NovelToon NovelToon
Jodoh Warisan

Jodoh Warisan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Cinta Murni / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:39.4k
Nilai: 5
Nama Author: Andreane

Entah kesalahan apa yang Malea lakukan, sehingga dia harus menerima konsekuensi dari ibunya. Sebuah pernikahan paksa, jodoh yang sang ayah wariskan, justru membawanya masuk dalam takdir yang belum pernah ia bayangkan.

Dia, di paksa menikah dengan seorang pengemis terminal. Tapi tak di sangka, suatu malam Malea mendapati sebuah fakta bahwa suaminya ternyata??

Tak sampai di situ, dalam pernikahannya, Malea harus menghadapi sekelumit permasalahan yang benar-benar menguras kesabaran serta emosionalnya.
Akankah dia bisa bertahan atau memilih berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

Pov Malea.

Aku termenung beberapa menit sesaat setelah membuka mata. Masih dalam posisi berbaring, aku menoleh ke kanan di mana ada Arga tengah duduk berselonjor di atas sofa. Gesturnya santai, tatapannya penuh menatap layar ponsel yang ada di tangannya.

Tadi aku sempat mendengar dia bicara melalui telfon, tapi aku tak tahu apa yang dia bicarakan dan dengan siapa dia menelfon sepagi ini. Suaranya terdengar samar di telingaku membuatku tak bisa menangkapnya dengan jelas.

Dengan sangat perlahan aku mulai bangkit, akan tetapi..

Tunggu!

Kenapa badanku terasa remuk redam, area sensitifku juga sedikit nyeri?

Ku telan ludahku, dan di detik berikutnya aku menyadari bahwa bajuku sudah berbeda dari baju sebelumnya yang aku pakai tadi malam.

Merasa bingung, akupun kembali mengalihkan pandangan pada pria yang masih duduk tenang.

"S-siapa yang mengganti bajuku?" Tanyaku, memantik atensinya langsung beralih menatapku.

"Aku, maaf"

"Apa yang terjadi semalam?"

"Kamu mabuk"

"I-iya, aku mabuk, aku tahu. Tapi apa yang sudah aku lakukan selama aku tidak sadar?"

"Banyak" Sahutnya, kembali menatap layar ponsel.

"Apa?"

"Kamu buat onar di pesta temanmu"

"Aku buat onar?" Rasanya aku tidak percaya dengan ucapannya.

"Hmm"

Baru saja hendak bangun, rasa nyeri itu semakin kuat.

"Aww" Reflek aku merintih kesakitan.

Dan Arga langsung bangkit dengan wajah panik.

"Kenapa? Ada apa?" Tahu-tahu dia sudah berdiri di samping ranjang.

"Nggak apa-apa, aku sedikit pusing, dan badanku pegal"

"Kamu mau ke kamar mandi?"

Aku mengangguk meresponnya.

"Aku bantu, iya"

"Nggak usah, aku bisa sendiri"

Aku berusaha menurunkan salah satu kakiku, sesekali menarik napas panjang sambil menahan nyeri.

"Sebelum kamu ke toilet, aku mau bicara"

Itu kata Arga, yang membuatku langsung mendongakkan kepala.

"Bicara apa?"

Dia seperti gugup, terlihat jelas dari jakunnya yang bergerak naik turun.

"Maaf, Malea" Katanya ragu.

Keningku mengernyit dengan tatapan sepenuhnya ke wajahnya.

"Tadi malam kita_" Arga menggantung kalimatnya, otomatis membuatku semakin tak mengerti.

"Tadi malam kita_"

"Kita apa?" Tanyaku ketika kedua kali dia menjeda ucapannya.

"Tadi malam kamu memintaku untuk menyentuhmu. Maaf, aku melakukannya"

Aku terperanjat kaget.

Aku meminta Arga menyentuhku? Bagaimana bisa?

"Ini bukan keinginanku, otomatis bukan aku yang salah. Tidak ada alasan buat kamu pergi dariku karena ini permintaanmu sendiri, kamu memaksaku"

Aku termangu mendengarnya, ada rasa malu juga sebab itu artinya dia sudah melihat apa yang ada dalam diriku, tapi lebih dominan shock. Pasalnya aku sendiri yang pernah mengatakan jika dia menyentuhku, maka saat itu juga aku akan pergi, ini malah aku yang memintanya. Memaksanya pula.

"Malea, kamu tidak akan pergi meninggalkanku hanya gara-gara ini kan?" Ia bertanya ketika aku hanya diam.

"Maaf" Satu kata yang entah apa maksudku.

"Aku yang minta maaf karena tidak bisa menahan diri"

"Boleh aku bertanya?" Tanyaku sedikit gamang.

"Tanya apa?"

"Atas dasar apa kamu mau menuruti permintaanku itu?"

"Apa maksud pertanyaanmu?" Arga bertanya balik alih-alih menjawabku.

"Maksudku, kenapa kamu mau menyentuhku?"

"Kita sudah menikah, Malea. Tentu saja karena kamu istriku. Kalau kamu bukan istriku, mana mungkin aku mau menyentuhmu"

"Bukan itu jawaban yang aku mau"

"Lantas?" Pria yang sudah jongkok di depanku sejak beberapa menit lalu, mendongak menatapku dengan sangat serius. Kedua tangannya memegang tanganku yang ada di atas pangkuanku.

"Apa kamu hanya melampiaskannya saja"

"Melampiaskan bagaimana?"

"Apa ada rasa cinta saat kamu menyentuhku?" Aku memberanikan diri meski aku sendiri gengsi menanyakan itu.

"Cinta suami terhadap istri jelas ada. Tapi sepertinya tidak denganmu, karena kamu tidak sadar. Jika sadar, kamu pasti tidak akan mau melakukan itu" Balas Arga.

Andai saja aku bisa mengatakan kalau aku mulai terpesona padanya, aku pasti akan mengatakannya. Dan andai saja aku berani bertanya soal Belinda, aku pasti akan menanyakannya. Sayang sekali keberanianku terlalu tipis.

"Aku mau ke kamar mandi" Ucapku kemudian.

"Aku bantu ya" Dia bergegas bangkit.

"Nggak usah"

"Bisa?"

"Bisa"

Dengan hati-hati aku bergerak bangkit, mengayunkan kakiku menuju kamar mandi.

Akhirnya aku bisa lepas dari pandangan pria itu. Kalau tidak ini tidak baik, terutama buat kesehatan jantungku.

****

Mataku menyorot heran pada pria yang saat ini tengah mengemasi pakaian kami lalu memasukkannya ke dalam koper. Aku tak mengerti kenapa dia berkemas, padahal jadwal pulang masih besok lusa.

Ada apa??

"Apa yang kamu lakukan?" Tanyaku, salah satu tanganku menutup pintu kamar mandi.

Dia menatapku sekilas.

"Kita pulang hari ini, Fel_" Kalimatnya tiba-tiba terputus.

"Maksudku, bosku menyuruhku kembali hari ini juga, ada pekerjaan dadakan yang harus aku lakukan"

"Kenapa begitu? Bukannya sudah ku bilang untuk tidak mengganggumu selagi kita di sini"

"Ini urgent Malea. Bosku benar-benar memintaku pulang"

"Kamu tahu kita nggak ada uang buat beli tiket, tabunganku tersisa sedikit, dan uang kita juga habis-habisan buat renovasi kamar. Bagaimana kita pulang? Beli tiket nggak seperti beli permen"

"Bos ku yang memintaku pulang sekarang, jadi dia yang membelikan tiket untuk kita berdua"

"Kamu serius?" Kakiku berjalan mendekatinya.

"Hmm" Sahutnya sambil mengangguk.

"Ckckck orang gila mana yang membelikan tiket pesawat dari Kanada ke Surabaya? Dua tiket sekaligus dengan harga tiga puluh jutaan? Orang gila mana, Ga?"

"Jangan banyak komplain, itu urusan bosku"

"Yang benar saja"

"Kita sarapan di luar, selesai sarapan aku akan mengajakmu jalan-jalan ke pusat kota. Kita habiskan waktu sampai siang ini. Sekalian kita cek out dari sini"

"Halo! Acara Belinda belum selesai, lagi pula kalau kamu memaksa pulang hari ini, kita harus pamit padanya, bukan?"

"Pamit saja lewat telfon" Nadanya terdengar cuek.

"Nggak bisa gitu, Ga"

"Kenapa tidak bisa? Bilang saja kita buru-buru pulang karena ada hal mendesak, beres kan"

"Kita di sini karena undangan darinya, setidaknya pamit baik-baik dan secara langsung"

"Kalau begitu kamu saja yang pamit"

"Sama kamu lah"

"Kamu sendiri saja"

"Kenapa?"

Aku menatapnya lekat-lekat. Dia membalas tatapanku.

Diam dengan hanya saling menatap, fokus kami mendadak buyar karena dering ponsel yang berasal dari ponselku.

Kompak, kami menoleh ke arah nakas di mana benda itu berada.

Menghembuskan napas, aku lantas melangkah ke arah meja yang ada di samping kiri ranjang.

Nama Belinda muncul di layar yang tengah berkedip.

Sebelum menggeser ikon hijau, aku menoleh ke wajah Arga.

"Siapa?" Tanyanya.

"Belinda"

Pria itu mendesah sambil menggelengkan kepala, kemudian kembali menata pakaian kami ke dalam koper.

"Halo, Bel?"

"Le, aku tunggu di restauran ya, di meja yang kemarin. Kita sarapan sama-sama"

"Sekarang, Bel?"

"Iya sekarang, ini sudah hampir pukul delapan. Kita harus sarapan"

"I-iya, baik"

"Jangan lupa ajak suamimu"

Aku tak langsung menjawab, melirik Arga yang sedang menarik resleting koper.

"Iya"

"Cepat ya!"

"Iya"

Panggilan terputus setelahnya.

"Dia bilang apa?" Tanya Arga setelah aku meletakkan ponselku kembali di tempat sebelumnya.

"Dia mengundang kita sarapan"

"Kamu saja yang pergi, aku sudah minum kopi tadi"

"Dia juga mengundangmu"

"Aku tidak suka makanan di sini, kamu saja sarapan, aku tunggu di kamar"

"Kenapa menolak undangannya?"

"Malea, please!! Jangan memaksa" Sentaknya.

Ku telan ludahku sendiri. Ini pertama kalinya dia berkata dengan nada tinggi padaku.

Aku tahu kenapa pria itu tidak mau pergi. Hhh... Dia pasti masih mencintainya, kan? Bahkan mungkin dia cemburu melihat Belinda dan suaminya.

Kenapa nggak jujur saja kalau Belinda adalah mantan kekasihmu yang telah meninggalkanmu karena kamu jatuh miskin? Apa memang sudah menjadi hobi kamu menyembunyikan rahasia?

Sampai kapan?

Ku tarik napas panjang kemudian ku keluarkan dengan agak sedikit kasar.

"Kita akan turun dan sarapan bersama Belinda dan suaminya, titik"

"Kenapa suka sekali memaksa?"

"Kalau kamu tidak mau turun aku juga tidak mau pulang hari ini"

Giliran Arga yang menyentakkan napas kasar.

"Okay, tapi aku nggak mau basa basi. Kita cepat-cepat makan, lalu pergi dari sini"

"Kekanak-kanakan sekali" Gumamku, yang masih bisa dia dengar.

"Aku nggak kekanak-kanakan, Malea, justru aku tidak mau mengganggu waktu pengantin baru"

"Alasan" Gerutuku kesal. "Bilang saja nggak mau ketemu Belinda karena kamu masih sakit hati"

"Apa kamu bilang?" Arga menatapku tajam.

Kenapa dia berubah menjadi sosok yang menakutkan?

1
Quinza Azalea
kmna thor kok blum up lgi
Indriani Kartini
kenapa kamu ragu lea klau itu bukan ank Arga dan tkut Arga tidak mengakuinya, klau kmu melakukannya cmn dengan Arga, ke apa meaki tkut
tiara
Mana Ibumu tau kalau kamu lagi berpelukan sama Arga hahaha kasian tuh sibumil yang masih mau dipeluk
Dian Amalia
Lanjut lagi dong thor, yg banyak up nya...makin gemes critanya
sryharty
jiaaaah kamu malah nyalahin ibu mu,
masih pengen di peyuk2 kan sama Arga
hormon bumil tuh Dede utunya masih pengen di manja2 sama ayah nya,,
kebat kebit ga tuh hati kmau
Citra Silvia
lanjut kk klu bisa tiap hari update aku penasaran ☺️🙏🏻
Quinza Azalea
lanjut thor
Quinza Azalea
sangat bagus
Dian Amalia
Temen apaan kayak gitu, nyuruh cerai...ayolah segera ketauan malea hamil & biar rukun2 terus rumah tangganya.
Ayo thor lanjut lagi yg byk ya...penanasaran bgt kelanjutannya...
Aliya Awina
sahabat apaan kayak gitu maunya tuh di doain yg baik ini malah di suruh cerai
Susilawati
malea nih nggak tegas sama si Belinda, mudah banget di setir sama teman nya. ini hidup kamu lea jgn mau diatur sama si Belinda.
sryharty
si malea ini bener2 yah
kenapa ga jujur aja seh.
Miko Celsy exs mika saja
semoga mlh arga tau hasil tdspecknya nti
tiara
wah jadi penasaran Arga tau ngga ya kalau Lea hamil
Citra Silvia
lanjut kk masih penasaran
Dian Amalia
Lanjut thor...
Miko Celsy exs mika saja
duh.....mas arga utunnya sdh ada yinggal tunggu km direpotkan aja sm acara ngidam nya lea,,,,jd gak sabar pengin liat ributnya nyari pesenan bumil
sryharty
duuh mas Arga ga tau aja kalo ternyata Dede bayinyaa udah tumbuh di perut malea,,
tapi Lea takut ngomongnya,takut ga di akui sama mas arga
ayo Lea jujur aja aaah bikin gemes deeh
Indriani Kartini: duh papa Arga "aku sudah hadir Lo"
total 1 replies
Citra Silvia
lanjut kk masih penasaran
Judi Siahaan
bayinya otw pak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!