NovelToon NovelToon
DUDA LEBIH MENGGODA

DUDA LEBIH MENGGODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Monica

:"Ya Allah, kalau Engkau tidak mengirimkan jodoh perjaka pada hamba, Duda juga nggak apa-apa ya, Allah. Asalkan dia ganteng, kaya, anak tunggal ...."

"Ngelunjak!"

Monica Pratiwi, gadis di ujung usia dua puluh tahunan merasa frustasi karena belum juga menikah. Dituntut menikah karena usianya yang menjelang expired, dan adiknya ngebet mau nikah dengan pacarnya. Keluarga yang masih percaya dengan mitos kalau kakak perempuan dilangkahi adik perempuannya, bisa jadi jomblo seumur hidup. Gara-gara itu, Monica Pratiwi terjebak dengan Duda tanpa anak yang merupakan atasannya. Monica menjalani kehidupan saling menguntungkan dengan duren sawit, alias, Duda keren sarang duit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27

Langit Bangkok sore itu diselimuti awan kelabu yang berat, seakan menjadi metafora dari beban yang dipikul Monica. Udara lembap dan panas khas kota tropis itu terasa menyesakkan. Suara klakson mobil yang saling bersahutan, hiruk-pikuk pedagang kaki lima, dan desingan motor menambah semarak kebisingan kota yang tak pernah tidur. Di tengah keramaian itu, Monica turun dari sebuah taksi tua, langkahnya tergesa-gesa namun tetap terkontrol. Di depannya berdiri sebuah gedung tua berlantai empat yang tampak seperti apartemen biasa, tak ada yang istimewa dari penampilannya. Namun, GPS di ponselnya, yang ia peroleh dari flashdisk peninggalan Teddy, menunjukkan lokasi yang spesifik: lantai tiga, unit 307. Ia telah tiba di tujuannya.

Dengan hati berdebar-debar, ia menekan bel pintu unit tersebut. Tak ada respons. Ia mencoba sekali lagi, menekan bel dengan lebih keras. Hening. Keheningan yang mencekam. Namun, tiba-tiba, pintu apartemen terbuka secara otomatis, tanpa sentuhan tangan manusia. Sebuah kamera kecil yang tersembunyi di pojok atas pintu menyala, mengenali wajahnya, memastikan bahwa ia adalah orang yang mereka tunggu. Monica melangkah masuk, memasuki sebuah perangkap yang telah disiapkan untuknya.

Ruangan apartemen itu tampak kosong dan sunyi, hanya dihiasi oleh perabotan minimalis yang sederhana. Namun, sebuah layar besar yang terpasang di dinding tiba-tiba menyala, menampilkan wajah seorang pria muda yang tampan, dengan bekas luka samar di pelipis kanannya. Bukan Teddy. Tetapi seseorang yang Monica kenal dari file korban eksperimen yayasan Raline. Arsya.

Dulu, Arsya hanyalah seorang remaja pendiam yang tinggal di bawah pengawasan ketat yayasan tersebut. Sekarang… matanya tajam, dingin, dan penuh dengan perhitungan. Ia telah berubah. Ia bukan lagi korban.

"Aku tahu kamu datang," ujarnya dalam bahasa Inggris yang fasih, diselingi logat Indonesia yang halus, "Flashdisk itu umpan. Dan kamu menelannya utuh." Suaranya terdengar tenang, namun penuh dengan ancaman.

Monica menegang, tubuhnya terasa kaku. "Kau korban. Aku tahu siapa kamu. Kamu—"

"Aku selamat. Tapi bukan karena kalian. Karena aku belajar menjadi lebih kejam dari penculikku. Dan sekarang… aku bukan korban lagi. Aku arsitek masa depan." Arsya tersenyum sinis, sebuah senyum yang membuat bulu kuduk Monica merinding.

Layar di belakangnya menampilkan sebuah blueprint yang rumit, sebuah desain yang menakutkan: sistem baru, jauh lebih besar dan kompleks dari yayasan Raline. Bukan sekadar eksperimen medis lagi. Ini adalah konsolidasi kekuatan global yang mengerikan. Teknologi canggih, kemajuan medis yang terdistorsi, kekuatan militer yang tak terbayangkan, dan kontrol media yang absolut… semua terintegrasi dalam satu ekosistem yang disebut:

"FUNDAMENTA."

"Raline cuma pion," lanjut Arsya, "Teddy tahu. Tapi dia terlalu… penuh hati. Itulah kenapa dia harus lenyap." Ia menjelaskan dengan tenang, seolah-olah sedang membahas sebuah strategi bisnis.

Monica menggertakkan giginya, menahan amarah yang membuncah, "Dia masih hidup." Ia menolak untuk percaya bahwa Teddy telah mati.

Arsya tersenyum tipis, sebuah senyum yang penuh dengan kepuasan, "Ya. Dan dia satu-satunya alasan kamu masih hidup juga."

Sementara itu, di tempat lain—dalam sebuah bunker medis bawah tanah yang tersembunyi di suatu tempat yang tak diketahui—Teddy terbaring lemah di ranjang logam. Luka-lukanya mulai sembuh, namun tubuhnya masih terasa lemas. Matanya yang tajam tetap terbuka, mengamati sekeliling. Ia masih waspada. Ia mendengar seorang pengawas medis berbicara melalui interkom.

"Arsya bergerak, Pak. Dia menarik Monica ke Bangkok."

Teddy mencoba untuk bangun, meskipun tubuhnya masih terasa lemah, "Monica tidak siap untuk ini. Dia pikir perang sudah selesai… padahal baru pemanasan." Ia merasa khawatir akan keselamatan Monica.

Monica kembali ke hotelnya dengan kepala yang terasa berdenyut-denyut. Namun, di ponselnya, ia menemukan sebuah pesan terenkripsi dari nomor tak dikenal.

"Dia bukan korban lagi. Tapi kamu masih bisa jadi pahlawan. Temui aku. Koordinat berikut."

Monica menatap layar ponselnya, melihat koordinat yang tertera di sana—lokasi di selatan Thailand, dekat perbatasan. Tidak ada nama pengirim. Namun, ia tahu siapa yang mengirim pesan tersebut. Ia tahu siapa yang membutuhkan bantuannya.

Dengan hati yang berat, Monica mengambil koper kecilnya, memasukkan beberapa barang penting ke dalamnya. Ia tahu bahwa ini bukanlah misi penyelamatan biasa. Ini… deklarasi perang baru. Perang yang lebih besar dan lebih berbahaya dari sebelumnya.

1
Wien Ibunya Fathur
ceritanya bagus tapi kok sepi sih
Monica: makasih udah komen kak
total 1 replies
Monica Pratiwi
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!