
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!