NovelToon NovelToon
Tergoda Adik Tiri

Tergoda Adik Tiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Hamil di luar nikah / Romansa
Popularitas:17.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nita03

Dari kecil Raka tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, Ibu nya selingkuh saat ia baru berusia satu tahun. dan saat itu Ayah nya tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan.
Sampai Raka di usia 22 tahun, Ayah nya memutuskan untuk menikah dengan janda satu orang anak.
Disanalah hidupnya berubah setelah berkenalan dengan Adik tirinya bernama Nadine, Nadine baru berusia 20 tahun, mahasiswi semester 4 jurusan Tata boga.Dan ternyata mereka satu kampus.
Nadine tidak ikut tinggal dengan keluarga barunya, ia memilih untuk tinggal di apartemen nya, tapi sesekali ia akan menginap di rumah keluarga barunya, dan disanalah Mereka sering bertemu dan berinteraksi. mau di rumah ataupun di luar.
Ada kejadian dimana membuat Raka mulai jatuh cinta dan tertarik kepada Nadine.
kira-kira kejadian Apa ya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Halaman Dua Puluh Enam

***

Entah sudah berapa lama Nadine tidur, saat ia membuka matanya ternyata di luar sedang turun Hujan. Ia berusaha untuk duduk dan menyenderkan kepalanya pada headboard.

Pintu kamarnya terbuka sedikit sehingga ia bisa mencium aroma masakan dari luar.

“Siapa yang masak?” gumam Nadine.

Kepalanya masih sedikit pusing, tapi demam badannya sudah mulai mereda. Kalau flu nya sih masih tetap.

Nadine berjalan dengan pelan, baru saja keluar kamar. Ia sudah melihat Raka berjalan ke arah nya.

“Kenapa bangun? padahal tunggu aja di kamar.” ucap Raka.

“Kenapa Abang belum pulang?” Nadine malah tanah balik.

“Tega bener kalau Abang ninggalin kamu sendirian yang lagi sakit begini.” jawab Raka. “Duduk aja disini, Abang mau nyelesain masak dulu.” Raka membantu Nadine duduk di ruang tengah.

Raka kembali ke dapur untuk menyelesaikan memasak nya, sementara Nadine hanya duduk diam di ruang tengah.

Kalau sedang kurang sehat begini memang enaknya Diam tidak banyak bergerak.

Tak lama kemudian, Raka sudah kembali. “Mau makan sekarang nggak? Mumpung masih anget.” tanya Raka.

Nadine melirik ke arah jam yang ada di dinding dekat TV. Ternyata sudah jam Setengah enam sore.

“Abang masak apa?” tanya Nadine.

“Sup Ayam sama orak-arik tempe, ada Kerupuk juga.” jawab Raka.

“Kalau gitu makan sekarang aja.” ucap Nadine. Ia berdiri. “Aku mau makan di meja makan.” lanjut Nadine.

Raka mengangguk, ia memegangi tangan Nadine untuk berjalan ke arah meja makan. mau menolak tapi kepalanya cukup pusing dan kalau di pake jalan nggak terlalu nyaman, jadi membiarkan Raka menggandeng nya.

Di meja makan, Mereka duduk saling berdampingan. Nadine melirik Raka. “Abang jago masak juga.” ucapnya.

Raka terkekeh. "Nggak juga, kalau menurut Abang masak itu kita cukup menyesuaikan rasanya aja, setiap masakan bumbunya sama.” balas Raka.

“Iya juga sih, kadang suka heran sama orang yang bilang nggak bisa masak, pas masak malah keasinan. Padahalkan pas di masak harusnya sering-sering coba rasanya, ngasih bumbunya juga nggak harus langsung banyak.” ucap Nadine.

Raka baru selesai menaruh Nasi di piring untuk Nadine. Tak lupa dengan sayur sup dan tempe nya, ia mengelus pipi Nadine sebentar. “Kalau udah banyak bicara begini biasanya sebentar lagi sembuh.”

Nadine tidak bicara lagi, ia lebih fokus pada Makanan nya dan pipinya juga terasa panas setelah mendapatkan elusan dari Raka. tidak munafik ia sangat kangen dengan situasi seperti sekarang, duduk berdua dengan pria yang di cintai nya, mendapatkan perhatian.

Nadine melirik ke arah Raka. “Abang nggak makan?” tanya Nadine. Ia tidak ingin terlalu lama menatap Raka, apalagi dari tadi Raka terus menatapnya.

"Ini mau kok.” ucap Raka mengambil piring lain untuk dirinya.

Selesai Makan, Raka mencuci piring dan wajan bekas ia gunakan tadi. Sementara Nadine masih duduk di sana memperhatikan setiap pergerakan Raka.

Sayang sekali ia tidak membawa HP nya, kalau ia bawa pasti akan memotret kegiatan Raka dan akan ia kirim kepada Tari.

Raka sudah selesai, ia menghampiri Nadine. “Di minum lagi obatnya, tadi Abang udah beli obat Flu nya.”

Sebelum ke kamar, Raka mengambil Air hangat dulu untuk Nadine. Mereka kembali ke kamar Nadine dan Nadine meminum obatnya.

“Ibu ngabari ngak?” tanya Nadine.

Raka menganggukan kepalanya. “Abang bilang mau nginap disini nemenin kamu yang lagi sakit.”

Nadine melebarkan matanya. “Kenapa di kasih tahu, terus kata Ibu apa?”

“Besok pagi mau kesini, tadinya mau tadi tapi lagi hujan jalanan juga banjir. Mau malam tapi Abang larang, lebih baik pagi aja.” jawab Raka.

Nadine mengambil ponselnya untuk melihat ada panggilan atau pesan masuk dari Ibu nya nya. Dan saat di cek, ternyata ada.

Bu Rini : (“Kata Abang kamu sakit, kenapa nggak mau berobat.”)

Bu Rini : (“Besok pagi Ibu ke Apart, kalau masih demam harus mau ke rumah sakit.”)

Bu Rini : (“Sama Abang dulu, harus nurut sama Abang. kalau nggak nafsu makan harus di paksa biar ada tenaga.”)

Bu Rini : (“Nanti jangan ke gunung lagi kalau pulangnya jadi sakit.”)

Nadine menghela napasnya saat membaca isi pesan terakhir Ibu nya.

ting

ternyata ada pesan masuk lagi, kali ini dari Fahri.

Fahri : (“Dek, kata Raka kamu lagi sakit. Nanti kalau hujan nya udah reda Abang ke Apart kamu.”)

Belum juga ia membalas pesan dari Abang nya, kini malah ada lagi dari Tari. tadi siang Nadine sudah memberitahu Tari kalau ia salah kirim dan ia juga sedang sakit.

Tari : (“Nanti kalau udah reda Gue ke Apartemen Lo, bareng Bang El sama Bang Fahri, kata Bang El mau jenguk Lo juga.”)

Nadine : (“Gue nitip beli makanan yang anget-anget, agak banyak belinya. nanti Gue TF duitnya.”)

Tari : (“Oke.”)

Nadine menaruh ponselnya, ia menatap Raka yang sedang duduk di sofa dekat jendela. “Abang, kenapa ngasih tahu Bang Fahri juga?”

Raka yang sedang fokus pada Ponselnya langsung mengalihkan pandangan nya ke arah Nadine. “Tadi di grup dia tanya Abang jadi nggak ke bengkel nya, terus Abang kasih tahu lagi Di Apartemen kamu, nemenin kamu yang lagi sakit. makanya pada tahu.” jawab Raka.

“Katanya pada mau kesini, nanti kalau mau nginap pada tidur di kamar satu nya lagi. berisi kok kamarnya, setiap hari di bersihin Walaupun ngak di pake.” ucap Nadine.

*

Sekitar jam tujuh malam, Di Apartemen Nadine baru saja kedatangan Tamu. Tari membawa beberapa makanan sesuai perintah yang lagi sakit, ia membeli tiga varian rasa Martabak manis, martabak telur, bubu kacang ijo, sampai ada beberapa jajanan yang di jual di minimarket.

“Banyak banget, duitnya pas nggak?” tanya Nadine. mereka duduk lesehan di atas karpet berbulu dekat tv.

“Pas kok, malah ada lebih 60 ribu. nanti Gue TF lagi.” jawab Tari.

“Nggak usah.” tolak Nadine.

“Eh ini yang jajanan ringan, dari Gue ya Nad.” ucap El.

Buggh

Tari memukul Bahu El. “Ngaku-ngaku lagi, pake duitnya Bang Raka ya bukan pake duit lo.” ucapnya.

El mengelus-elus bahunya, tidak sakit tapi agak panas aja. cuma sebentar kok rasa panas nya.

“Iya iya pake duit Fahri, tapi Gue yang masuk ke dalam Minimarket nya.”

“Udah jangan pada debat, kayak nggak pernah saling ciuman aja sama pelukan.” lerai Fahri.

El bersikap biasa aja, tapi beda lagi dengan Tari yang sudah melotot Matanya, Tari menatap El dengan memicingkan Matanya. “Omes banget bibirnya, jangan-jangan kalau pacaran suka di umbar-umbar lagi.”

El menggaruk kepalanya. “Suer Gue nggak ngasih tahu siapa-siapa kalau kita pernah ciuman di Apartemen Gue.”

“Gue lihat sendiri.” ucap Fahri dengan santainya.

“Dimana?” tanya Tari.

“Di dapur Apartemen nya El. Waktu itu Gue lagi mau ngambil laptop ketingalan di Apartemen nya El, eh malah liat yang lagi bekecup manja.” jawab Fahri.

Tari menutup Wajahnya pake bantal sofa, malu banget sekarang ia. padahal kejadian nya udah lama.

Nadine yang menyenderkan kepalanya pada Bahu Raka terkekeh, “Kayaknya Setiap kalian lagi berkecup manja selalu ketauan orang ya.”

“Iya ih apes Mulu, waktu itu sama Mbak Rima pas di dekat kosan.”

“Lain kali bawa ke kamar El, biar nggak ada yang lihat.” ucap Raka. Tangannya dari tadi sudah melingkar di pinggang Nadine sambil di elus-elus.

“Thanks saran nya.” El mantap Tari. “Gimana Beb, mau di Coba nggak di kamar tuh.” El mengangkat dagunya dan menggerakkan ke arah kamar disana.

Tari hanya melengos, menatap layar TV. yang lainnya terkekeh.

1
Lies Atikah
iah atuh El satu juga gak bakalan abis
Lies Atikah
eeemh manis banget
Lies Atikah
crita bagus bikin gereget aja nih yang lagi diem 2 man semangat thor
Lies Atikah
tetap semangat kamu pasti bisa
Lies Atikah
betul kalau gak jelas jangan di terusin ngapain yang rugi tuh cewe betul kata Tari kita harus punya harga diri jangan mau di leceh kan pria yang baik itu yangmenjaga dan menghargai kita
Lies Atikah
jangan ngalah yah Nadin kalau mereka jahat apa lagi si bumbu masak tuh mesti jaga jarak dan hati 2 walau pun dia adik mu kayanya dia suka tuh sama Raka
Lies Atikah
semoga Raka tulus.mencintai Nadin
Lies Atikah
gak kebayang ih punya pacar kaya gitu
Suharni Mardono
benih2 cinta sudah tumbuh 🤭
Suharni Mardono
ya Allah pemain semua satu keluarga 🤭
Suharni Mardono
haayy,,salam kenal
Lies Atikah
kaya nya seru nih semoga konplik nya ringan dan gak lebay lanjut thor
Mariyam Iyam
lanjut
Diana Anisa Dewi
bagus
Naya En-lish
/Heart/
Alona Luna
bablas gak tuh
Yuliana Tunru
awas hilaf lho ya ...
Yuliana Tunru
bahaya nih nadine terlalu terbuka pakaian x dan pasrah klo setan menggoda bisa bablas tuh
Yuliana Tunru
raka dan nadine sweet dehhh cerita x bagus santai dan orang2 jg baik2 syuuuka yg jyk gini tak meluku ttg tokoh antagonis
Alona Luna
next thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!