"Dimana ini? kenapa semuanya sangat bobrok? uuhh.. badan ku sakit sekali, " lirih Sherina yang mendapati tubuh nya berbaring di atas jerami.
"Kakak lihat, wanita kejam itu bangun kembali, apakah dia akan memukul kita lagi? " suara bisikan seorang anak kecil itu terdengar oleh Sherina, mereka mengenakan pakaian lusuh compang-camping, dengan tambalan di sekeliling nya.
"Mahkluk apa itu? kenapa mereka tampak seperti Monyet, " gumam lirih Sherina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-25. Terjepit, Terjerat, Tersungkur
Secara pelan perlahan-lahan berusaha untuk tak bersuara, itulah yang saat ini di lakukan Nenek Sarah beserta anak menantu nya.
Bahkan jika bisa, Nenek Sarah ingin dirinya tak terlihat oleh siapapun.
Mereka berjalan mengendap-endap, seperti maling takut ketahuan.
Pembaca said: Lah Mak.. mereka kan emang mau maling Mak ◡̈.
Mak said: Ehh iya, maaf Mak lupa ◡̈⃝︎ ᭄.
"Apapun yang kalian lihat, dan apapun yang terjadi disana.. aku minta kalian jangan sampai mengeluarkan suara sedikitpun" Nenek Sarah memberikan peringatan pada anak menantu nya.
"Iya Ibu kami mengerti.. lagi pula kami tak ingin orang-orang tau tentang apa yang kita perbuat" Dias tak ingin mengambil resiko dalam aksinya.
"Maka dari itu aku meminta kalian jangan bersuara" Nenek Sarah juga tak ingin jika aksi mereka di ketahui oleh orang lain.
"Cepat sebaiknya kita segera bergegas.. " melihat suasana sunyi Nenek Sarah menjadikan nya sebagai kesempatan, Nenek Sarah dengan lincah berjalan cepat.
Tiga wanita beda usia, dan dua laki-laki tak jauh beda usia itu kompak untuk menjalankan aksi tak patut nya.
Mereka tanpa takut berjalan di kegelapan malam hanya untuk satu tujuan, yaitu untuk menjarah semua belanjaan Sherina.
"Ibu lihatlah.. dia benar-benar berbelanja dengan banyak" Dania menatap rakus pada belanjaan Sherina.
Barang-barang Sherina di bereskan di luar rumah nya, karna rumah Sherina sangat kecil jadi tak bisa menampung semua barang belian nya.
"Itu.. itu.. kursi yang ku inginkan selama ini" Lela menatap menuh damba pada kursi santai baru Sherina.
"Wanita bodoh itu.. dia berbelanjaan banyak barang-barang bagus, tapi sedikit pun dia tak mau memberikan nya padaku" Nenek Sarah geram tak terima atas perlakuan Sherina terhadapnya.
"Ayo Ibu.. sebaiknya kita segera membawa pulang barang-barang itu, kita cukup membawa yang di inginkan saja karna kalau membawa semua nya itu tidak mungkin" Dion maju terlebih dahulu karna sudah tak sabar.
Dion berjalan cepat tanpa memperhatikan sekitar, Dion hanya fokus pada barang-barang baru Sherina.
Buukkk
Kraaass..
"Aaahh " Dion menutup mulutnya menghentikan teriakan nya sendiri, karna tak ingin membuat keributan, dan Dion melompat-lompat tak jelas karna menahan rasa sakit di kaki nya.
"Sua..
"Sssstttt... " ucapan Lela di sela Nenek Sarah.
"Su suami ku.. " Bisik Lela menghampiri Dion yang kini melompat-lompat.
Dion terus melompat-lompat kesana kemari, karna Dion merasakan kaki nya sakit bukan main.
Srekk..
Dion kini malah terjerat tali yang akhirnya membuat badan Dion terjerat hingga terangkat ke batas pohon, Dion kini gelantungan bagai layangan tertiup angin.
"Sssttt.. "kembali Nenek Sarah memberikan isyarat agar di antara mereka tak ada yang bersuara, begitu pun dengan Dion dia di larang mengeluarkan kata apapun oleh Nenek Sarah.
Kini mereka tengah memandangi Dion yang tergelantung di atas pohon.
Nenek Sarah mondar mandir tanpa suara, namun yang pasti Nenek Sarah sedang menahan gejolak amarahnya.
Melalui pandangan mata Nenek Sarah meminta agar Dias membantu Dion terlepas dari jeratan itu.
Meski tak mau Dias harus memenuhi perintah sang Ibu, maka dengan ogah-ogahan Dias membantu Dion terlepas dari jeratan tali yang melilit nya.
Bruugg.. Dion terjatuh dengan keras, hingga menimbulkan kegaduhan di suasana malam sunyi.
"Siapa disana??" Sherina berteriak dengan keras karna merasa tidur nya terganggu.
Mendengar suara Sherina Nenek Sarah beserta anak menantu nya menjadi panik, mereka takut Sherina melihat mereka, maka dengan tergesa-gesa Nenek Sarah mengajak anak menantunya segera bergegas.
Mereka lari pontang panting dengan keadaan kaki Dion terluka
Siiuuttt..
Bruuugg..
Dania tersungkur dengan posisi tak elit, kini badan nya jatuh dengan kepala lebih dulu.
Dania tak menghiraukan rasa sakit nya, Dania segera bangkit di bantu sang suami, dan mereka segera berlari kembali agar bisa pergi dengan cepat dari pekarangan rumah Sherina.
……………………………………
Fajar menyingsing bagaikan pergantian shift penjaga, rembulan menyerahkan tongkat estafet cahaya kepada mentari yang siap menguasai angkasa.
Tak terasa malam berlalu di gantikan dengan pagi menyapa, seolah mengajak semua makhluk bumi untuk segera terjaga dari mimpi yang menjadi bunga tidur nya.
Sherina dengan cepat menyibak selimut lusuh nya, lalu segera berlari untuk melihat hasil jebakan sistem semalam.
"Seperti nya mereka terluka" ucapan itu secara spontan keluar dari mulut Sherina, karna melihat noda darah berceceran.
"Hanya satu orang terluka Nona" sistem langsung hadir untuk menanggapi ucapan Sherina melalui pikirannya.
"Apa dia terluka parah??" dapat di pastikan pasti saat ini orang itu sedang kesakitan.
"Melihat dari noda darah nya.. seperti nya orang itu telah menginjak jebakan tikus yang saya pasang di bagian sana" dengan khas suara sistem nya sistem menanggapi semua ucapan Sherina.
"Jebakan tikus.. " cukup mengejutkan jika benar di antara mereka terluka karna jebakan tikus.
"Benar Nona jebakan tikus, Nona meminta memasang jebakan ringan.. maka saya menggunakan jebakan tikus saja" semua jenis jebakan sistem memilikinya, berhubung Sherina meminta jebakan ringan maka sistem hanya memasang jebakan tikus.
"Ibu.. Ibu sedang apa disini?" Zovan menghampiri Sherina, karna keheranan dengan Sherina yang malah pergi ke belakang rumah mereka.
"Zovan kamu sudah bangun?" Sherina malah balik bertanya.
"Iya Ibu aku sudah bangun.. Ibu belum menjawab pertanyaan ku" Zovan menautkan kedua alis nya, menatap penuh tuntutan pada Sherina.
"Ibu tidak melakukan apapun.. Ibu hanya melihat disini ada noda darah, dan di sebalah sana ada bekas orang terjatuh" Sherina tak menyembunyikan apapun dari Zovan.
Zovan segera menghampiri Sherina, dan melihat ke arah tunjuk Sherina.
Dapat Zovan lihat.. disana memang ada bercak darah, disana juga seperti bekas orang terjatuh.
"Siapa kira-kira orang itu Ibu.. dan kenapa mereka berada di halaman rumah kita?" Zovan sebenarnya curiga pada Nenek Sarah, tapi Zovan tak ingin menuduh tanpa bukti.
"Ibu tidak tau.." meski tau Sherina tidak akan membeberkan tentang orang-orang itu.
"Sebaiknya kita kembali ke dalam rumah saja" Sherina segera mengajak Zovan untuk masuk kembali ke dalam rumah.
"Aku akan pergi mengambil air Ibu.. " Zovan memang sudah menenteng ember kayu untuk mengambil air dari sungai.
"Kalau begitu Ibu juga akan pergi" kebetulan sherina belum mengetahui letak sungai di sini jadi Sherina akan ikut saja, sekalian Sherina ingin melihat aliran sungai disana.
Saat di perjalanan ke sungai mereka berpapasan dengan beberapa orang, bahkan ada beberapa ibu-ibu yang sudah bergosip di depan salah satu rumah nya.
"Apa kamu sudah melihat keadaan Dion??" tanya bibi Laura pada Sherina dan sengaja menghentikan langkah Sherina.
"Memang nya apa yang terjadi?" Sherina berpura-pura tak tau.
"Dia terluka sangat parah di kaki nya.. luka nya sangat menganga, mengerikan sekali luka itu" bibi Laura bergidik ngeri ketika mengingat kembali luka din kaki Dion.
"Separah itu kah.. memang nya dia terluka kenapa Bibi?" Sherina ingin tau luka nya karna apa.
"Nenek Sarah bilang Dion di serang Beruang"
Bersambung.. semoga kita ketemu lagi di bab selanjutnya 👋👋.