NovelToon NovelToon
Bukan Upik Abu

Bukan Upik Abu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:782
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Mereka melihatnya sebagai Upik Abu. Mereka salah besar. Regina adalah CEO muda yang menyimpan rahasia besar. Di rumah mertua, ia menghadapi musuh yang tak terlihat dan cinta yang diuji. Mampukah ia mengungkap kebenaran sebelum terlambat? Ataukan ia akan kehilangan segalanya? Kisah tentang cinta, keluarga, dan rahasia yang bisa mengubah takdir seseorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Upik Abu Eps 14

Dua tubuh telanjang masih terlelap di bawah selimut, saling mendekap seolah mencari kehangatan di tengah dinginnya pagi.

Drttttt....

Getaran ponsel Bima memecah sunyi, membangunkannya dari tidur lelap. Alih-alih meraih ponsel, matanya justru terpaku pada wajah polos di sampingnya. Kecantikannya terpancar alami, tak terusik meski dalam lelapnya. Bibirnya yang ranum mengundang decak kagum, seperti lukisan pagi yang sempurna.

Kini, Bima merasa memiliki segalanya. Cinta dan tubuh istrinya telah menjadi miliknya sepenuhnya, sebuah anugerah yang tak ternilai.

Ponsel kembali bergetar, membuyarkan lamunannya. Dengan sigap, ia meraih benda pipih di atas meja. "Hm... Ya, baik," ucap Bima setelah menerima panggilan tersebut.

Tanpa disadarinya, suara itu mengusik tidur lelap Regina. Ia menatap wajah Bima yang masih berbekas jejak bantal. Meski telah sering melihatnya, entah mengapa pagi ini suaminya tampak lebih mempesona, bagai mentari yang menyinari hari.

Bima menyadari tatapan Regina, ia mencubit lembut pipi istrinya. "Lihat apa, hm?" tanya Bima dengan suara serak khas bangun tidur.

Regina hanya tersenyum, menggenggam tangan Bima dan membawanya ke pipinya. Matanya terpejam, seolah mencari kehangatan dari sentuhan suaminya. Melihat itu, Bima kembali mendekap tubuh polos Regina.

"Terima kasih," ucap Bima sambil menciumi pucuk kepalanya. "Untuk apa?" tanya Regina tanpa memalingkan wajah. "Sudah menjaganya untukku," jawab Bima tulus.

"Ibu selalu berpesan, harga diri wanita terletak pada mahkotanya. Jadi, jagalah baik-baik mahkota itu untuk raja sesungguhnya," jelas Regina. Bima tersenyum bangga. Meski pernikahan mereka berawal tanpa cinta, Regina mampu menjaga kesuciannya di tengah pusaran era kebebasan. Baginya, Regina adalah permata yang bersinar di antara gemerlap dunia.

Tepat pukul dua belas siang, mereka tiba di Bandara Internasional London Heathrow. Bima memutuskan untuk membawa Regina bersamanya, sebuah tekad untuk selalu melindungi sang istri.

Sebelumnya...

Bima dan Regina tiba di kediaman Adhi, orang tua Regina yang juga atasannya. "Tuan," sapa Bima. "Ayah!" koreksi Adhi, tak suka menantunya tetap memanggilnya dengan sebutan formal.

"Ayah, izinkan aku membawa istriku kembali ke London," pinta Bima pada sang mertua. "Bawalah, dan jagalah berlian kita baik-baik," ucap Adhi sembari merangkul pundak menantunya.

Anisa, sang ibu, dengan berat hati melepaskan anak bungsunya mengikuti sang suami. Perusahaan milik Regina di Indonesia diambil alih oleh Adhi, sementara Regina akan mengurus perusahaan di London, tentu saja hanya di bagian terpenting. Selebihnya, Nathan dan Meghan yang memegang kendali.

Nathan dan Meghan telah lebih dulu bertolak ke London, saat Regina mulai pulih dan mampu menjalani hari-harinya dengan baik. Kini, semua seolah terulang kembali, namun dengan sentuhan yang lebih intens dan romantis.

Bima dan Regina tak sungkan memamerkan kemesraan mereka di depan umum, bahkan ada yang mengira mereka hanyalah sepasang kekasih yang dimabuk cinta. Lima belas jam perjalanan terasa singkat dalam kebersamaan.

Setibanya di London, mereka disambut oleh orang-orang kepercayaan Bima. Bima memutuskan untuk membawa Regina ke apartemennya, enggan membiarkan "si tua bangka" Damar mengusik istrinya. Apartemen itu akan menjadi saksi bisu cinta mereka, tempat di mana Bima akan menjaga Regina dari segala ancaman.

Regina tak pernah mempermasalahkan tempat tinggal. Baginya, di mana pun ia berada, selama bersama sang suami, itulah rumah yang sebenarnya. Meski harus tinggal di apartemen, itu bukanlah masalah besar.

Pagi itu, seberkas sinar matahari menerobos celah tirai, menari-nari di wajah Bima. Terganggu, ia menarik selimut, berusaha menghalau sang surya yang memaksa masuk.

Cup...

Sebuah kecupan lembut mendarat di rahang tegasnya, bagai sentuhan embun di kelopak bunga. Bima terkejut, namun matanya langsung berbinar mendapati wajah Regina, bidadari hatinya, tersenyum manis di hadapannya.

Bima menarik tengkuk Regina, mendekapnya erat. Diciuminya pucuk kepala itu berulang kali, lalu turun ke wajah dan lehernya, membuat Regina tertawa geli.

"Waktunya kerja, Pak Bos," ucap Regina, mencoba melepaskan diri. Bima menggeleng, semakin mengeratkan pelukannya.

"Kamu nggak enak badan?" tanya Regina, masih dalam dekapan hangat Bima. Bima hanya diam, enggan melepaskan pelukannya. "Sebentar saja, diam dulu," bisik Bima. Entah mengapa, memeluk dan menciumi istrinya terasa seperti candu yang menyenangkan.

 

Regina pasrah, terdiam dalam pelukan suaminya. Ia pun merasakan hal yang sama seperti Bima, kini, memeluk tubuh kekar Bima adalah candu yang menenangkan baginya, sebuah oasis di tengah hiruk-pikuk dunia.

Kini keduanya sudah bersiap. Regina tampil anggun dengan setelan kemeja putih, celana kain hitam, dan hijab abu-abu yang membalut kepalanya. Sementara Bima, mengenakan kemeja biru yang dipadukan dengan celana kain hitam, serta dasi hitam bergaris biru semua dipilihkan dengan cermat oleh sang istri. Dengan telaten, Regina memakaikan dasi suaminya, menyempurnakan penampilan Bima yang gagah.

"Aku baru tahu kamu bisa memakaikan dasi," ucap Bima terkejut, sebuah senyum tersungging di bibirnya. Regina hanya mencebik, pura-pura kesal.

Pagi itu, mereka sarapan sepotong roti bakar lengkap dengan selai cokelat kesukaan Regina. Saat Bima sibuk memeriksa email dari asistennya, Regina dengan lembut menyuapkan sepotong roti ke mulut suaminya, sebuah gestur kecil yang penuh perhatian di tengah kesibukan pagi.

Tiba di parkiran, mereka berpisah. Regina dijemput oleh Meghan, sementara Bima oleh Edward, asistennya.

Sebelum berpisah, mereka saling berpelukan erat. Bima tak lupa mengecup bibir Regina, seolah menyalurkan semangat untuk keduanya. Meghan menahan tawa, geli melihat ekspresi terkejut Edward.

Mungkin karena Edward baru mengenal Bima beberapa bulan. Bagi Edward Bima adalah bentuk nyata dari kutub utara, dingin dan sulit didekati. Namun, siapa sangka, kutub utara pun bisa mencair saat bertemu dengan belahan jiwanya.

Bima kembali ke mode profesionalnya, wajahnya datar dan auranya begitu kuat, seolah mampu menekan siapa pun yang berada di dekatnya.

Sementara itu, Regina memancarkan aura kepemimpinan yang tak kalah kuat. Selain cantik, ia juga enerjik. Satu per satu pekerjaan mereka selesaikan, hingga tak terasa waktu telah beranjak ke penghujung hari. Seperti biasa, Bima akan pulang diantar Edward, begitu pula Regina yang dijemput Meghan.

Mereka bertemu kembali di parkiran apartemen. Bima yang tiba lebih dulu, baru saja akan menelepon Regina, ketika mobil Meghan sudah berhenti di hadapannya.

Bima segera membukakan pintu mobil, tangannya sigap menaungi kepala Regina agar istrinya tidak terbentur atap mobil. "Ck... kasihanilah aku, Tuan dan Nona," ucap Meghan, berpura-pura memelas namun lebih terdengar seperti godaan.

 

Keduanya hanya tertawa, seolah pemandangan itu sudah menjadi bagian dari rutinitas mereka. Mobil Meghan pun meluncur pergi meninggalkan parkiran, sementara Bima dan Regina bergandengan tangan, menyusuri jalan menuju apartemen mereka. Tanpa mereka sadari, sepasang mata mengawasi setiap gerak-gerik mereka dari kejauhan, bagai elang mengintai mangsanya.

Ada yang tau siapa?

Bukan Upik Abu

Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar, like mu semangat ku 🩷

1
🚨🌹maly20🌹🏵️
Bagus banget nih novel, author terus berkarya ya!
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 terimakasih ❤️
total 1 replies
Azure
Endingnya puas. 🎉
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 kalau kakak puas 😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!