Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Untuk Sepupuku Faza Aqila....
Za...
Mungkin saat surat ini sampai padamu, aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Aku punya firasat bahwa umurku tidak akan lama lagi...
Za...
Maafkan atas semua yang terjadi di antara kita. Aku tahu maaf saja tidak cukup, tapi aku ingin egois sekali lagi. Tolong Maafkan semua kesalahan ku...
Sebenarnya, aku tahu saat kita kuliah kamu sudah menyukai Aric. Mungkin kamu tidak menyadari nya, tapi aku merasa Aric juga menyukai mu. Maaf za, aku sudah merebut kesempatan kalian untuk bersama.
Aku benci karena kamu selalu lebih unggul dari ku. Sejak kita kecil dan tumbuh bersama, aku selalu iri padamu. Dan saat mengetahui Aric menyukai mu, aku sengaja membuat kalian saling menjauh.
Aku memang egois dan tidak punya hati. Dan kamu selalu mengalah untuk ku. Sekali lagi maafkan aku, Za.
Za...
Mungkin yang akan aku katakan ini membuat mu kaget dan tidak percaya, tapi aku harus mengatakan sejujurnya pada mu...
Za...
Sebenarnya bayi yang aku kandung ini bukanlah anak Aric. Aku tidak tahu harus bagaimana aku memberitahu Aric, aku tidak sanggup menanggung kebencian Aric padaku kalau dia sampai tahu..
Bayi ini adalah anak dari Senior kita di kampus (mantan ku waktu itu), kamu pasti tahu kan za siapa orang nya. Saat Aric meninggalkan ku untuk pergi dinas, aku selalu menghabiskan malam bersama nya, Za. Aku sangat yakin ini anak dia. Sebelum mengetahui bahwa aku hamil aku selalu melakukan hubungan terlarang itu dengan dia, sementara dengan Aric aku baru satu kali melakukan nya saat malam pertama kami.
Za...
Tolong jaga bayi ini seperti putri mu sendiri, aku mohon za. Hanya kamu yang bisa aku percaya dan...... Jangan sampai Aric tahu.. Berjanjilah, za...
^^^Selena...^^^
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Aric meremas kertas itu dengan perasaan marah, kecewa dan tidak percaya. Kilatan kemarahan terpancar jelas di mata Aric. Sungguh, dia seperti orang bodoh yang tidak tahu apapun. Lima Tahun Aric di bohongi oleh Faza dan.......Selena.
Karena sudah jelas surat itu hanya di tujukan untuk Faza seorang. Berarti Selena tidak ingin ada yang tahu selain Faza..
Aric menjambak rambut nya sendiri, Frustasi..
Aric mengangkat bokong nya dengan kasar, bergegas keluar dengan nafas yang memburu.
"Boss, kau mau kemana ?" Tanya Zaki yang memang hendak ke ruangan Aric
Aric tak menjawab. Dia justru terus melangkah dan masuk ke dalam lift.
Tujuan Aric adalah Faza. Menemui sang istri untuk meminta penjelasan..
Sesampainya di Galery, Kebetulan Faza ada di ruangan nya, bersama dengan Raka. Membuat darah Aric rasanya semakin mendidih saja..
"Ma-mas....." Faza terkejut saat melihat sang suami tiba-tiba datang ke galery..
Faza menghampiri lalu melingkarkan tangannya di lengan Aric. Sementara tatapan Aric justru tertuju pada Rakana yang tidak bergeming sama sekali atas kedatangannya..
"Raka disini sedang konsultasi, dia ingin membuat acara pameran lukis di perusahaan nya, mas.." Faza langsung memberitahu Aric kenapa Raka bisa ada di ruangan nya sekarang. Padahal belum ada lima menit sejak Raka berada di galery, Aric tiba-tiba datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
"Raka.. Maaf, nanti kita bicarakan lagi soal kerjasama ini. Sebaiknya kamu pergi sekarang.." Kata Faza yang mulai takut karena Aric sama sekali tak merespon ucapan nya tadi..
Tatapan Raka menantang pada Aric. Sepertinya Raka sengaja.. "Kalau aku tidak mau pergi, bagaimana ?"
"Kalau begitu, aku yang akan memaksa mu pergi dari sini!" Aric menarik kerah baju Raka, dengan tenaga nya yang besar itu mampu membuat Raka terseret bangun dari duduknya, karena tidak siap..
"Mas...Lepas, mas... Jangan buat kasar begini.." Faza mencoba melerai. Faza melihat Aric sangat berbeda. Sorot matanya sangat tajam dan seolah siap untuk membunuh musuh nya..
Raka justru tersenyum miring, seakan meledek Aric..
Bugh!
Bugh!
"MAS....." Faza histeris saat Aric melayangkan pukulan nya di wajah Raka. Sementara Raka, dia pun mulai melayangkan tinju balasan di perut dan wajah Aric..
Karena tidak sanggup memisahkan Aric dan Raka, Faza memanggil security nya untuk membantu. Untunglah saat itu galery sedang tidak banyak pengunjung..
"Ibu nggak apa-apa, kan bu ?" tanya Mila khawatir langsung menghampiri Faza.
"Saya nggak apa-apa, ayo bantu Pak Jaka, Mil.." Dengan suara bergetar hebat, Faza meminta Mila untuk ikut membantu security memisahkan Aric dan Raka.
Setelah cukup lama berusaha, akhirnya Aric dan Raka pun berhenti berkelahi.
Wajah mereka sudah sama-sama babak belur. Tapi jika di lihat, Raka jauh lebih parah.
"Mil, bawa Pak Raka ke mobilnya.."
"Baik, bu.." Mila dan Pak Jaka security galery, segera memapah tubuh Raka menuju mobil nya. Sementara Aric sudah duduk di sofa dengan pelipis dan bibir yang sobek..
Aric memejamkan mata dengan punggung yang bersandar di kepala Sofa...
Tubuh Faza masih gemetaran, rasanya tidak percaya Aric bersikap tidak manusiawi begini..
Faza mengambil kotak P3K di laci kerjanya.
Dengan tangan yang masih gemetar, Faza mengeluarkan alkohol dan kapas untuk membersihkan luka di wajah dan punggung tangan Aric..
Namun, tangan Faza berhenti saat Aric tiba-tiba menahan tangan nya yang hendak membersihkan wajah pria itu..
Tatapan Aric tajam menatap Faza. Tapi matanya memerah seakan menahan tangis..
"Apa ada yang belum kau ceritakan padaku ? Aku beri kamu kesempatan untuk jujur sekarang!!" ucap Aric dingin
"A-apa maksud kamu, mas ? Aku tidak mengerti!" sahut Faza yang memang belum mengerti maksud ucapan Aric..
Rahang Aric terlihat mengeras, gigi nya terdengar gemerutuk...
Aric menghempaskan tangan Faza dengan kasar..
"Mas...Mau kemana ?" tanya Faza yang kaget dengan perubahan sikap Aric. Pikirnya, Aric marah karena Faza masih saja menerima Raka sebagai tamu di galery. Padahal saat awal datang Faza sudah menolak Raka. Namun Raka memaksa masuk dengan dalih ingin konsultasi serta menawarkan kerjasama dengan galery Faza.
Faza mengekor Aric di belakang. Namun sebanyak apapun Faza memanggil namanya, Aric seolah tuli dan sama sekali tidak menghentikan langkah nya yang panjang menuju mobil..
"Mas... Mas..." Faza mengetuk-ketuk kaca jendela mobil. Namun Aric tetap tak bicara, dan bahkan sudah tancap gas pergi meninggalkan galery.
Faza berlari masuk kembali ke galery sambil meminta mila untuk di carikan Taksi online..
Setelah Taksi datang, Faza menyambar Tasnya kemudian menyerahkan urusan galery pada Mila dan staf nya yang lain..
Dengan perasaan was-was, Faza masuk ke dalam taksi. Tujuan nya pulang ke Apartemen. Pikirnya mungkin Aric juga pulang kesana..
Sesampainya di gedung apartemen, dengan langkah yang terburu-buru Faza pun masuk ke dalam lift.
Faza menekan password di pintu masuk unitnya..
Saat pintu itu terbuka, Faza bergegas mencari Aric di kamar mereka... "Mas..." panggil Faza beberapa kali, tapi ternyata Aric tidak disana..
Faza mencoba menghubungi Mama Dian, mungkin Aric pulang kesana. Namun mama dian pun tidak tahu keberadaan Aric sekarang.
"Mas, kamu dimana ?!" Faza terduduk lemas sambil terus berpikir.
"Apa di rumah lama nya ?" Gumam Faza.
Tidak mau hanya berasumsi, Faza pergi lagi ke tujuan terakhirnya. Rumah lama Aric dan Selena.
"Semoga kamu ada disana, Mas.." Faza membawa mobilnya sambil mengebut. Tidak perduli dengan klakson kendaraan lain yang sepertinya terganggu dengan cara Faza mengemudi..
"Ternyata kamu disini, mas.." Faza segera turun dari mobil setelah melihat mobil Aric terparkir di halaman rumah lama nya..
Faza langsung masuk ke dalam. Untunglah pintu nya tidak di kunci..
Bi erna dan Pak Dirman sudah pindah ke rumah baru mereka tadi pagi. Aric sempat memberitahu nya sebelum berangkat bekerja. Jadi di rumah itu sekarang sudah kosong.
Faza menghembuskan nafas berat, menguatkan hati nya agar kenangan buruk di rumah itu tak mempengaruhi nya lagi.
Setengah berlari Faza naik ke lantai dua menuju kamar utama..
Pintu kamar terbuka sedikit. Faza bisa melihat Aric dari celah pintu yang terbuka itu..
Faza mendorong pintu dan melihat Aric duduk di sisi ranjang sambil menangis sesegukan..
"Ma-mas...." Faza berjalan cepat lalu berlutut di depan Aric. "Maafkan aku, mas.. Aku tidak tahu Raka akan datang lagi ke galery.." Faza masih berpikir bahwa Aric marah hingga menangis karena kedatangan Raka.
Faza memeluk Aric. Tapi sekali lagi, Aric tidak bergeming. Tangisan nya semakin pilu dan menyayat hati Faza..
Sedetik kemudian Aric bangun dan menghindar dari rengkuhan Faza..
"Mas, ada apa ? Katakan, jangan diam saja seperti ini ?! aku memang salah telah mengizinkan Raka datang ke galery, tapi aku tidak tahu kalau kamu akan semarah ini, mas.. Hiks..hiks.." Faza menangis sedih..
Aric mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celana nya, lalu melempar sesuatu itu ke tubuh Faza..
Faza terkejut dengan perlakuan Aric, tapi buru-buru menepis pikiran aneh dan segera memungut kertas lecek yang jatuh tepat di depan kaki nya.. "Apa ini, mas ?" tanya Faza..
"Seharusnya aku yang bertanya!" Suara Aric terdengar dingin, wajah nya datar tanpa ekspresi..
Faza membuka kertas yang sudah lecek itu dan ekspresinya berubah kaget..
"Ma-mas....?!" ucap Faza dengan suara lirih. Faza hendak menghampiri Aric, namun sekali lagi Aric seperti tidak mau di sentuh Faza..
"Kamu jahat, Faza! Kamu membodohi ku selama lima tahun! Gila.. Kau dan Selena sama saja. Kalian wanita jahat yang tidak memiliki perasaan!!" Air mata Aric mengalir deras..
Deg!
Faza mematung di tempat nya, tak menyangka Aric menemukan surat dari Selena untuk nya..
"Tidak, mas.." Faza menggeleng cepat, "Dengarkan aku dulu.. Aku bisa jelaskan.." Faza hendak mendekat, tapi Aric mengangkat tangan nya hingga membuat langkah Faza berhenti untuk kesekian kali..
"Aku memilih untuk tidak mendengarkan kebohongan mu lagi, Faza.." Aric membalikkan badan, tidak mau melihat Faza lagi..
"Ma-mas.. Dengarkan penjelasan ku dulu, aku mohon.." Faza menghampiri Aric, tak perduli Aric akan marah atau apapun. Faza hanya ingin menjelaskan..
"Lepaskan tangan mu!!" Bentak Aric saat Faza memegang lengan nya..
Faza menangis, bentakan serta tatapan penuh kebencian dari suami nya membuat hati Faza hancur berkeping-keping. Padahal baru semalam mereka memadu kasih, tapi kini Faza merasa dunia nya runtuh seketika..
"Pulanglah kerumah orang tua mu!"
Deg!
Faza menggeleng cepat.. "Nggak, mas.. Kamu ngomong apa, sih ?! Please tarik kembali kata-kata kamu itu.." Faza memohon belas kasih Aric, memohon pada Aric untuk mendengarkan penjelasan nya sekali saja. Tapi Aric tidak mau. Bahkan meminta Faza untuk keluar dari rumah itu sekarang juga.
tolong kasih dia bangun ,biar menyadari kelakuan suaminya, yg merendahkan istri, dn wanita
kasih pelajaran apasi, faza budak laki
🤣🤣🤣