kisah seorang remaja bernama fadli. 16 tahun diri nya baru masuk sma,namun dia tak memiliki orang tua. bukan tak memiliki tetapi kedua orang tua nya tak peduli dengan dia. kedua orang tua nya hanya mengirim dia uang setiap bulan. di saat itulah fadli bertemu dengan seorang wannita berumur 30 tahun bernama fitri. fitri yang tak memiliki pekerjaan memutuskan untuk menjadi pembantu dia mengetuk pintu setiap rumah di pinggiran kota dan menawarkan diri nya sampai dia bertemu dengan fadli, fadli lah yang menerima dia untuk bekerja namun dengan syarat dan kontrak, apa saja syarat dan kontrak nya?.. apa kalian penasaran baca saja dulu bab 1 jika suka bisa di lanjut jika tidak di stop saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilman padli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter #27
Ke esokan hari nya tiba di pagi hari sebelum fadli berangkat ke sekolah dia berdiri di depan pintu tepat di depan fitri dengan wajah yang memerah malu.
"ada apa fadli kok kamu malah diam kayak gitu bukan nya sekarang hatus berangkat sebelum terlambat"kata fitri terseyum.
"anu.. Ciuman aku mau ciuman" jelas fadli sambil menunduk malu.
dengan lembut fitri memengang dagu fadli dan memberikan ciuman yang sangat hangat kepada fadli.
Setelah itu fadli pun berangkat ke sekolah dengan wajah yang memerah dan hati yang berdetak kencang. Sementara fitri terseyum puas dan tak sabar menunggu hari sabtu untuk main bersama fadli.
Di perjalanan menuju sekolah fadli melamun sambil memengang bibir nya.
"ciuman tadi sangat lembut sekali" kata nya di dalam hati.
Beberapa menit berjalan tiba- tiba lengan fadli di pegang fadli sedikit terkejut dia melirik.
"kenapa kamu melamun sampai tak melihat aku dasar" tanya citra marah.
"eh.. Citra maap" jawab fadli santai.
"ayo kita berangkat ke sekolah bersama"ajak nya menarik lengan fadli.
Di perjalanan menuju ke sekolah lengan fadli tak di lepaskan oleh citra lengan fadli benar- benar di genggam erat.
Beberapa menit telah berlalu akhir nya fadli dan citra tiba di sekolah mereka langsung masuk ke kelas dan memulai ujian lagi.
Setelah beberapa jam berlalu ujian akhir nya selesai.fadli dan citra kini pergi bersama menuju ke sebuah restoran keluarga yang harga nya terjangkau.
"ke restoran keluarga ya menarik jug ide kamu bagus fadli" kata citra terseyum.
"maap aku hanya bisa meneraktir kamu makan di restoran keluarga saja. Maap aku hanya bisa membawa kamu ke restoran yang harga makanan nya murah- murah" jelas fadli.
"itu bukan masalah. Lagian restoran keluarga makanan nya enak- enak dan banyak" kata citra terseyum manis.
Fadli yang melihat senyuman manis citra hanya merasa seyuman itu biasa saja. Mereka terus berjalan hingga akhirnya tiba di restoran keluarga yang di maksud fadli. Namun saat berada di luar restoran keluarga itu tiba- tiba pundak fadli di pegang. "fadli kamu ngapain di sini?" tanya mona teman sekelas fadli.
"eh.. Mona. Lalu zahra,lisa dan juga devita kalian ngapain di sini?" tanya balik fadli.
"kami yang bertanya pada kamu duluan seharus nya kami jawab bodoh"bentak mona marah.
"selaim itu fadli siapa dia dari sekolah mawar jangan- jangan kamu berteman dengan perempuan ini?" tanya devita menatap ke arah citra.
"benar aku berteman dengan dia. Tapi sebaik nya kita masuk ke dalam dulu biar aku yang traktir kalian ayo masuk ke dalam" ajak fadli sambil menarik lengan citra.
Mona,lisa dan devita terkejut melihat itu sementara zahra yang sudah tau tak begitu peduli.
Di dalam restoran fadli,mona,lisa,devita,citra duduk bersama. Di meja mereka meminum teh manis dingin.
"begitu ya kamu berteman dengan siswi dari sekolah mawar hem.. Apa tidak masalah?" tanya devita menatap zahra.
"apa kok kamu melihat aku tanyakan saja pada fadli"kata zahra.
"maap kalian tapi dia teman aku dan kalian juga jadi ngak masalah kan?"tanya fadli.
"kami sih ngak keberatan" jelas mona. " tapi kamu gimana siapa?, citra?"
Citra menganggu dia menjawab "ya aku juga ingin berteman dengan kalian sekolah yang bermusuhan hanyalah urusan sekolah kita ngak ada hubungan nya sama sekali"
Mendegar hal itu semua diam dan tampak terseyum.
"sekarang silakan pesan menu yang kalian inginkan aku yang akan bayar" jelas fadli sambil memberikan kertas menu pada teman- teman nya.
"sudah ngak usah pesan yang aneh- aneh pasan saja paket keluarga" jelas zahra.
"kamu benar saja biar aku yang pergi memesan ini meja nomer 10 paket keluarga dobel"kata lisa menanggapi.
Lisa segera pergi ke tempat memesan sementara itu citra tampak gugup.
"hei.. Kalian berdua fadli dan citra apa sudah berteman cukup lama?" tanya mona tiba- tiba.
Citra menanggapi mona dengan senyuman "tidak kok kami baru berteman sebentar tapi.... Kami sudah cukup dekat"
Devita yang mendegar itu terkejut dia menatap sinis ke arah fadli dan langsung mencubit paha fadli " bodoh!!.." bisik nya marah.
Fadli hanya diam saja sambil memengangi paha nya "sakit.." kata nya di dalam hati.
tak lama berlalu lisa sudah kembali dia duduk dan berkata "kita harus menunggu 15 menit hidangan nya akan datang"
"oh iya kamu lisa pesan paket keluarga apa?" tanya zahra.
"hem.. Tadi aku pesan paket keluarga reguler dua paket" jawab lisa.
"fadli uang nya ada kan?, kalo ngak ada kita patungan saja"tanya zahra menatap fadli.
"ada kok nih kamu yang bayar saja" jawab fadli sambil memberikan kartu nya.
Melihat kartu yang di berikan fadli pada zahra semua terkejut melihat nya.
"hei.. Fadli apa kamu anak orang kaya?" tanya mona yang penasaran.
"mungkin saja. Tapi sekarang aku ngak tau orang tua siapa mereka hanya memberikan aku uang saja 3 juta satu bulan" jelas fadli.
"begitu ya orang tua kamu tak peduli dengan kamu eh.. Pantas saja kamu berwajah polos jadi tak punya orang tua malang sekalo nasib kamu" kata zahra tiba- tiba.
Mendegar itu citra marah "jangan bicara seperti itu zahra kasian fadli"
"tidak apa- apa kok memang itu benar orang tua aku tak peduli dengan aku dari kecil aku di urus oleh suster sampai aku agak besar akhir nya aku di tinggalkan di rumah itu dan hidup sendiri dengan uang yang di kasih oleh mereka" jelas fadli santai.
"kartu ini gimana orang tua kamu yang ngasih?" tanya zahra sambil memengang kartu itu.
"tidak kok itu di kasih oleh fitri" jawab fadli.
"pembantu kamu ya?. Baiklah fadli aku mengerti sekarang kita sebaik nya makan pesanan kita sudah tiba" kata zahra.
Para pelayan meletakan pasanan fadli dan teman- teman nya.
"berdoa dulu kalian" jelas mona.
"baiklah berdoa masing-masing saja" jawab fadli .
setelah berdoa mereka pun mulai makan- makan.
1 jam berlalu kini fadli dan citra sedang berjalan pulang.
"maap citra tadi nya kita mau makan berdua saja tapi aku ngak menyangka kalo akan bertemu dengan teman- teman aku" kata fadli tiba- tiba.
Citra menatap fadli mata nya tak berpaling "apa maksud kamu fadli aku senang kok bisa kumpul dan bicara dengan teman - teman kamu aku senang hari ini" jelas citra.
"syukurlah kalo gitu" jelas fadli.
beberapa menit mereka berjalan citra berbelok sementara fadli lurus melanjutkan pulang ke rumah nya.
"sampai jumpa besok fadli" kata citra sambil melambaikan tangan.
"ya sampai jumpa besok" jawab fadli sambil lanjut berjalan.
Fadli terus berjalan pulang hingga dia sampai di rumah. Saat tiba di rumah sia masuk ke dalam rumah fitri memengang hp dengan tatapan sini dia menatap fadli "duduk" kata nya marah.
"eh.. Kamu seperti nya marah kenapa?" tanya fadli bingung.
"duduk dulu aku mau bicara" kata fitri sedikit membentak.
Fadli pun akhir nya duduk dan diam.
"kamu menghabiskan 700 ribu barusan buat apa?"tanya fitri.
"jangan- jangan saat aku melakukan transaksi memakai kartu itu kamu bisa tau?" tanya balik fadli.
"ya aku bisa tau jadi barusan di pakai apa uang 700 ribu uang yang bisa kita pakai unyuk makan satu bulan" tanya fitri makin medekati fadli.
"maap aku tadi meneraktir teman- teman aku di restoran keluarga"jelas fadli.
Fitri terseyum setelah mendegar itu "begitu ya bagus lah aku kira kamu pakai beli minuman ber alkohol kalo itu sih ngak masalah" kata fitri sambil mengelus kepala fadli.
Wajah fadli seketika memerah dia sangat malu melihat tubuh fitri yang begitu terbuka dan dekat dengan diri nya.
Beberapa menit berlalu fitri dan fadli pun bersantai sambil menonton filem di televisi.