Anjani, seorang aktris multitalenta yang terpaksa menerima pinangan kakak angkatnya atas perjodohan yang diatur orang tua. Sekian tahun menikah, tak ada sentuhan apapun yang terjadi. Pria bernama Mahaka Wiratama itu sibuk dengan wanita yang ia cintai.
Di tahun ke 5 pernikahan, Anjani nekat kabur dan hidup sendiri. Semua itu berkat bantuan Devan, sahabat Mahaka, tetapi masalah baru justru hadir dalam hidupnya.
Hampir setiap malam ia merasakan kehangatan seorang pria dalam tidurnya. Ia bahkan harus kehilangan mahkotanya, tapi Anjani tak pernah tahu siapa yang melakukannya.
Semuanya semakin rumit saat dirinya dinyatakan hamil dan vidio asusilanya dengan seorang pria misterius tersebar di jagad maya. Hidup Anjani hancur dalam sekejap, lalu apa yang akan ia lakukan demi bisa memperoleh harga dirinya kembali.
Follow Instagram El khiyori
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El khiyori, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Semenjak pertemuannya dengan Devan tadi siang, pikiran Anjani kembali kacau. Dia semakin cemas dan takut. Ia tak bisa membayangkan kalau kedua orangtuanya sampai tahu tentang ayah biologis janin dalam perutnya.
Wanita itu kembali menangis seorang diri di dalam kamar. Kedua tangannya mencengkram kuat sprei yang ia duduki. Masih terngiang jelas dalam benaknya semua kata maaf yang Devan ucapkan.
Berawal dari Anjani yang pulang dalam keadaan mabuk malam itu. Devan dan Ariel yang mengantarnya masuk ke dalam apartemen hingga kekhilafan terjadi pada Devan setelah melihat lekuk indah tubuh Anjani.
Ia tak bisa membayangkan bagaimana kejadian malam itu. Ariel pun tak bisa menyelamatkannya karena dia diusir oleh Devan. Anjani sendiri baru bisa memahami apa alasan Ariel tiba-tiba pergi tanpa kabar.
Asisten pribadinya itu pasti merasa sangat bersalah karena tak bisa melindunginya. Menurut pengakuan Devan, semenjak kejadian malam itu ia menjadi kecanduan hingga merencanakan membuat vidio itu untuk memuaskan hasratnya.
Ingin marah pun rasanya percuma, karena semuanya sudah terlanjur terjadi. Ada anak di rahimnya karena hubungan indah malam itu.
Dengan gemetar Anjani memilih mengambil ponsel. Ia mencoba memberanikan diri untuk kembali memutar vidio yang hanya terpotong beberapa detik itu. Bulu kuduknya seketika berdiri saat membayangkan kalau yang menyentuhnya dengan panas itu adalah Devan.
Tanpa sadar Anjani melempar ponsel itu. Ia masih tak bisa menerima kalau ada orang lain selain Mahaka yang sudah menjamah tubuhnya.
"Aku tidak bisa Mahaka ... aku tidak bisa mempertahankan anak ini. Jika dia tidak boleh pergi sendiri maka aku akan mengikutinya," ucap Anjani parau.
Tubuhnya merosot ke lantai. Tangisnya pecah hingga akhirnya ia terlupa dan tertidur. Keesokan harinya saat membuka mata, otak Anjani kembali memikirkan hal-hal yang kotor. Ia mulai merencanakan sesuatu untuk hidupnya, apalagi saat menerima pesan Devan yang mengatakan akan mengakui semuanya karena tak rela kalau darah dagingnya berada dalam asuhan Mahaka.
"Sayang, ayo dimakan sarapannya! Kenapa kamu melamun terus? Apa ada masalah, atau ... kamu rindu dengan Mahaka?" tanya Bu Martha yang kerap kali dibuat cemas oleh sikap Anjani. Sudah sering ia menawarkan agar menantunya itu menghubungi putranya, tapi sampai saat ini Anjani tetap menolak.
Ia selalu mengatakan kalau dirinya setuju untuk memberikan sedikit hukuman atas sikap Mahaka selama ini.
"Tidak apa-apa Ma, Anjani memang merindukan Mas Mahaka, tapi Anjani juga tahu mengenai alasan kenapa kita harus melakukan ini. Semuanya demi kebaikan Mas Mahaka kan?"
Bu Martha terharu mendengar penuturan Anjani. Itulah salah satu alasan ia sangat menyayanginya. Di matanya Anjani adalah orang yang tulus.
"Sayang, maafkan Mama ya .... " ucap Bu Martha tiba-tiba. Membuat Anjani terkejut mendengarnya.
"Maaf kenapa Ma?"
"Maaf karena Mama sudah menikahkan kamu dengan Mahaka. Saat kamu bilang menyukainya, Mama sangat bahagia, tapi Mama tidak berpikir sejauh ini. Sikap Mahaka ke kamu juga sangat baik, Mama pikir dia bisa mencintai kamu dan menjadi suami yang baik, tapi ternyata ... cinta Mahaka masih tetap untuk Amelia."
Tak hanya Bu Martha yang merasa sakit hati saat berkata demikian, tapi juga Anjani. Hatinya bagai disayat-sayat setiap kali mengingat hal itu.
"Sudah Ma, jangan menangis. Mungkin Mas Mahaka juga tidak bermaksud menyakiti Anjani, dia hanya tidak bisa menahan perasaannya karena walau bagaimanapun Amelia adalah wanita yang ia cintai," ucap Anjani yang kini mendekatkan tubuhnya agar bisa memeluk sang ibu.
"Apapun itu, tetap saja sikap Mahaka tidak bisa dibenarkan, apalagi sekarang kamu mengandung anaknya. Jika kelak anak ini lahir, Mama tidak akan memaksa kamu untuk mempertahankan semuanya, karena kamu berhak bahagia ... hiduplah bersama orang yang kamu cintai dan juga mencintaimu."
Kini Bu Martha mengurai pelukannya dan beralih menangkupkan kedua telapak tangannya ke wajah Anjani. Dihapusnya dengan lembut lelehan bening di pipi anak perempuannya itu.
"Jangan takut, anak ini tidak akan kehilangan kasih sayang. Kita akan menghujaninya dengan cinta. Akan lebih buruk lagi kalau dia harus melihat ibunya sedih setiap hari."
"Mamaaa .... " lirih Anjani tapi ia tak sanggup melanjutkan kata-katanya.
Semua kasih sayang yang Bu Martha berikan menjadi satu-satunya kekuatan Anjani saat ini.
"Sudah-sudah, kita tidak boleh seperti ini. Jangan sedih lagi, ayo tersenyum!" ajak Bu Martha yang akhirnya membuat Anjani ikut tersenyum.
Pagi ini semuanya terasa baik. Anjani bisa tersenyum lebar namun malam harinya Bu Martha terpaksa meninggalkannya untuk menemani pak Arga dalam sebuah pertemuan penting.
Sebenarnya mood Anjani sudah cukup baik, tapi saat hendak makan malam tiba-tiba ia merasa mual. Ini adalah kali pertama ia mengalami hal itu selama masa kehamilan. Ternyata rasanya cukup menyiksa. Aroma makanan yang semula terasa biasa dan umum mendadak menjadi menyengat dan membuat Anjani benar-benar mual.
"Nyonya, apa Nyonya tidak menyukai makanannya?" tanya pelayan yang khawatir saat melihat tingkah Anjani.
"Kurasa begitu, tolong buatkan aku lemon hangat saja!"
"Baik Nyonya."
Pelayan pun segera bergegas sementara Anjani memilih menunggu di lantai dua dan menuju ke balkon. Menikmati angin malam yang ternyata justru membuatnya merasakan betapa kehidupan ini tidak pernah berpihak padanya.
Sepi dan hampa, itulah yang sebenarnya ia rasakan. Ia tak benar-benar memiliki rumah yang membuatnya bebas mengungkapkan semua perasaan. Bu Martha dan pak Arga memang sangat baik, tapi tetap saja ia harus menjaga banyak rahasia dari mereka.
Untuk yang pertama kalinya Anjani mencoba mengajak janin dalam kandungannya untuk berkomunikasi. Dengan ragu ia mengusap lembut perutnya. Disaat yang sama air mata kembali meleleh dari kedua sudut matanya.
"Ibu bodoh macam apa aku ini sampai-sampai tak menginginkan anak tak berdosa ini. Mama minta maaf Nak .... "
Anjani semakin menangis sesenggukan sampai seseorang berada di belakangnya. Meletakkan minuman yang tadi ia inginkan di atas meja, sebelum akhirnya semakin melangkah mendekat dan memeluknya dari belakang.
Anjani tersentak, serta merta ia membalikkan tubuh hingga bersitatap dengan sorot mata orang yang ada di belakangnya.
"Mahakaaa ... bagaimana kau bisa masuk ke sini?"
"Karena ada kau di sini," jawab Mahaka.
Ingin rasanya Anjani mendorong pria itu menjauh, tapi ternyata itu tak mudah untuk ia lakukan. Semua yang ada pada diri Mahaka selalu membuatnya buta.
"Kenapa menangis, jangan sedih lagi. Aku ada di sini."
Bukannya tenang Anjani justru semakin tak bisa mengendalikan diri. Tangisnya semakin pecah sampai saat Mahaka mengeratkan pelukannya dan berlanjut memagut bibirnya.
"Aku sangat merindukanmu .... " bisik Mahaka yang justru menghancurkan perasaan Anjani.
"Kenapa baru sekarang kau seperti ini?"
"Karena baru sekarang juga aku benar-benar bisa memilikimu," sahut Mahaka yang kemudian berjongkok di depan Anjani.
Mengusap perut wanita itu dengan lembut dan menciumnya dengan hangat.
"Ayah sudah datang Sayang," bisiknya yang membuat Anjani mundur perlahan, namun Mahaka langsung sigap berdiri dan menahan pinggangnya dengan melingkarkan tangan kanannya di sana.
"Jangan coba-coba menyakiti anak ini, dia adalah anakku."
"Tapi Devan bilang _ "
"Sttt ... jangan bicarakan dia. Kita ke kamar saja, ada sesuatu yang ingin
kata" itu ga cocok buat kamu lah itu kata" itu cocok buat Anjani
mending sekarang kamu katanya yg sebenarnya kalau kamu lah orangnya
tadinya ku kira pelakunya Ariel atau Devan
antara Ariel atau Devan pelakunya.
aihhh cuma itu aja agak sedikit gereget Thor perjuangan Mahaka kalau terlalu cepat jadi gimana gitu sebanding lah dengan apa yg di rasa istrinya
masa ortunya maha bisa kecolongan
sih
agak lama Shok terapi Thor biar dia merasakan apa yg di rasakan Anjani 👍👍👍👍