Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 01 ~ Hari pertama co-ass
"Pak, Nara berangkat dulu ya," Nadira Keisha Azzura mencium tangan Bapaknya untuk pergi ke rumah sakit untuk melakukan koas selama 2 tahun.
"Hati-hati ya nak!" Azzam Radiman selaku bapak dari Nadira yang sangat peduli kepada anaknya.
"Bapak yakin mau berangkat?" Tanya Nadira saat hendak melangkahkan kakinya.
"Iya nak, Bapak sudah tidak apa-apa, kalau tidak berangkat mau bagaimana? kita makan dan biaya kamu kuliah dari mana kalau bukan dari usaha ini," sahut Azzam dengan raut muka tersenyum.
"Baiklah Pak, hati-hati ya, jika lelah pulang ya Pak!, jangan memaksakan diri," ujar Nadira dengan penuh rasa khawatir dikarenakan kondisi Bapaknya itu sedang kurang sehat.
"Iya Nara, kamu juga jaga dirimu baik-baik ya nak!" ucap sang Ayah.
"Ya Pak, ya sudah Nara berangkat dulu, Assalamualaikum," salam Nadira kepada Sang Ayah.
"Wa'alaikumus salam," balas salam Azzam.
Sesampainya Nadira di rumah sakit, Nadira langsung ke meja suster. Tak lama dari itu datanglah pembimbing Nadira yang bernama Dokter Kendrick Mahendra P. Xander, menuju meja Nadira dengan tergesa-gesa.
"Nadira, bantu saya di ruangan operasi, siapkan alatnya sekarang!" Seru Kendrick dengan cepat saat melewati meja dan mendapati Nadira yang sedang duduk.
"Pak, maaf saya baru kali ini mendapatkan tugas menemani operasi, saya belum mengetahui apa yang harus saya lakukan?" Ujar Nadira dengan segera berbicara tanpa menunda dengan langkah yang di sejajarkan.
"Ambil semua barang yang ada dilemari itu!" Seru Ken sebari menggunakan pakaian operasi.
"Semua?" Nadira pun bingung saat mencerna kata-kata sang dokter.
"Ya ampun anak koas lemot amat!" keluh Ken.
"Ga usah semua tapi peralatan di sana ambil selengkapnya tanpa ada yang tertinggal." Ken menjeda ucapannya saat ada suster menghampiri mereka. "Kebetulan ada kamu sus, tolong beri tahu Nadira peralatan yang akan digunakan untuk operasi saat ini, dan siapa yang akan membantu saya? segera bersiap!" Perintah Ken dengan tegas.
"Saya Pak," ucap siska suster yang telah lama bekerja di rumah sakit tersebut.
"Baik, ayo kita mulai operasinya!" sahut Ken dengan segera.
Operasi itu pun di mulai, mereka pun bekerja dengan khusu dan penuh konsentrasi, Nadira yang bertugas pertama kali di ruangan operasi itu pun merasakan ketegangan yang tidak terkira, dia membantu Mengelap keringat yang bercucuran dari kening sang dokter dengan menggunakan tisu yang tersedia.
Sedangkan Siska dia membantu Ken dengan memberikan segala peralatan yang dibutuhkan saat operasi berlangsung.
Setelah selesai operasi Nadira dan Siska kembali ke meja mereka, begitu juga dengan Ken.
Sedangkan di sisi lain di UGD, Thomas Edison sedang melakukan operasi kecil pada pasien tabrakan dengan menjahit sebagian luka pada tubuhnya yang sobek.
Operasi kecil itu tidak menyita banyak waktu namun pemeriksaan akan pria paruh baya itu begitu menyita waktu karena kondisi yang cukup memprihatinkan.
"Sus, Apakah Bapak ini ada keluarganya?, apa ada yang bisa kita hubungi?" Tanya Thomas yang memiliki kepedulian yang tinggi.
"Saya tidak mengetahui identitasnya Dok, dikarenakan beliau di bawa oleh Dokter Ken, saya kira ini saudaranya Dokter Ken," jawab suster yang membantu menangani pasien tersebut.
"Baiklah biar saya nanti bicarakan kembali dengan Ken, terimakasih sus sudah membantu saya, saya titip pasien ini, pantau terus hasilnya. Jika sudah terbangun dari pingsannya mohon beri dia makan, dan kabari hasil dari lab dan CT Scannya pada saya." Thomas pun berbicara saat hendak melangkahkan kaki menuju arah pintu keluar.
"Baik Pak akan saya laporkan nanti jika hasilnya telah keluar," jawab suster tersebut.
Kemudian Thomas pun bergegas menuju ruangan Ken, dengan langkah tegap dan berwibawa, juga berkharisma, saudara Ken ini sama-sama banyak dipandang para wanita sama halnya dengan Ken, hanya saja Kendrick memiliki wajah yang cool sedangkan Thomas memiliki wajah yang begitu ramah bahkan terkadang jika sudah mengenalnya dia terkesan cengengesan.
Thomas pun telah sampai di ruangan Ken tanpa mengetuk pintu.
"Bisa kaga lo kalau masuk ruangan gue itu ketuk pintu apa gimana? perasaan ga ada sopan-sopannya jadi saudara." Kendrick yang tetap fokus memeriksa dokumen kesehatan pasien di tangannya tanpa sedikitpun melirik ke arah Thomas.
"Ken, Lo udah selesai operasinya?" Tanya Thomas tanpa membahas teguran Ken.
"Udah, ga liat apa Lo?, gue udah duduk di sini?, Ha!, dan itu punya koas lemot banget sih kalau di suruh?, kesel gue!" gerutu Kendrick.
"Gue mau nanya sama lo, lo nemuin orang tabrakan dari mana sih?, Sampai suster bilang itu orang kenalan lo atau saudara lo, Lo kenal nggak sama keluarganya? gimana ini nanti administrasinya?" cecar Thomas dengan segala pertanyaannya.
"Ya ampun, gue sampai lupa, ngomong-ngomong gimana hasilnya?" Tanya Kendrick.
"Gue nanya apa, lo jawab apa? kaga nyambung lo?" protes Thomas.
"Lama ..., cepat! kasih tau gue gimana hasilnya?" Desak Kendrick yang sudah tak sabar.
"Lo kenapa kaya panik banget? sebenarnya ada apa? cerita sama gue!" cecar Thomas.
"Cepat jawab gimana hasilnya? Lo kan yang periksa dari tadi?" Tanya Kendrick.
"Iya gue. Terus kenapa kalau gue? Lo sendiri kan yang nyuruh gue?" Sahut Thomas tak kalah ketus.
"Iya gimana hasilnya?" Tanya Kendrick yang sudah tidak ingin berdebat.
"Hmm, oke hasilnya kayak gitu, sobek-sobeknya udah gue jahit, gimana aja kain yang sobek, hahaha ...," jawab Thomas dengan candanya.
"Serius gue enggak usah bercanda deh!, bercanda mulu kamu Tom," cecar Kendrick yang sudah semakin geram.
"Apaan sih Lo, thom, thom, emangnya gue tom n jerry gitu? iya lo jerrynya wkwk..., bisa kagak sih lo bilangnya jangan thom? ga suka gue dengernya." Thomas sambil berdecak kesal dan menyilangkan kedua tangannya.
"Ya udah kalau lo nggak mau dengar kata Thom, sekarang jelasin sama gue, bagaimana kondisi pasien itu? biar gue tahu hasilnya!" Ujar Ken yang sudah sangat kesal dengan sikap saudaranya itu, namun Ken berusaha tenang.
"Oke gue jelasin sekarang keadaannya baik-baik aja, sampai sekarang dia belum sadarkan diri, gue tinggal nungguin hasil labnya, masa gue harus nungguin di sana ogah banget," jelas Thomas dengan rinci.
"Oke thanks gue pergi dulu." Kendrick langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Lo mau ke mana buru-buru amat?" Tanya Thomas dengan heran.
"Mau ke ruangan pasien bye." Kendrick berlalu meninggalkan Thomas yang sedang mematung.
Kendrik pun menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan pasien yang tadi telah dia bawa.
Kemudian Dia pun membuka pintu ruang Bapak tersebut. "Assalamu'alaikum Pak, Apakah bapak baik-baik saja?, bagaimana keadaan Bapak?" Tanya Kendrick dengan Memegang tangan si bapak.
Kendrick pun memperhatikan cairan infusan yang yang berada di hadapannya.
Tak lama handphonenya pun bergetar. Dirogohlah handphone tersebut kemudian beranjaklah dia dari duduknya, kemudian keluar ruangan untuk menerima telepon.
Kendrick pun menerima telepon sambil berjalan dengan wajah yang terlihat serius.
Setelah sampai di meja perawat, langkah Ken terhenti ketika dia teringat akan infusan Bapak yang dia tengok itu telah habis.
"Nadira, Tolong ganti infusan di ruang rawat inap nomor 10 di UGD sekarang!" Kendrick pun langsung berlalu dari hadapan Nara sebelum Nara berbicara.
"Dokter tidak jelas, infusan apa coba yang harus gue ganti? mana gue tahu jenis infusannya kalau begini?" Nadira pun berdecak kesal setelah kepergian Ken.
Siska yang mendengar keluhan Nadira pun memberikan masukan.
"Ra, baiknya lo cek di komputer biar bisa tahu itu orang sakit apa?, Dari sana lo bisa mengetahui cairan infus apa yang di gunakan pasien." Siska membantu Nadira sambil membuka data di komputer.
"Lo bener sis, thanks ya," ucap Nadira dengan tersenyum, dia langsung membuka data pasien dan melihat pasien yang belum memiliki nama tersebut.
"Lho kok pasiennya nggak ada namanya sih?, Malah ada nama dokternya aja sama ruangannya?" Tanya Nadira yang merasa ada keanehan.
"Namanya juga pasien yang belum diketahui identitasnya, makanya datanya seperti ini," jelas Siska.
"Oh begitu baru tahu aku," ucap Nadira sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Ya udah cepet buruan ganti infusannya Nanti keburu Pak Ken marah lagi," saran dari Siska.
"Beneran loh! gue sampai lupa, thanks ya gue pergi dulu." Nadira pun berlalu meninggalkan Siska dengan tergesa-gesa.
Aneh Pak Ken itu, kenapa harus gue yang ganti?, bukannya di ruang UGD sudah ada anak koas dan lain sebagainya. Gumam Nadira yang merasa aneh.
Nadira pun terus berjalan menuju UGD, kemudian sesampainya di ruangan 10, dia pun secara perlahan membuka handle pintu tersebut.
Kemudian dia memasuki ruangan tersebut dan melangkahkan kakinya mendekati pasien, matanya terus tertuju kepada infusan dan selangnya tanpa sedikitpun melirik pasien.
Setelah dia selesai memasang infusan, Nadira tersenyum sambil menundukkan mukanya ke arah selang untuk mengecek alirannya melalui selang tersebut lancar atau tidak.
Namun saat matanya beralih memandang pada wajah Bapak paruh baya itu, dia pun tercengang dan ....
Bersambung ...