NovelToon NovelToon
MONOLOG

MONOLOG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:424
Nilai: 5
Nama Author: Ann Rhea

Kenziro & Lyodra pikir menikah itu gampang. Ternyata, setelah cincin terpasang, drama ekonomi, selisih paham, dan kebiasaan aneh satu sama lain jadi bumbu sehari-hari.

Tapi hidup mereka tak cuma soal rebut dompet dan tisu. Ada sahabat misterius yang suka bikin kacau, rahasia masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan sedikit gangguan horor yang bikin rumah tangga mereka makin absurd.

Di tengah tawa, tangis, dan ketegangan yang hampir menyeramkan, mereka harus belajar satu hal kalau cinta itu kadang harus diuji, dirombak, dan… dijalani lagi. Tapi dengan kompak mereka bisa melewatinya. Namun, apakah cinta aja cukup buat bertahan? Sementara, perasaan itu mulai terkikis oleh waktu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann Rhea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keangkuhan Cinta

Jane mengangkat sebuah foto polaroid di tangannya. Tatapannya dingin dan menusuk. "Kamu kumpul kebo sama cewek mana lagi, Romeo Cakrabuana?!" Suaranya meledak, penuh amarah yang ditahan-tahan.

Romeo tertegun. Pandangannya jatuh pada foto yang diambil diam-diam tepat di depan rumah Rania.

"Ibu dapet dari mana?"

"Gak usah tanya Ibu dapet dari mana!" Jane membentak. "Yang jelas, ini cewek ke sekian yang Ibu pergokin kamu bawa buat kumpul kebo, Romeo!"

"Ibu..."

"Ibu gak habis pikir sama kamu!" potongnya tajam. "Umur kamu baru aja menginjak kepala tiga, tapi otak kamu masih kayak bocah! Kapan kamu berubah, hah?"

Jane meremas foto itu sampai kusut, lalu melemparkannya ke tempat sampah. Potongan kecil kertas itu jatuh, lusuh, tak terbaca lagi.

"Ibu muak denger kabar kamu gonta-ganti cewek, bawa ke rumah sembarangan. Ibu malu, Romeo. MALU!"

Romeo hanya menunduk.

"Bayangin kalo ayah kamu masih hidup, liat anaknya jadi predator kelamin begini!" Jane memukul meja keras. "Itu yang kamu banggakan?"

Napas Jane terengah. "Selama ini Ibu gak pernah nuntut kamu nikah, gak pernah maksa kamu cari pasangan karena Ibu pikir kamu bisa tanggung jawab sama hidup kamu sendiri. Tapi ternyata? Kamu bikin nama keluarga kita hancur."

Ia menatap Romeo tajam, nyaris bergetar karena marah. "Berapa banyak perempuan yang udah kamu rusak, hah?"

Jane memegangi kepalanya, wajahnya pucat menahan pusing. "Kalau sampai media tahu… kalau mereka cium bau ini, kamu habis digoreng netizen, Rom. Usaha kamu, nama keluarga, semuanya bisa hancur."

Napasnya tersendat, lalu tatapannya menusuk.

"Apa itu alasan kamu gak pernah menikah? Biar bebas kumpul kebo sama siapa pun? Senangnya muter-muterin perempuan, habis manis sepah dibuang, lalu cari lagi? Begitu terus tanpa rasa bersalah?"

Jane menggerutu, suaranya bergetar di ujung marah dan lelah. "Kamu gak pernah belajar ya? Pacar kamu itu meninggal, Rom… meninggal! Dan kamu gak trauma sama sekali? Gak ada rasa bersalah? Gak kepikiran, ‘jangan gini lagi, efeknya fatal’? Di mana, sih, akal sehat kamu?"

Ia menarik napas panjang, gemetar. "Ibu capek, Rom. Capek. Ibu udah angkat tangan. Ibu udah gak muda lagi, gak kuat kalau tiap hari harus siap baca berita miring tentang kamu. Rasanya Ibu gagal… gagal total ngedidik kamu."

Romeo hanya diam, membiarkan Jane meluapkan semuanya.

"Kenapa kamu gak bisa pilih satu perempuan saja? Hah? Apa susahnya cari satu yang bener-bener kamu jaga? Komitmen itu gak bikin kamu rugi, Rom. Malah nyelamatin kamu. Demi nama baik kamu, demi kesehatan kamu… demi masa depan kamu sendiri."

Suara Jane mulai melemah, tatapannya berkaca-kaca. "Jadikan masa lalu itu pelajaran, Nak. Ibu cuma takut… takut suatu hari Ibu dapet kabar kamu kenapa-kenapa."

Jane menunduk, menggenggam jemarinya yang dingin. Ia tahu betul rasa kehilangan ia pernah kehilangan suami. Luka itu masih ada. Dan sekarang ia takut harus kehilangan anak satu-satunya.

Jane mendekat, jaraknya hanya sejengkal dari wajah Romeo. Jemarinya meremas jas putranya itu dengan gemetar, tapi matanya menyala penuh amarah.

"Ibu udah cukup malu!" suaranya pecah. "Malu nunjukkin muka di depan keluarga Ivana gara-gara kamu! Gara-gara kelakuan bejat kamu pas SMA, hamilin dia, lalu lari gak mau tanggung jawab!"

Suara Jane bergetar, tangannya semakin mencengkeram.

"Dan tau gak akibatnya? Ivana depresi, Rom… dia bunuh diri!"

Tatapan Jane makin memerah, namun bibirnya menyungging senyum miring yang menakutkan.

"Sekarang siapa lagi yang kamu tidurin, hah? Siapa lagi yang kamu rusakin hidupnya?"

Ia menghela napas panjang, menahan sakit di dadanya.

"Mungkin sekarang kamu udah belajar pakai kontrasepsi, ya? Lebih ‘pintar’ supaya gak ketahuan. Tapi inget, Romeo…" suaranya berubah dingin. "Lihat nama yang kamu bawa di belakangmu. Keluarga siapa yang kamu seret kalau kamu hancur? Jangan asal milih orang. Karena satu langkah salah, itu bukan cuma nyeret kamu. Itu nyeret semuanya."

Jane menatap lurus, matanya penuh ancaman. "Kalau kamu ulangin hal yang sama lagi… satu aja… Ibu gak bakal ragu coret kamu dari kartu keluarga. Dari ahli waris. Dari hidup Ibu. Anggap kamu udah gak pernah lahir!"

Suara itu menghantam udara, membuat ruangan terasa pengap. Tapi Jane belum selesai. Ia mulai menelanjangi masa lalu putranya satu per satu, setiap kata seperti cambuk.

"Waktu kuliah, alasannya kamu depresi sampai pake obat-obatan, terus ditangkep polisi, baru direhab. SMP kamu balapan liar, nabrak orang sampai mati. SMA? Bikin anak orang hamil! Kamu kira Ibu gak hancur waktu itu? Kamu kabur bawa mobil ayahmu, di jual buat mabuk, buat sewa perempuan! Dari mana kamu belajar jadi manusia seburuk ini, hah? Dari mana?!"

Nafas Jane tersengal. Tangannya yang tadi menggenggam jas Romeo perlahan terlepas, bergetar, lalu memegangi kepalanya yang terasa mau pecah.

"Kalau semua kesalahan kamu Ibu catat, Rom… mungkin itu udah jadi buku setebal ensiklopedia. Sains kalah tebal sama hidup kamu," ucapnya lirih.

Hening sesaat. Jane menatap anaknya dengan mata yang kini lebih basah daripada marah.

"Kamu susah diatur. Kamu pembangkang. Kamu selalu jauh dari Ibu. Tapi tolong, Nak… tolonglah berubah. Udah waktunya kamu berhenti jadi anak kecil. Udah waktunya kamu tau arti hidup kamu buat apa. Cari peran kamu di dunia ini. Buat apa kamu ada, buat siapa kamu berjuang."

Suaranya nyaris pecah, namun penuh kasih di tengah keputusasaan.

"Bagi Ibu… kamu cuma cukup jadi anak yang baik. Anak yang Ibu bisa banggakan sekali aja sebelum Ibu mati. Jangan aneh-aneh lagi, Rom. Jangan bikin Ibu gagal sampai akhir."

Romeo hanya bisa mengangguk pelan. Kepalanya tertunduk, bahunya sedikit merosot. Terlalu banyak salah. Terlalu sadar diri.

Jane masih menatapnya dengan mata yang tajam menusuk. Suaranya kini lebih rendah, tapi penuh tekanan.

"Dan… perempuan di foto itu siapa?"

Romeo tak berani menatap balik.

"Jawab!" tiba-tiba Jane membentak, suara melengking memenuhi ruangan. "Jelasin sama Ibu, siapa dia!"

Romeo menarik napas dalam, seolah menyiapkan diri untuk dihukum.

"Cewek di foto itu… namanya Aurania Lauren. Dia mantan istrinya Kev, Bu."

Hening sepersekian detik, lalu…

"Kamu…" suara Jane tercekat. "Selingkuh sama istri sahabat kamu sendiri?"

Tubuh Jane bergetar, lalu ia meraung putus asa. "Astaga, Romeo!" Tangannya menutupi wajahnya. "Astaga Tuhan… gak cukup kah semua perempuan di dunia ini? Kenapa harus istri teman kamu sendiri?"

Jane jatuh terduduk di sofa, kepala menggeleng cepat, mencoba menolak kenyataan.

Romeo buru-buru ingin menjelaskan. "Aku bisa jelasin, Bu, dengar dulu."

Jane menoleh dengan mata merah, tapi diam.

"Kev… udah meninggal setahun lalu," ucap Romeo, suaranya berat. "Dia ninggalin Rania. Sebelumnya… dia pernah bilang ke aku kalau hidupnya gak bakal lama. Dia sakit parah, kanker serviks stadium akhir. Rania sempet kabur lama, karena ada masalah besar di rumah tangga mereka. Dan Kev…" Romeo terdiam sejenak, menelan pahit. "Kev sempet curhat. Tentang rasa takutnya. Tentang pengkhianatannya ke aku."

Jane menyipitkan mata, tak mengerti.

"Kev yang ngajak aku kerja sama bangun resort, Bu. Tapi dia tikam aku dari belakang. Dia rebut investor, bangun sendiri, bikin aku rugi besar. Aku sempet dendam. Tapi ketika aku tahu dia hilang dan dinyatakan meninggal, aku cuma inget satu janji yang pernah aku ucapin ke dia."

Romeo menatap lurus ke depan, tak berani menatap ibunya. "Janji itu… kalau dia pergi duluan, aku yang jaga istrinya. Aku yang pastiin dia gak hancur. Dan aku tepati, Bu. Aku ambil alih semua aset Kev lewat Rania… dan---" Ia menarik napas dalam, suaranya menurun. "Aku udah nikah siri sama Rania. Setahun yang lalu."

Jane menelan ludah susah payah, matanya berkedip tak percaya.

"Apa?"

"Kamu… kamu milih dia jadi pendamping hidup kamu bahkan tanpa izin sama Ibu?"

"Awalnya terpaksa, Bu," jawab Romeo datar tapi tegas. "Aku sedih sahabat aku mati gitu aja, iya. Tapi aku gak bisa lupa dia pernah bikin jebakan hukum yang hampir ngancurin hidupku. Kasus besar, semua bukti mengarah ke aku, sementara dia bersih. Dan yang paling parah dia pakai kode akses rahasia yang aku buat sendiri buat nusuk aku dari dalam."

Jane terdiam. Nafasnya berat, seolah setiap kata anaknya adalah hantaman. "Kamu… menikah?" Ia tertawa getir, seperti mendengar lelucon paling buruk. "Ibu gak pernah percaya kamu bakal mau berkomitmen. Kamu tuh anti nikah, anti keterikatan. Sekarang kamu malah nikah?"

"Itu sebabnya aku nikah siri," jawab Romeo pelan.

Jane menyipitkan mata, suaranya naik lagi. "Oh biar gampang kamu tinggalin dia nanti? Hebat. Hebat sekali, Romeo!" Ia bertepuk tangan sinis lalu mendadak menggebrak meja, membuat gelas di atasnya bergetar. "Dimana otak kamu, hah?!"

"Ada alasan lain." Romeo menatap balik ibunya, wajahnya tak lagi gentar. "Karena Ibu gak mungkin nerima dia di keluarga ini."

Jane mendengus marah. "Bagaimana bisa kamu simpulkan begitu, sementara Ibu aja baru tau sekarang?!"

Romeo terdiam beberapa detik, lalu bertanya dengan nada dingin yang justru menusuk. "Kalau gitu… apa itu artinya Ibu setuju?"

"Kalo kamu minta baik-baik Ibu akan memberikan pertimbangan. Untuk sekarang bagaimana? Kenapa kamu bisa menikahinya diam-diam tanpa Ibu tau?"

Romeo menarik napas, tersenyum tipis. "Semuanya terjadi begitu aja, Bu. Aku gak mungkin tiba-tiba muncul ke publik ngenalin dia sebagai istriku. Apa kata orang? Mereka pasti mikir aku rebut dia dari Kev, atau bahkan menuduh kami udah main belakang sebelum Kev mati."

Jane mendengkus kecil, tapi tetap mendengar. "Kalau memang dia pantas dapat pengakuan hukum sebagai istri kamu, lakukan," ucap Jane tegas. "Kalau tidak, ya sudah. Lebih mudah kalau sewaktu-waktu hubungan kalian berakhir. Meski Ibu masih berharap kamu bisa membina hubungan yang benar."

Romeo mengangguk. "Ibu mau ketemu dia?"

"Tentu saja." Jane tersenyum miring, tapi sorot matanya tajam. "Bawa dia ke sini. Ibu ingin tahu seperti apa perempuan yang bisa bikin anak Ibu menikah diam-diam. Ibu akan nilai, pantas nggak dia jadi bagian keluarga ini yang sah atau cukup disembunyikan."

"Iya, Bu."

"Tunggu," Jane tiba-tiba menyipitkan mata. "Kev punya riwayat kanker serviks. Dia juga tertular? Dan kamu juga positif, kan?"

Romeo sempat terdiam, lalu tersenyum tipis. "Kami sudah sama-sama sembuh, Bu."

Jane tertegun. "Oh i see, apa kalian udah punya anak kah atau bagaimana?"

"Ya." Romeo menatap lurus. "Aku bahkan gak pernah sentuh dia, Bu. Mengingat kondisi kami sama-sama buruk. Sama-sama positif HIV, sama-sama berjuang buat sembuh. Dan kalau pun kami kepikiran punya anak, sama aja bunuh anak itu. Kasihan dia gak salah apa-apa tapi harus lahir dengan vonis seumur hidup."

Jane terdiam lama, menatap anaknya. Ada perasaan lega yang tak ia ucapkan, bercampur rasa bangga yang masih ia tahan. "Ibu kira, otakmu masih sependek dulu," ucapnya lirih. "Tapi ternyata kamu belajar juga. Ibu salut."

Romeo tersenyum tipis, kali ini benar-benar tulus. "Setiap orang punya masanya untuk bertumbuh. Tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai, apalagi untuk sesuatu yang baik."

1
douwataxx
Seru banget nih cerita, aku gk bisa berhenti baca! 💥
Ann Rhea: makasihh, stay terus yaa
total 1 replies
menhera Chan
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Ann Rhea: wahh selamat menemani waktu luangmu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!