NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba, dari balik kerumunan jemaah masjid yang baru saja menyimak tausiyah dzuhur, muncullah seorang gadis berwajah bening dengan sorot mata sekuat badai.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia berdiri tepat di depan sang ustadz muda yang dikenal seantero negeri karena ceramahnya yang menyentuh hati.

"Aku ingin menikah denganmu, Ustadz Yassir," ucap Zamara Nurayn Altun, dokter magang berusia dua puluh satu tahun, anak dari keluarga terpandang berdarah Turki-Indonesia.

Seluruh dunia seakan berhenti sejenak. Para jemaah terdiam. Para santri tertegun. Dan sang ustadz hanya terpaku, tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa, seorang gadis yang tak pernah ia kenal, datang tiba-tiba dengan keyakinan setegas itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 11

Hari ini hari Jumat adalah hari yang dimuliakan langit dan bumi. Dan hari ini pula, dua insan yang pernah dipertemukan dalam sepi, kini disatukan dalam akad suci.

Matahari memancarkan cahayanya lembut, seolah enggan menyilaukan. Angin mengalir tenang seperti turut mengirimkan doa.

Di dalam sebuah aula kecil yang bersih dan sederhana, suara lantunan shalawat dan doa mengalun pelan, menenangkan hati siapa pun yang mendengarnya.

Tidak ada pesta meriah. Tidak ada barisan tamu yang berjejal. Hanya hadir mereka yang paling dekat dengan hati yaitu anak-anak santri yang sejak pagi membantu menyusun kursi dan merapikan karpet.

Para ustadz dan ustadzah yang selama ini menjadi keluarga ruhani bagi Yassir, serta ketujuh adik angkatnya diantaranya, Salwa, Faris, Annisa, Aliyah, Gilang, dan Nadira yang mengenakan baju rapi, duduk berjejer di barisan depan.

Empat sosok yang sangat berarti dalam hidup Yassir pun hadir yaitu Ibu Sarah dan Bu Salamah dengan senyum lembut penuh doa, serta Pak Lukman dan Pak Mahmud yang selama ini menjadi panutan dan tempat Yassir menimba hikmah kehidupan. Mereka duduk tak jauh dari mimbar akad, menyimak dengan haru.

Zamara duduk di sisi ruangan, memakai gamis putih polos dengan kerudung senada.

Wajahnya teduh, meski di balik senyum tenangnya, hati bergemuruh menahan tangis.

Tak ada sosok ayah yang menggandeng tangannya hari ini. Tak ada pelukan hangat seorang ibu Turki yang selalu memanggilnya güzellik kızım.

Kedua orang tuanya telah lama berpulang. Ia anak tunggal. Tak punya saudara kandung, tak ada abang yang bisa berdiri mewakili.

Namun, hari ini ia tidak sendiri. Di sekelilingnya ada cinta dan doa dari mereka yang menerima kehadirannya tanpa syarat.

Zamara selalu memperlihatkan senyuman terbaiknya setelah dimakeup oleh MUA terbaik se Bandung.

“Akhirnya rencana aku berhasil juga hanya butuh waktu tujuh hari semuanya terlaksana dengan lancar dan tanpa kendala berarti,” batinnya Zamara.

Pak Mahmud, yang sudah seperti ayah sendiri bagi Yassir, kini berdiri di samping penghulu sebagai wali nikah Zamara. Suaranya bergetar saat melafalkan ijab.

“Aku nikahkan engkau, Yassir Qayyim bin Abdullah, dengan Zamara Nurayn Altun binti Emir Altun dengan mahar seperangkat alat salat dan cincin emas dibayar tunai karena Allah.”

Yassir mengangguk mantap, lalu menjawab dengan suara bulat, tanpa ada keraguan sedikitpun.

“Saya terima nikah dan kawinnya Zamara Nurayn Altun binti Emir Altun dengan mahar tersebut dibayar tunai karena Allah Ta’ala.”

Pak Mahmud entah kenapa merasa familiar dengan nama papanya Zamara, tapi beliau lupa dimana pernah mendengar nama almarhum Pak Emir Altun.

“Ya Allah, kenapa aku merasa mengenal nama Papanya Nak Zamara, tapi entah aku dengarnya dimana?” cicitnya Pak Mahmud ayah angkatnya Ustadz Yassir.

Air mata menetes di pipi Zamara. Ia menutup wajah dengan kedua tangan. Tangisnya tak bersuara, hanya bahu yang naik turun pelan.

Bukan karena sedih, melainkan karena hatinya penuh. Penuh rindu pada orang tuanya. Penuh syukur pada Allah yang mengizinkannya sampai ke hari ini.

Ucapan "Sah" menggema di ruangan. Para santri mengucap syukur, para ustadz tersenyum, adik-adik Yassir saling berbisik riang. Dan dalam hati semua yang hadir, doa-doa terbaik melayang ke langit.

Ibu Sarah menghampiri Zamara, memeluknya hangat. "Mulai hari ini kamu bukan sendiri lagi, Nak. Kami keluargamu dan kamu anak kami juga."

Zamara mengangguk dalam pelukan, tak mampu berkata apa-apa. Tubuhnya menggigil kecil, seperti rindu yang akhirnya diberi tempat untuk berlabuh.

Sementara itu, Yassir berdiri menatapnya dari kejauhan. Ia tidak melihat seorang gadis yang sendiri, tapi seorang perempuan kuat yang mampu melewati gelombang hidup dengan iman dan kesabaran.

Dia tahu, rumah tangga mereka tak akan sempurna, tapi ia yakin, dengan cinta karena Allah, keduanya akan belajar tumbuh, jatuh dan bangkit bersama.

“Masya Allah cantiknya istriku,” gumamnya.

Dalam hati Yassir berbisik, “Bismillah, Zamara hari ini, kamu bukan lagi hanya nama dalam doaku, tapi sudah menjadi bagian dari langkah hidupku.”

Setelah acara syukuran sederhana selesai, pasangan pengantin baru itu berpamitan pada semua yang hadir.

Ustadz Yassir menggenggam tangan Zamara dengan lembut, seolah menguatkan langkah mereka menuju kehidupan yang sama sekali baru.

Mobil hitam yang menjemput telah terparkir di depan gerbang pondok. Suasana malam begitu tenang, angin membawa harum tanah basah sisa hujan siang tadi.

Zamara hanya membawa satu koper kecil, sisanya sudah dikirim lebih dulu ke hotel tempat mereka akan bermalam.

“Yuk, kita jalan,” ucap Zamara lirih sambil melirik suaminya yang mengenakan gamis putih bersih.

Yassir tersenyum, “Kamu capek?” tanyanya sambil membuka pintu mobil.

“Enggak kok. Cuma masih kayak mimpi aja bisa duduk di samping kamu sebagai istri yang sah,” gumamnya pelan.

Yassir hanya diam matanya tak bisa berbohong ada binar haru yang tak terbendung.

Perjalanan menuju hotel ditemani suara dzikir yang diputar pelan dari radio mobil. Tak ada percakapan panjang.

Hanya tatapan sesekali, genggaman hangat, dan napas syukur yang terucap dalam diam.

Setibanya di hotel bintang lima yang sudah dipesan Zamara sejak dua pekan lalu, bellboy menyambut mereka dengan ramah.

Senyuman Zamara tak pernah lepas sejak tadi. Ia terlihat jauh lebih tenang, tidak lagi diburu cemas seperti sebelum akad.

“Malam pertama kita bukan tentang mewahnya kamar hotel, tapi ketenangan yang akhirnya bisa aku rasain,” bisiknya sambil melepas kerudung panjangnya dan menggantungnya dengan hati-hati.

Yassir mengangguk. “Dan malam ini, aku cuma mau jadi teman kamu buat istirahat yang tenang,” katanya pelan sambil membuka sajadah, lalu melirik jam dinding.

“Masih cukup waktunya buat tahajud, Zam.”

Zamara menatap suaminya lekat-lekat. Tak ada lelaki lain yang ia harapkan duduk di sejadah yang sama, kecuali lelaki yang kini bersedia menerima seluruh masa lalunya.

“Iya, aku wudhu dulu ya,” ujarnya sambil berjalan ke kamar mandi.

Malam itu, kamar hotel mewah itu tidak hanya jadi tempat istirahat, tapi saksi awal kebersamaan dua jiwa yang saling menemukan dalam takdir yang tidak pernah mereka kira sebelumnya.

Zamara berdiri di depan cermin, mengenakan lingerie merah yang sengaja ia pilih sejak jauh hari. Bukan sekadar kain tipis, tapi simbol keberanian untuk membuka lembaran baru sebagai istri yang sah. Ia menarik napas dalam, menenangkan detak jantung yang sejak tadi tak mau kompromi.

Pintu kamar mandi terbuka perlahan, suara embun dari shower masih terdengar. Ustadz Yassir keluar dengan handuk melilit pinggangnya, rambutnya basah dan ada bekas uap di kulit dadanya yang kekar.

Zamara terdiam matanya tidak bisa berpaling. Dia menelan ludah pelan, lalu berdeham kecil. Tapi pandangannya justru makin fokus ke arah dada bidang suaminya yang tidak kalah atletis dari pemain bola yang sering ia lihat di TV.

“Zam?” panggil Yassir sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Mampir Baca Pawang Dokter Impoten, Dipaksa Menjadi Istri Kedua. Obsesi Om Duda.

1
Abel Incess
nangis bombay pagi" Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak tanggung tissu yah kakak 🤣🤭🙏🏻
total 1 replies
Abel Incess
Asli ini sangat menyakitkan 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ini ujian 🤣☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Enz99
jangan lama-lama sedihnya Thor.... balikin zamara nya y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Mami Pihri An Nur
Wooowww,, perempuan egois, menantang bpknya sndri masalh keturunan, tp dia sndri yg utamakn keturunan laki2 buat penerus trs ditingglkn ank ceweknya,, aku kecewa thour di tengh crtanya ko gini, dikira Setelah punya ank akn bhgia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: masih panjang kak ceritanya 🤭😂
total 1 replies
Isma Isma
apa zamara punya penyakit bikin penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: tungguin selanjutnya
total 1 replies
Abel Incess
apa sih tujuannya Zamara, makin penasaran
Enz99
bagus bangettt.... lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak
total 1 replies
darsih
zamara penuh teka teki JD penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak sudah mampir baca
total 1 replies
darsih
JD penasaran SM zamara penuh teka- teki
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: baca lanjutannya kakak biar kejwab
total 1 replies
Eva Karmita
ada misi apa kamu Zamara...dalam satu Minggu harus bisa menaklukkan ustadz Yassir...??
Semoga saja kamu tidak membuat ustadz Yassir kecewa , kamu harus hati" dgn Aisyah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: rahasia 😂🤣
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!