NovelToon NovelToon
Pengertian Sang Kaisar Kegelapan

Pengertian Sang Kaisar Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta setelah menikah / Aliansi Pernikahan / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Luna Arindya, pemanah profesional dari dunia modern, meninggal tragis dalam sebuah kompetisi internasional. Saat membuka mata, ia mendapati dirinya berada di dalam novel fantasi yang pernah ia baca—dan menempati tubuh Putri Keempat Kekaisaran Awan. Putri yang lemah, tak dianggap, hidupnya penuh penghinaan, dan dalam cerita asli berakhir tragis sebagai persembahan untuk Kaisar Kegelapan.

Kaisar Kegelapan—penguasa misterius yang jarang menampakkan diri—terkenal dingin, kejam, dan membenci semua wanita. Konon, tak satu pun wanita yang mendekatinya bisa bertahan hidup lebih dari tiga hari. Ia tak tertarik pada cinta, tak percaya pada kelembutan, dan menganggap wanita hanyalah sumber masalah.

Namun semua berubah ketika pengantin yang dikirim ke istananya bukan gadis lemah seperti yang ia bayangkan. Luna, dengan keberanian dan tatapan tajam khas seorang pemanah, menolak tunduk padanya. Alih-alih menangis atau memohon, gadis itu berani menantang, mengomentari, bahkan mengolok-olok

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 hukuman untuk Liang De

Langit malam di atas istana masih bergemuruh meski Mo Xian telah lenyap. Bayangan pertempuran di garnisun menggema hingga ke tembok-tembok hitam kerajaan. Berita jatuhnya Mo Xian menyebar seperti api, namun bukan itu yang menjadi pusat perhatian rakyat maupun pejabat: melainkan kabar bahwa Menteri Liang De diduga sebagai pengkhianat.

Rui berjalan berdampingan dengan Kaisar Wang Tian Ze, meski langkah keduanya berbeda. Kaisar maju dengan aura bagaikan gunung hitam yang siap meletus, setiap prajurit yang melihatnya langsung menunduk ketakutan. Sementara Rui berjalan ringan, wajahnya tetap tenang, memegang tali besi tipis yang mengikat tawanan utusan Liang De.

Di belakang mereka, Jun Hao dan Lan Mei mengiringi dengan pasukan, menjaga agar tak ada yang berani mendekat.

“Yang Mulia,” Jun Hao berbisik, “apakah benar kita akan mengadili Liang De langsung di balairung?”

Kaisar tak menoleh. “Tidak ada waktu untuk menunggu. Rakyat sudah mendengar. Jika aku menutupinya, mereka akan menganggap aku lemah. Malam ini juga, darah pengkhianat akan membasuh lantai istana.”

Suara itu dingin, membuat Lan Mei merinding. Ia melirik Rui diam-diam. Permaisuri tidak menunjukkan ketakutan, hanya tatapan tajam yang menyimpan sesuatu.

 

Balairung Istana

Balairung megah diterangi ribuan obor. Semua pejabat sudah dipanggil, meski sebagian wajah pucat karena dipaksa hadir tengah malam. Lantai marmer hitam berkilau memantulkan sinar api, sementara di ujung ruangan, singgasana kegelapan menunggu penguasanya.

Ketika pintu utama terbuka, semua berlutut. Kaisar Wang Tian Ze masuk dengan langkah berat, diikuti Rui yang menyeret tawanan. Suasana mendidih.

“Bawa kemari,” titah Kaisar.

Rui mendorong tawanan itu hingga terjatuh di tengah aula. Pria itu masih terikat, wajahnya penuh luka dan darah kering, tapi matanya memancarkan ketakutan yang nyata.

Kaisar menatap seluruh menterinya. “Kalian semua akan menyaksikan sendiri. Aku tidak menuduh tanpa dasar. Ada seorang di antara kalian yang berkhianat.”

Bisik-bisik terdengar, sebagian pejabat saling melirik. Di sudut kanan, Liang De berdiri tenang, wajahnya penuh kepalsuan.

 

Kesaksian Tawanan

Rui maju selangkah. “Tawanan ini tertangkap di gua Sayap Hitam. Dia mengaku sebagai utusan dari istana… dikirim oleh Menteri Liang De untuk membunuhku.”

Semua mata langsung tertuju pada Liang De.

Kaisar menurunkan tangannya, aura hitam menyelimuti tawanan. “Ucapkan. Siapa yang mengirimmu?”

Tubuh si tawanan bergetar hebat. Aura Kaisar menekan jiwanya, seakan jantungnya diremas oleh tangan tak kasatmata. “M-m… Menteri Liang De!” teriaknya. “Aku disuruh memastikan permaisuri tidak kembali hidup-hidup!”

Balairung meledak dalam kekacauan. Beberapa pejabat menjerit tak percaya, yang lain pura-pura terkejut. Liang De mencoba menjaga ketenangan, meski keringat dingin menetes di pelipisnya.

 

Liang De melangkah maju, wajahnya pura-pura marah. “Yang Mulia! Ini fitnah keji! Bagaimana mungkin aku, hamba setia yang sudah melayani selama tiga puluh tahun, berani mengkhianati istana? Permaisuri jelas-jelas membawa seorang rakyat jelata dan memaksanya mengaku di bawah tekanan!”

Beberapa pejabat lain mengangguk ragu. Ada yang memang sekutunya, ada pula yang takut jika benar ia tidak bersalah.

Rui tersenyum tipis. “Kalau begitu, izinkan aku bertanya. Bagaimana seorang rakyat jelata biasa tahu jalur rahasia ke gua utara? Jalur itu hanya diketahui oleh pejabat tingkat tinggi. Dan lagi…” ia mengangkat sebuah gulungan kain dari lengan bajunya. “Aku menemukan ini di tubuhnya.”

Semua mata menajam. Gulungan itu diserahkan ke Kaisar.

Wang Tian Ze membukanya. Ada segel merah emas: segel resmi milik Liang De.

Balairung terdiam. Liang De pun kehilangan kata-kata.

 

“Liang De.” Suara Kaisar terdengar rendah, tapi membuat semua yang mendengarnya menggigil. “Kau berani menggunakan segel istana untuk mengirim pembunuh pada permaisuriku?”

Liang De langsung berlutut. “Ampun, Yang Mulia! Itu bukan aku! Segel bisa dipalsukan, ini semua jebakan! Permaisuri jelas ingin menyingkirkanku karena aku sering mengingatkan kebijakan beliau di istana!”

Tatapan Kaisar berubah dingin. Api merah menyala di matanya. “Kau berani menuduh permaisuriku membuat jebakan? Apakah kau pikir aku buta?”

Aura hitam meledak dari tubuh Kaisar. Obor-obor padam seketika. Lantai marmer bergetar, beberapa pejabat jatuh tersungkur.

Liang De menunduk gemetar, tubuhnya dipaksa menempel ke lantai oleh kekuatan tak terlihat. Darah keluar dari mulutnya.

“Yang Mulia!” salah satu tetua mencoba bicara. “Mungkin sebaiknya kita selidiki lebih lanjut, jangan langsung menghukum—”

Belum sempat selesai, tatapan Kaisar mengarah padanya. Dalam sekejap, tubuh tetua itu hancur menjadi abu.

Semua pejabat terdiam membeku. Tidak ada yang berani bicara lagi.

 

Rui maju selangkah, suaranya jernih meski seluruh ruangan dipenuhi aura mengerikan. “Yang Mulia, pengkhianatan ini bukan sekadar soal membunuhku. Ini adalah bukti bahwa ada yang ingin menjatuhkan kepercayaan rakyat pada Kaisar. Liang De bukan hanya pengkhianat, tapi juga perusak pondasi istana.”

Kaisar menatapnya, dan untuk sesaat, aura hitamnya surut. Seolah hanya Rui yang bisa meredam amarahnya.

“Benar,” kata Kaisar. “Maka hukumannya harus jadi peringatan.”

Ia menatap Liang De yang masih menempel di lantai, wajahnya penuh darah. “Aku akan membakar jiwamu hingga tak ada lagi sisa. Nama dan keluargamu akan dihapus dari catatan. Kau tidak pernah ada di dunia ini.”

Liang De menjerit. “Tidak! Ampun! Aku hanya ingin kekuasaan lebih! Aku… aku membenci permaisurimu karena dia merebut perhatianmu dari putriku—”

Semua pejabat ternganga. Jadi benar, semua karena iri hati dan ambisi pribadi.

Kaisar tidak menjawab. Dengan sekali gerakan, ia meraih udara. Jiwa Liang De tersedot keluar dari tubuhnya, berteriak melengking sebelum terbakar menjadi abu hitam. Tubuhnya pun hancur, hanya meninggalkan noda gelap di lantai.

 

Keheningan menelan balairung. Semua pejabat berlutut, wajah mereka pucat.

Kaisar berdiri tegak. “Inilah nasib pengkhianat. Jika ada lagi yang berani mengulangi… aku akan hapus tidak hanya dirinya, tapi juga seluruh garis keturunannya.”

“Daulat, Yang Mulia!” teriak semua pejabat serentak.

Namun di antara mereka, ada yang masih menyimpan ketakutan bercampur kebencian. Rui menangkap tatapan-tatapan itu dengan ekor matanya. Ia tahu, Liang De hanyalah awal. Masih banyak ular di balik pilar-pilar istana ini.

 

Setelah balairung dikosongkan, hanya Kaisar, Rui, Jun Hao, dan Lan Mei yang tersisa.

Wang Tian Ze duduk kembali di singgasananya, menutup matanya sejenak. Aura hitamnya masih bergetar, namun sudah jauh lebih tenang.

Rui melangkah maju, “Yang Mulia… keputusan Anda membuat semua orang kembali takut. Tapi ingat, ketakutan bukan berarti kesetiaan. Kita butuh cara agar rakyat melihat keadilan, bukan hanya murka.”

Kaisar membuka mata, menatapnya. “Kau ingin aku tampak lembut?”

“Bukan lembut,” jawab Rui Tegas.

"Hukuman pada pengkhianat memang perlu, tapi rakyat juga harus tahu bahwa Kaisar melindungi mereka. Bukti bahwa aku selamat dan Liang De terbukti berkhianat itu harus diumumkan. Biarlah rakyat percaya bahwa kegelapan bukan sekadar teror, melainkan pelindung.” lanjut Rui

Jun Hao terperangah mendengar itu. “Permaisuri… benar. Dengan begitu, semua orang akan melihat bahwa istana tidak hanya menghukum, tapi juga menegakkan kebenaran.”

Wang Tian Ze menatap Rui lama, lalu tersenyum tipis. “Hanya kau yang berani mengajariku seperti itu. Sangat berani… sekaligus berbahaya.”

Rui menunduk sedikit, senyum samar di bibirnya. “Kalau aku tidak berani, mungkin aku sudah mati di gua Sayap Hitam tadi.”

Kaisar tertawa pendek, meski nadanya lebih mirip geraman. “Baiklah. Esok pagi, kita umumkan pada seluruh negeri. Liang De adalah pengkhianat. Dan Permaisuri Putih adalah cahaya yang menyelamatkan istana dari kegelapan pengkhianatan.”

Lan Mei menghela napas lega. Namun dalam hatinya ia tahu, badai lain akan segera datang.

 

Malam itu, setelah semua reda, Rui berdiri di balkon istana, memandang bulan pucat di balik awan hitam. Angin malam membawa aroma darah yang masih tertinggal di udara.

Jun Hao datang menghampiri. “Permaisuri… apa Anda tidak takut? Tadi malam Anda hampir dibunuh, lalu malam ini menghadapi pengkhianat di hadapan semua pejabat.”

Rui tersenyum samar. “Takut? Tentu saja. Tapi rasa takut bisa dijadikan senjata, Jun Hao. Selama aku mengendalikannya, bukan sebaliknya.”

Jun Hao menunduk kagum. “Saya rasa… Yang Mulia Kaisar tidak sadar, bahwa musuh paling berbahaya bagi siapa pun di istana ini bukan beliau, melainkan Anda.”

Rui menatap bulan sekali lagi, matanya berkilat dingin. “Biar saja mereka berpikir begitu. Selama aku bisa menjaga Kaisar… dan menjaga diriku sendiri… tak ada satu pun ular yang bisa menjatuhkan kami.”

Di kejauhan, gong malam berdentang. Tapi di balik tembok, mata-mata lain sudah bergerak, mengabarkan berita eksekusi Liang De pada pihak-pihak yang lebih gelap.

Pertarungan baru telah dimulai.

Bersambung…

1
Yue Li MZy
ayo up Thor ditunggu kelanjutannya /Drool/
Yue Li MZy
Bagusssss banget ceritanya ditunggu eps selanjutnya Thor,Upya juga jangan kelamaan dan semangat up mya🔥🔥🔥🔥🔥💪🏻💪🏻😁
Cindy
lanjut kak
Yue Li MZy
Crazy up Thor, smangat 🔥🔥👍🏻
Lina Hibanika
the games just begin
Lina Hibanika
👍👍👍👍
Lina Hibanika
sat set ga byk drama ga byk cingcong sekali bongkar semua kena libas,, mantul 👍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
awal berjuangnya Rui di dlm istana kegelapan bersama kaisar item 😏😏
Dian Susantie
lanjutkan Rui..!! 🔥🔥💪🏼💪🏼
Lina Hibanika
mendadak kena serangan jantung 💓💓🤭
Lina Hibanika
aku mampir nih thor
Yue Li MZy
gilakk sumpah gacor habis Thor, ditunggu Eps selanjutnya Jangan lama lama up nya ya Thor semngat 🔥🔥🔥👍🏻👍🏻
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
menyala gak tuh kaisar item bikin Rui sadar kl kaisar item tdk bisa dinggap remeh 🔥🔥😏😏😉
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kaisar item jngn main marah aja karna Rui selamat 😉😉
Dian Susantie
lanjoottt.. 🔥🔥💪🏼💪🏼
yeti kurniati1003
mantap Thor semangat
Lauren Florin Lesusien
hihi lucu dan badas saya suka tema tramigrasi tidak menye menye lanjut thur😍😍😍😍😍🤑🤑🥲
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
ketahuan kau Liang De jg nanti tunggu balasan dr Rui 😏😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
musuh dlm selimut berbahaya ini
Yue Li MZy
the Best banget ceritanya kk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!