Shapire tanpa sengaja telah menabrak calon istri Axel hingga tiada. Karena kesalahannya Saphire terpaksa menikahi seorang mafia kejam. Pria itu menghukum Saphire dengan pernikahan yang tidak pernah ia bayangkan. Pernikahan yang membuat hari-harinya seperti di neraka.
"Aku akan menghukummu dengan sebuah pernikahan. Akan kubuat hari-harimu seperti berada di dalam neraka" ucap Axel.
"Hari-hariku seperti di neraka sejak aku menikahi pria kejam itu" Shapire mencoba menahan air mata yang sejak tadi berontak ingin keluar dari tempatnya.
Akankah Saphire berhasil menaklukkan hati sang Mafia? Atau ia yang akan terjerat oleh cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda FK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Axel terkejut ketika mengetahui apabila Felix investor yang sejak tadi ia tunggu. Mengapa Martin tidak memberi tahunya soal ini? Ia semakin kesal melihat ekspresi Felix yang semakin angkuh.
"Aku akan membatalkannya, aku tidak mau menerima investor sepertimu!" Axel hendak menghubungi Justin namun Felix menahannya.
"Kau tidak pantas menjadi seorang pemimpin, seorang pemimpin tidak pernah melibatkan urusan pribadinya dengan urusan pekerjaan." Felix tersenyum menyeringai seolah mengejek Axel yang tidak profesional.
Axel merasa tersinggung dengan kata-kata Felix, namun ia tidak bisa menyangkal bahwa Felix memiliki alasan yang kuat. Ia memang telah membiarkan urusan pribadinya mempengaruhi pekerjaannya. Axel merasa ragu-ragu, tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Felix sebaiknya kau pergi, urusan pekerjaan kau dapat menghubungi Martin," Shapire mencoba memisahkan mereka.
Keadaan semakin memanas apalagi melihat Axel dengan tatapan menyala seperti itu seolah ia ingin membunuh Felix saat ini juga. Felix akhirnya mengangguk dan memalingkan wajahnya, meninggalkan tempat itu dengan langkah yang cepat. Axel masih terlihat tegang, namun ketika Shapire memeluknya, ia mulai mereda. Ia membalas pelukan Shapire, mencoba menenangkan diri.
"Maafkan aku, aku tidak bisa menahan diri," Axel berbisik di telinga Shapire. "Aku tidak suka melihatnya, dia selalu berusaha mencari perhatianmu."
Shapire mempererat pelukannya kepada Axel, mencoba menenangkannya. "Aku ada di sini, aku tidak akan pergi," kata Shapire, suaranya lembut.
Axel menikmati pelukan sang istri, merasa sedikit lebih tenang. Ia tahu bahwa ia harus bisa mengontrol emosi dirinya, namun melihat Felix membuatnya tidak bisa menahan diri.
"Aku akan membatalkan kerja sama dengannya," ucap Axel lalu melepaskan pelukannya.
Axel berjalan menuju meja kerjanya mencari, berkas-berkas yang berkaitan.
"Kau harus membayar penalti apabila melanggar perjanjian," kata Shapire lalu mendekati Axel.
"Aku tidak peduli, aku tidak ingin terlalu sering bertemu dengannya." Axel bersikeras ingin membatalkan kerja sama perusahaannya dengan perusahaan Felix.
"Bukan masalah penalti saja, tapi profesional. Kau akan dianggap tidak profesional oleh perusahan lain, sayang" ucap Shapire dengan lembut.
Ia langsung memeluk Axel membuat Axel luluh, apalagi panggilan sayang yang keluar dari mulut manis istrinya. Emosi yang tadinya memuncak kini telah reda hanya dengan panggilan manis sang istri. Axel merasa pelukan ini seperti pelukan yang sangat ia rindukan.
Axel menyipitkan sebelah matanya, "Kau pandai menggoda sekarang ya?"
"Tidak masalah menggoda suami sendiri," Shapire tersenyum lalu memberi kecupan pada bibir suaminya. Axel membalas kecupan Shapire dengan ciuman, ciuman yang panas membuat keduanya terlihat saling menginginkan. Namun Axel masih mengingat apabila ia masih memiliki banyak pekerjaan. Ia melepaskan Shapire lalu kembali fokus pada layar monitor.
"Tunggu aku akan menyelesaikan pekerjaanku, aku akan menerkammu!"
Shapire terkekeh mendengarnya, ia berjalan menuju sofa. Shapire duduk di sofa, menatap Axel dengan mata yang penuh kasih. Ia merasa sangat dicintai oleh suaminya saat ini, namun ia tahu bahwa kebahagiaan ini tidak akan bertahan lama. Ia tahu Axel akan membencinya kembali ketika pria itu mengingat Safia. Ia berharap bisa menikmati momen ini selamanya, tanpa harus khawatir tentang masa lalu yang akan menghantui hubungan mereka.
Axel yang tidak tahu apa yang ada di pikiran Shapire, terus bekerja dengan fokus, sesekali menatap Shapire dengan mata yang penuh kasih. Shapire tersenyum, merasa bahagia ketika melihat Axel menatapnya. Ia berharap momen ini bisa berlangsung selamanya.
Sementara itu, saat ini Ratu tersenyum sendiri, membayangkan kembali ciuman Martin yang membuatnya merasa seperti berada di awan. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ciuman itu membuatnya merasa berdebar-debar, meskipun ia tahu bahwa itu hanya pura-pura.
"Baru ciuman saja sudah sangat hot, apalagi yang lain!" pikir Ratu tersenyum sendiri.
Ratu mencoba fokus kembali pada pekerjaannya, namun pikirannya terus kembali ke Martin. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan Martin, dan apa yang membuatnya begitu berbeda dari pria lain yang pernah ia temui.
Ratu menghela napas, mencoba mengalihkan pikirannya ke pekerjaan. Namun, ia tidak bisa menyangkal bahwa ciuman Martin telah meninggalkan kesan yang dalam pada dirinya.
"Oh dia sangat berbahaya!" gumam Ratu.
"Berbahaya kenapa?" tanya Boy ketika ia tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Ratu.
Ratu sampai lupa apabila ia akan mengutarakan perasaannya kepada Boy. Perasaannya kepada Boy sudah tidak sama lagi seperti dulu, kini dihatinya sudah tergantikan oleh orang lain.
"Boy, aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu," Ratu memulai percakapan.
"Apa itu?" Boy bertanya, penasaran.
"Aku telah memikirkan tentang perasaan kita, dan aku harus jujur padamu," Ratu melanjutkan.
"Apa yang terjadi?" Boy bertanya, sedikit khawatir.
"Aku tidak merasakan hal yang sama seperti dulu, maaf aku tidak menyukaimu lagi. Andai kau mengatakannya sejak lama mungkin aku masih merasakan yang sama. Namun sepertinya hati ini terlalu lama menunggu sehingga rasa itu telah hilang dengan sendirinya." Ratu mengakui, mencoba memilih kata-kata yang tepat.
Boy terdiam sejenak, mencoba memproses apa yang baru saja dikatakan Ratu. "Aku mengerti," kata Boy akhirnya, mencoba menutupi kekecewaannya.
Boy merasa sedikit sedih dan kecewa, ia tahu bahwa Ratu telah jatuh cinta pada pria lain. Ia bertanya-tanya apa yang salah dengan dirinya, mengapa Ratu tidak bisa mencintainya seperti yang ia harapkan.
"Seharusnya aku mengatakan perasaanku sejak lama, aku terlalu takut mengatakannya sehingga aku kehilanganmu." Boy berpikir, menyesali keputusannya untuk tidak mengungkapkan perasaannya lebih awal.
Boy memandang Ratu dengan mata yang sedih, ia tahu bahwa ia telah kehilangan kesempatan untuk bersama dengan Ratu. "Aku tidak bisa menyalahkanmu, aku terima keputusanmu. Terima kasih sudah berkata jujur kepadaku" kata Boy, mencoba menerima keadaan.
Ratu merasa sedikit bersalah, ia tahu bahwa Boy telah menyukai dirinya sejak lama. Ia berharap bisa memberitahu Boy tentang perasaannya tanpa menyakiti dia. Ratu menggenggam tangan Boy lalu tersenyum berusaha agar Boy tidak merasa sakit hati karena keputusannya.
"Maafkan aku Boy, lagi pula kita masih bisa berteman" balas Ratu lalu tersenyum.
Boy tersenyum tipis, mencoba menerima keadaan. "Tidak apa-apa, Ratu. Aku senang kita masih bisa berteman," kata Boy, mencoba menutupi kekecewaannya.
Ratu merasa sedikit lega, ia senang bahwa Boy bisa menerima keadaannya. "Aku sangat menghargai persahabatan kita, Boy," kata Ratu, merasa bahwa hubungan mereka masih bisa dipertahankan.
Boy mengangguk, merasa bahwa Ratu masih peduli padanya. "Aku juga, Ratu. Aku akan selalu ada di sini untukmu," kata Boy, mencoba menunjukkan bahwa ia masih peduli pada Ratu.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar. Boy pamit undur diri bersama dengan seseorang masuk ke dalam ruangan Ratu.
"Hai, Dokter Ratu Adhitama!"
Ratu kok dilawan.. nggak akan bisa.. Selamat berjuang kembali Martin 🤣🤣🤣
pahamm baget kok thorr.... yg peting ke aku tetep pangil sayanggggg .. .. meski sayang mu terjatuhh di mana" dan kemana punn 🤣🤣🤣🤣
bantu doa aja tapi/Facepalm/