Dipisahkan karena sebuah kesalahan membuat dua remaja mengakhiri hubungan mereka tanpa kejelasan.
Hilangnya Anezha Shepira setelah malam tak terlupakan di antara mereka menyisakan luka bagi Elian. Namun siapa sangka gadis yang ia cari selama ini tiba-tiba muncul disaat ia pasrah dengan keadaan dan mencoba move on dari hubungan masa lalu mereka, lantas akan seperti apa kisah yang sebenarnya belum usai itu?
"Gue udah lupain semuanya, dan anggap kita nggak pernah saling kenal"
"Setelah malam itu? hebat banget." Elian terkekeh sinis, lalu mendekat dan berbisik sinis.
"Dimana dia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nezha Tenang, Nabila Kebakaran
Satu mobil dengan tante Luna juga Nabila tidak pernah Nezha bayangkan sebelumnya, Nabila si gadis yang hanya Nezha ketahui namanya dan sekedar tahu orang saja, tidak mengenalnya secara personal. Dan sekarang kedatangan Elian semakin membuat Nezha merasa situasi sangat canggung, namun itu berlaku hanya untuk Nezha seorang, karena jika Luna beliau pembawaannya sangat menyenangkan, menghangatkan keadaan, Elian seperti biasa dengan sikap cueknya, dan Nabila, gadis itu cukup asik pembawaannya, ia lebih banyak mengobrol dengan Luna dibanding Nezha yang masih larut dalam pikirannya sendiri.
Ayo Zha, come on!
"Jadi tante baru tau kalau Lian itu pintar?" tanya Nabila dengan kekehan.
Luna mengangguk dengan tawa. "Dia itu nggak pernah belajar, hobinya main game sama main mulu," jelas Luna kembali mendapat tawa dari Nabila.
Tawa yang sangat ringat dan enak sekali untuk didengar, sejauh yang Nezha ketahui sekarang, Nabila tidak jauh berbeda dengan dirinya yang sedikit kalem, tetapi juga asik. Pantas jika ia salah satu teman wanita Elian yang cukup dekat, nyatanya Nezha sendiri mengakui, Nabila semenarik itu.
"Di rumah mungki sok cuek sama rumus-rumus tante, tapi kalau di sekolah, Lian cukup sering membuka bukunya, dia sangat unggul," puji Nabila melirik Elian sekilas, lalu menatap ke arah Nezha yang duduk di sebelahnya.
Elian yang menyetir mobil dengan Luna di sampingnya, sementara Nezha dan Nabila berada di belakang.
"Oh iya? Mungkin gengsi kali ya kalau ketahuan mamanya lagi belajar," balas Luna melirik Elian di sampingnya.
Nabila kembali mengeluarkan tawa menyenangkan, suaranya sangat merdu ketika tertawa, bahkan Nezha sendiri sampai terkesima, dan bingung untuk bereaksi apa dengan obrolan kedua wanita tersebut.
Elian menatap Nezha dari kaca mobil, sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas melihat reaksi Nezha saat ini yang sedari tadi terus diam, Nezha akan bersuara jika ditanya, dan akan kembali diam menjadi pendengar obrolan Luna dan Nabila.
"Ma, itu calon mantu mama diajak ngobrol juga dong, kasian kebingungan."
Nezha melotot. Sumpah demi apapun Nezha ingin sekali memberi pelajaran mulut Elian yang dengan entengnya berkata seperti itu. Nezha sangat malu meski sebenarnya ada kelegaan. Elian seperti menganggapnya, dan itu Elian katakan di depan Nabila. Gadis yang Nezha tahu menyukai Elian.
Sementara Nabila melirik Nezha yang terlihat merona pipinya. Dengusan terdengar dari gadis itu. Namun hanya Nezha saja yang dapat mendengar karena duduk di sebelahnya.
Ini kalau gue bales boleh nggak sih? Biar nggak keliatan bego banget guenya
Batin Nezha cukup terpancing dengan tanggapan Nabila yang jelas sangat tidak menyukainya.
"Kamu ini. Zha, katanya tante disuruh ngobrol sama kamu ini, langsung dari sumbernya," goda Luna seketika membuat Nezha terkekeh pelan.
Tapi kekehan Nezha terdengar seperti paksaan, jelas tidak semerdu Nabila tadi. Ya gimana, selama 2 tahun ini Nezha jarang tertawa kecuali sedang bersama dengan laki-laki kecilnya.
"Ma," tekan Elian semakin membuat Luna tertawa.
Ini kalau tante Luna yang jadi martua aku asik banget kayaknya
Batin Nabila menatap Luna dari belakang, lalu kembali melirik ke arah Nezha di sampingnya.
Ini cuma candaan kan? Dia bukan calon mantu tante Luna kan?
Nggak mungkin juga Lian menikah sama dia
Lagi-lagi batin Luna terus menerka-nerka, ia tidak begitu mempercayai ucapan tante Luna dan Elian, menurutnya jelas semua itu hanya sebuah candaan, apa lagi Elian masih kelas 11, untuk mengatakan keseriusan seperti sebuah pernikahan rasanya tidak mungkin.
"Kita antar Nabila dulu," ujar Elian diangguki setuju oleh Luna.
Nezha diam saja, ia menurut saja mau Nabila dulu atau ia dulu tidak menjadi masalah bagi Nezha, tetapi bagi Nabila sekarang, ia sebenarnya sedikit merasa keberatan jika diantar terlebih dahulu, dan membiarkan gadis di sampingnya ini bertiga dengan Elian dan mamanya, bayangan kebersamaan mereka membuat Nabila merasa tidak rela rasanya.
"Lian, kalau mau antar Nezha dulu nggak apa-apa kok, aku bisa setelahnya."
Luna sempat terdiam beberapa saat, melirik Elian yang terlihat sangat tenang menyikapinya, padahal jelas tidak mungkin Nezha diantar terlebih dahulu, sementara mereka memang ada urusan penting dengan gadis itu, dan Nabila memang hanya sekedar di antar saja karena tadi kebetulan menghampiri Luna.
"Begini Nabila, rumah kamu yang paling dekat, Nezha malah paling jauh, tidak mungkin kita antar Nezha dulu sementara kamu dibawa muter-muter, tante nggak enak sama orang tua kamu," jelas Luna sangat hati-hati.
Nabila akhirnya mengangguk meski dengan berat hati. Ia kembali melirik Nezha yang diam begitu tenang, seakan siapapun yang diantar terlebih dahulu tidak menjadi masalah untuknya.
"Sebenarnya sih nggak papa tante, aku juga di rumah lagi sendiri, mama sama papa lagi ke luar kota, tapi kalau memang begitu nggak apa-apa tante," balas Nabila sedikit murung.
Luna menoleh ke belakang, lalu tersenyum tipis. "Tante seneng bisa ketemu kamu lagi," ujar beliau cukup membuat Nabila merasa lebih baik.
Setelah mengantar Nabila. Kini mobil menepi di tengah jalan. Luna keluar dari mobil sementara Nezha merasa kebingungan sendiri, tetapi setelah melihat beliau masuk dan duduk di sebelahnya, Nezha merasa sedikit lega, sebelum akhirnya sadar jika beliau sengaja pindah untuk menemaninya.
"Biar nggak sendirian calon mantu mama," ujar Luna membuat Elian menoleh dengan senyum tipis. Apa lagi melihat wajah terkejut Nezha yang kini masih ditampilkan.
"Kita ke butik dulu ya sayang, setelah itu makan malam bareng," beritahu Luna hanya dibalas anggukan kepala oleh Nezha.
Memangnya apa yang mau Nezha katakan? Menolak? Ah, rasanya tidak mungkin Nezha lakukan. Bukan karena Nezha pasrah, tetapi mungkin memang ini yang terbaik untuk mereka, apa lagi ketika ada Nabila di dekat Elian, Nezha sendiri merasakan ketidak sukaannya pada kedekatan mereka. Nezha tidak tahu apakah itu bisa dikatakan cemburu atau memang sekedar tidak suka saja.
Sebelum kembali melajukan mobilnya, pandangan mata Elian dan Nezha bertemu dari balik kaca mobil, Nezha dapat melihat tatapan penuh makna itu, ia langsung mengalihkan pandangan matanya, menatap ke luar mobil. Sementara Elian tampak menyeringai.
Setelah insiden tadi di kelas. Elian memberitahu mama Luna dan mama Mita untuk menyegerakan pernikahan mereka, tentu saja tanpa pengetahuan Nezha. Setidaknya setelah menikah, ia tidak perlu menahan rasa cemburu seperti tadi, ia bisa meminta Nezha untuk tidak dekat dengan cowok lain selain dirinya.
Dengan hubungan mereka seperti sekarang ini, Elian tidak leluasa meminta Nezha untuk menjauh dari cowok-cowok yang berniat mendekatinya. Tetapi setelah ada ikatan nanti, jika Nezha memberi ijin, Elian ingin meminta Galenino tinggal bersama mereka. Elian ingin membuktikan bahwa perasaannya masih sama, dan ia pantas menjadi seorang ayah untuk Galenino.
Sorry Zha kalau gue egois, gue emang ngga bisa lepasin lo
next up kak
bahagia slalu kaliannn
gemusshh dgn bayik lucu galen
nezha itu kehidupan nya elian