NovelToon NovelToon
Mencintai Dalam Diam

Mencintai Dalam Diam

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Husnul rismawati

kisah cinta di dalam sebuah persahabatan yang terdiri atas empat orang yaitu Ayu , Rifa'i, Ardi dan Linda. di kisah ini Ayu mencintai Rifa'i dan Rifa'i menjalin hubungan dengan Linda sedangkan Ardi mencintai Ayu. gimana ending kisah mereka penasaran kaaan mari baca jangan lupa komen, like nya iya 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Husnul rismawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 29 berkumpul bersama

Saat mereka sedang asyik menonton Tiba-tiba, ponsel Linda berdering. Tertera nama "Rifa'i" di layar. Linda tersenyum lebar, senyum yang tak bisa disembunyikan, dan menjauh sedikit dari kedua temannya untuk menerima panggilan.

"Halo, sayang!" sapa Linda dengan nada ceria yang sedikit genit. "Tumben nih telepon, lagi kangen berat ya?" Ia terkekeh pelan, membelakangi teman-temannya.

(Terdengar suara Rifa'i dari seberang telepon, yang membuat Linda tersenyum makin lebar)

"Ih, apaan sih! Gombal banget!" Linda membalas dengan nada manja sambil tersipu. "Aku juga kangen kok, kangen banget malah, pengen cerita banyak. Besok aku usahain ya, biar bisa ketemu kamu."

(Rifa'i kembali berbicara, disusul tawa renyah Linda)

Linda tertawa renyah. "Oh iya, aku lagi di rumah Ayu nih, nemenin dia di sini jugak ada bang Ardi dan mbak Wati . Terus rencana aku mau nginep di sini."

(Rifa'i kembali berbicara)

"Iya, kasihan Ayu. Kamu juga jangan lupa doain dia ya biar cepet sembuh." Linda mengakhiri obrolan, "Udah dulu ya, nanti aku telepon lagi. Muah!"

Ayu membuka matanya perlahan. Ia mengenali suara itu. Suara Rifa'i, sahabatnya. Tanpa sadar, air mata mulai mengalir di pipinya. Hatinya terasa perih dan sesak. Ia sudah lama menyimpan perasaan pada Rifa'i, namun tak pernah berani mengungkapkannya. Mendengar percakapan mesra penuh canda Linda dan Rifa'i, dan mengetahui bahwa Linda sedang bersamanya saat berbicara dengan Rifa'i, membuatnya merasa sakit hati yang teramat dalam.

Wati yang menyadari Ayu menangis, segera mendekat. "Kamu kenapa, Yu?" tanyanya lirih, berusaha agar Ardi dan Linda tidak mendengar.

Ayu menggeleng pelan, menyeka air matanya. "Eng... enggak papa kok, Wat. Tiba-tiba kepala pusing aja ini," jawab Ayu berusaha menutupi kesedihannya.

Namun, Ardi yang duduk tidak jauh dari mereka, mendengar percakapan lirih itu. "Kenapa kamu, Yu?" tanyanya dengan nada khawatir.

Ardi mendekat ke arah Ayu dan Wati. "Kamu pucat banget, Yu. Beneran cuma pusing?" tanyanya sambil menyentuh kening Ayu.

Ayu berusaha tersenyum meyakinkan. "Iya, Ar. Mungkin kurang tidur aja."

Wati menimpali, "Mungkin Ayu kecapekan, Ar. Tadi kan dia banyak pikiran."

Linda, yang baru selesai menelepon, menghampiri mereka dengan wajah berseri-seri. "Eh, Mbak Ayu kenapa?" tanya Linda dengan nada khawatir.

Ayu berusaha mengendalikan emosinya. Ia tidak ingin Linda tahu bahwa ia sedang sakit hati. "Enggak kok, Lin. Cuma lagi ngobrol biasa aja. Cuma pusing aja kok Lin, dipakek tidur lagi nanti jugak pasti sembuh," jawab Ayu berusaha menahan air matanya

Ardi yang peka terhadap situasi, menatap Ayu dengan tatapan khawatir. Ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres. "Yu, kamu yakin gak ada apa-apa? Kalau ada apa-apa cerita aja sama kita," kata Ardi dengan lembut.

Ayu menggeleng pelan, berusaha menyembunyikan air matanya. "Beneran gak apa-apa kok, Ar. Aku cuma pengen istirahat aja," jawab Ayu dengan suara lirih.

Wati menggenggam tangan Ayu, memberikan dukungan. "Yaudah, kalau gitu kita siapin kamu buat tidur ya. Biar kamu bisa istirahat dengan nyaman," kata Wati dengan penuh perhatian.

Linda, membantu Wati menyiapkan tempat tidur untuk Ayu. Mereka bertiga berusaha membuat Ayu senyaman mungkin.

Setelah Ayu berbaring, Linda berkata, "Yaudah, kita kecilin volume nya iya , biar kamu bisa tidur nyenyak."

Ayu mengangguk lemah. Ia memejamkan matanya, berusaha untuk tidak memikirkan apa pun. Namun, bayangan Linda dan Rifa'i terus berputar di benaknya. Air mata kembali menetes dari sudut matanya.

Malam itu, Ayu merasa sangat sendiri. Ia merasa terisolasi dari sahabat-sahabatnya sendiri. Ia merasa tidak ada seorang pun yang benar-benar memahami perasaannya. Ia hanya bisa berharap, suatu saat nanti, ia akan bisa melupakan perasaannya pada Rifa'i dan menjalani hidupnya dengan bahagia.

Sementara itu, di tempat lain, di sebuah kedai kopi  Rifa'i sedang duduk bersama seorang teman. Mereka sedang membahas  kerjakan bersama. Namun, pikiran Rifa'i tidak sepenuhnya fokus pada pekerjaannya. Ponselnya baru saja ia letakkan setelah berbicara dengan Linda, senyum tipis masih terukir di bibirnya.

"Bro, sorry ya, gue kayaknya gak bisa lama-lama nih," kata Rifa'i sambil melirik jam tangannya, ada gurat kecemasan di wajahnya.

"Kenapa emang? Ada janji?" tanya temannya, menyadari perubahan ekspresi Rifa'i.

Rifa'i menghela napas. "Sebenernya sih enggak. Cuma tadi Linda telepon, dia lagi di rumah Ayu sama Ardi dan Wati. Ayu lagi kurang enak badan, jadi mereka nemenin. Gue jadi gak enak, pengen ikut jenguk," jelas Rifa'i, ada nada khawatir yang tulus dalam suaranya untuk Ayu.

Temannya tersenyum menggoda. "Cieee, perhatian banget sama pacar. Yaudah sana, gih. Gak enak juga kan kalau Linda sendirian di sana, apalagi Ayu lagi sakit."

Rifa'i tertawa kecil, namun ada sedikit kegelisahan. "Iya nih, bener juga. Lagian udah lama juga gue gak ketemu Ayu. Yaudah ya, gue cabut dulu. Nanti kita lanjutin lagi," pamit Rifa'i, buru-buru membereskan barang-barangnya.

Setelah berpamitan dengan temannya, Rifa'i bergegas menuju parkiran. Ia menaiki motornya, mesinnya menderu membelah keramaian Jakarta. Di sepanjang perjalanan, ia membayangkan wajah Linda yang pasti senang melihatnya datang, dan juga wajah Ayu yang pucat. Ia berharap bisa menghibur Ayu yang sedang sakit.

"Sekalian bawain martabak deh, pasti mereka suka," gumam Rifa'i dalam hati, mempercepat laju motornya. Ia membelokkan motornya menuju sebuah kedai martabak terkenal yang tidak jauh dari rumah Ayu. Aroma manis dan gurih martabak seolah memanggilnya.

Setelah membeli martabak, Rifa'i kembali melanjutkan perjalanannya. Ia tidak sabar ingin segera bertemu Linda dan teman-temannya. Ia tidak menyadari, kedatangannya justru akan menjadi badai yang menghantam hati Ayu, sebuah badai yang lebih dahsyat dari sekadar pusing kepala.

Sesampainya di depan rumah Ayu, Rifa'i memarkirkan motornya dengan rapi. Ia membawa sekantung martabak yang masih hangat, aroma harumnya menyebar di udara. Ia tersenyum lebar membayangkan kejutan yang akan ia berikan kepada Linda dan juga melihat kondisi Ayu.

"Semoga Ayu cepet sembuh deh," doanya dalam hati sebelum menekan mengetuk pintu rumah Ayu. Ia tidak tahu, di dalam rumah itu, seorang gadis sedang berjuang menahan sakit hatinya yang teramat dalam, sebuah luka yang tak terlihat namun menganga lebar. Ia tidak tahu, kedatangannya akan menjadi ujian yang berat bagi persahabatan mereka, dan mungkin, titik balik yang tak terduga.

Rifa'i menarik napas dalam-dalam, dan mulai mengetuk pintu  rumah Ayu.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Ardi berdiri di ambang pintu, dengan senyum usil terukir di wajahnya.

"Wah, wah, wah... siapa nih yang datang? Baunya martabak sampai sini, Rif!" seru Ardi, matanya melirik kantung di tangan Rifa'i. "Cepat amat nyampe, kayak kilat disambar halilintar. Jangan-jangan tadi Linda baru nutup telepon, kamu udah di depan pintu ya?" Ardi menyenggol bahu Rifa'i, tawanya renyah.

Rifa'i terkekeh, sedikit salah tingkah. "Bisa aja, lu, Ar! Kebetulan lagi deket aja tadi. Ini, martabak buat kalian. Katanya pada ngidam." Ia mengulurkan kantung martabak.

Ardi menerima martabak itu dengan antusias. "Mantap! Tahu aja kalau kita lagi butuh asupan gula biar gak tegang. Tapi jujur aja deh, Rif, kamu ke sini karena martabak, karena Ayu sakit, apa karena kangen sama yang di dalem?" Ardi mengedipkan mata, melirik ke arah dalam rumah, seolah tahu persis siapa yang dimaksud.

Rifa'i menggaruk tengkuknya. "Ya... campur-campur lah, Ar. Kan niatnya mau jenguk Ayu, sekalian nemenin kalian nobar. Lagian, Linda juga bilang dia di sini," jawab Rifa'i jujur, tanpa menyadari makna tersirat dari pertanyaan Ardi.

"Oh, jadi intinya yang terakhir ya?" goda Ardi lagi, pura-pura berpikir keras. "Baiklah, baiklah. Masuk, masuk! Tapi jangan kaget ya, di dalam lagi ada drama Korea versi lokal. Siap-siap aja jadi pemeran utama dadakan." Ardi tertawa geli, lalu membukakan pintu lebih lebar untuk Rifa'i.

Rifa'i hanya tersenyum, menganggap ucapan Ardi sebagai candaan biasa. Ia melangkah masuk, aroma martabak yang ia bawa berpadu dengan aroma ruangan yang sedikit pengap. Pandangannya langsung mencari Linda, dan kemudian beralih ke sofa tempat Ayu terbaring. Ia sama sekali tidak menyadari, "drama Korea" yang Ardi maksud, sudah lama dimulai, dan ia adalah salah satu tokoh utamanya.

"WOOOIIII! GAESSS! SI Rifa'i DATENG BAWA MARTABAK!!!" teriak Ardi dengan suara menggelegar, memecah keheningan ruangan. Ia sengaja mengeraskan suaranya agar semua orang di dalam rumah mendengar kedatangan Rifa'i. "Rejeki nomplok nih! Siap-siap pesta martabak!" Ardi tertawa puas melihat reaksi teman-temannya.

Teriakan Ardi membuat Linda, Wati, dan Ayu menoleh ke arah pintu. Reaksi mereka berbeda-beda. Linda tersenyum senang, Wati tertawa geli, dan Ayu hanya bisa memejamkan matanya, berusaha menyembunyikan perasaannya.

Rifa'i hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku Ardi yang selalu heboh. "Bisa gak sih, gak usah teriak-teriak gitu? Malu tau," bisik Rifa'i sambil menyikut lengan Ardi.

Ardi hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Biarin aja. Sekali-kali bikin kejutan. Biar pada semangat semua," jawab Ardi enteng.

Tanpa menghiraukan Rifa'i, Ardi berjalan masuk lebih dulu dengan membawa martabak , diikuti oleh Rifa'i yang membawa  sekantong martabak lagi. Suasana di dalam rumah Ayu pun berubah menjadi lebih ramai dan ceria, meskipun hanya sesaat.

1
Guillotine
Sudah nggak sabar untuk membaca kelanjutan kisah ini!
husnul risma wati: trimakasih kakak sudah mampir di karya sayaa🤗 mohon dukungan nya like komen nya iya kak trimakasih... 🤗🤗
total 1 replies
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Ayo thor update secepatnya, kita semua sudah tidak sabar untuk baca terus nih!
husnul risma wati: iya kak , makasih iya kak udah komentar di sini saya akan lebih semangat lagi 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!